"Bunda"
"Iya ayah?"
"Capek ya? Duduk dulu sini"
Jennie mendudukkan dirinya dihadapan Chae yang sedang duduk di sofa. Hari ini Jennie sedang membereskan rumah, besok sudah akan memasuki bulan Ramadhan jadi Jennie sedang sibuk sibuknya membereskan semuanya.
"Ayah sahur pertama nanti mau makan apa" tanya Jennie.
"Apa aja. Kalo itu Bunda yang masak pasti Ayah suka" Chae tersenyum tipis.
Jennie tersenyum mengusap pipi Chae yang sudah mulai tirus. "Cepet sembuh Ayah"
Perasaan Jennie kembali risau, sudah hampir satu bulan Chae sakit dan hanya berbaring di tempat tidur. Namun hari ini Chae bersikeras ingin duduk di sofa jadi mau tak mau Jennie membantu Chae ke ruang Televisi.
Jennie mendudukkan tubuh ringkih suaminya yang tak lagi setegap dulu. Jennie tersenyum masam, hatinya perih melihat keadaan suaminya sekarang.
"Bunda jangan murung terus, Ayah ikut sedih" bisik Chae.
Jennie tersenyum pada suaminya "makanya Ayah cepet sembuh biar Bunda gak murung lagi"
Chae mengusap rambut Jennie "Bunda harus tetap semangat dong meski Ayah lagi sakit. Biar Ayah juga semangat. Ingat Bunda, setiap cerita itu selalu berakhir bahagia kalo belum bahagia artinya belum berakhir"
Jennie menatap Chae dengan pandangan berkaca-kaca. "Mas, cepet sembuh dong, jangan sakit-sakit lagi. Aku khawatir" kini tangisan tak lagi bisa dia bendung, perih hatinya telah naik menciptakan bulir kristal yang keluar dari matanya.
Chae tersenyum "apa yang kamu khawatirkan? Mas yakin kalo tuhan punya rencana yang paling baik untuk hambanya"
Chae mengusap air mata Jennie. "Jangan nangis lagi. Air mata kamu terlalu berharga"
"Kamu yang bikin aku nangis Mas, kamu bikin aku khawatir"
Chae menarik Jennie kedalam pelukannya. "Maafin Mas"
-o0o-
Sahur pertama. Jennie membangunkan Chae dengan semangat lalu mengajaknya sahur bersama. Chae ikut makan meski tidak selahap biasanya. Jennie maklum itu, Chae sedang tidak sehat. Dia bisa apa?
"Kapan Bunda masakin Ayah sop iga?" tanya Chae.
Jennie terdiam "Ayah masih mau makan sop Iga?"
Chae mengangguk. "Ayah mau buka puasa nanti sama Sop iga"
"Iya nanti nyuruh Ucup beliin iga nya"
Chae mengangguk lemah lalu kembali memakan makanannya. Jennie menatap Chae dalam diam, tangannya semakin kurus, hatinya kembali teriris. Sungguh, jika boleh dia ingin menggantikan suaminya saja, jika boleh... Dia ingin dia saja yang terbaring lemah disana.
Sudah berhari-hari, Keadaan Chae tak ada perubahan, bahkan kini keadaan Chae semakin memburuk. Chae tak mampu lagi berdiri.
Melihat suaminya yang terus begini, Jennie segera mengabulkan permintaan Chae. Jennie sudah mendapatkan iga untuk dia masak.
Selagi Chae tertidur Jennie pergi kedapur untuk memasak. Sayangnya saat dia barusaja hendak menanak nasi dia mendengar suara bantingan keras ke lantai.
Tanpa fikir panjang Jennie berlari kedalam kamar dan
"AYAH!"
Cepat-cepat Jennie menghampiri Chae yang sedang terbaring di lantai. "Ayah, ayah bangun" Jennie meletakkan kepala Chae di pahanya lalu menepuk pipinya pelan membangunkan sang suami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikatan Chaenta
General Fiction⛔Warning⛔ Cerita ini mengandung butiran debu yang membuat sesak, bawang yang membuat mata perih, dan zat adiktif bercandu. "Senyata apapun perasaan cinta aku ke kamu... Kamu gak berhak atas cinta aku. Semua cinta aku cuma berhak dimiliki suami aku...