CHAPTER 8

838 182 42
                                    

Setelah Fudo mengganti pakaiannya, ia pun segera menjenguk Jin

"Pangeran Fudo.."

"Yang Mulia.."ujar Fudo sembari memberi Hormat

"Pangeran, Pangeran Jin sudah dipindahkan ke Istana Haika . Anggaplah itu hadiah dariku atas kemenanganmu"

"Terima kasih atas kemurahan hati Yang Mulia" ujar Fudo

"Aku juga akan menjenguk pangeran Jin... Kita bisa pergi bersama"ujar Sang Kaisar.

"Istana Haika ini...

"Istana mendiang Kaisar Kosho saat beliau bergelar Putra Mahkota. Istana Itu adalah Istana terbesar kedua setelah Istana Utama"

"Yang Mulia, aku menghargai Hadiah yang Mulia, namun... bukankah sebaiknya memetingkan yang tertua?"

"Pangeran Kaori sudah menguasai benteng Es sendirian. Ia tidak butuh Istana sempit itu"ujar sang Kaisar.

Fudo pun hanya terdiam.

"Bahkan putra Mahkota sebelumnya pun, tidak kuizinkan untuk menempati tempat itu"

Fudo lagi-lagi hanya terdiam.

"Maafkan Ayah... Ayah tidak punya kekuatan untuk melawan. Setiap kali ayah bicara ..wanita itu selalu menyela dan bawahannya selalu menimpali. Ayah harus melindungimu... Karena itu Ayah harus mengalah."

" Walaupun kau tidak seperti Pangeran Kaori, ingatlah... kau masih punya Ayah. Ayah akan selalu berusaha melindungimu. Ayah yakin Ibumu juga pasti sedang melindungimu"ujar Sang Kaisar.

"Bukan hanya Ayah dan Ibu... Saat ini Pangeran Jin pun melindungiku. Pangeran Jin, bukanlah orang yang bisa bersabar. Ia juga selalu meledak-ledak dan spontan. Aku yakin Ratu mengancamnya akan membunuhku, jadi ia tetap diam."

"Kau benar pangeran... awalnya ia tidak ingin bicara. Namun setelah mendengar kau kembali... ia langsung memohon keadilan padaku"Ujar Sang Kaisar.

"Namun, untuk menjadi seorang Kaisar... kau butuh lebih dari sekedar Jin , pangeran..."Ujar sang Kaisar lagi

Fudo kini mengerutkan keningnya menatap Sang Ayah.

"Aku berencana menjadikanmu seorang putra Mahkota. Namun... Kau harus memilih permaisuri yang Baru"ujar Sang Kaisar.

"Aku...bersedia dihukum mati karena menolak Titah Kaisar."Ujar Fudo

Sang Kaisar bersama para pelayannya tampaknya sangat terkejut.

"Aku tidak ingin jadi Kaisar... Jika bukan Jin Ratunya."ujar Fudo sembari menatap sang Kaisar.

Sang ayah nampaknya kini berpikir keras.

"Mengapa harus pangeran Jin? Ia punya banyak kelemahan"Tanya Sang Kaisar

"Yang dibutuhkan di Negara ini seharusnya adalah seorang pemimpin. Kita tidak butuh orang yang memiliki banyak pengikut, berfoya-foya,mengumpulkan kekayaan mereka dan membiarkan Rakyat kelaparan."

"Apakah yang Mulia tahu berapa banyak Rakyat yang Mulia , yang mati karena kelaparan diluar sana? Tentunya yang Mulia tidak tahu. Jarang ada pejabat yang mau menulis kebenarannya. Mungkin sesekali Kita harus jalan-jalan Yang Mulia"Ujar Fudo

"Satu lagi... Mengapa aku lebih memilih pangeran Jin. "

"Hm?"

"Ia satu-satunya orang yang tak lupa menyalakan dupa setiap hari di Altar Ibuku... Yang...bahkan Yang Mulia lupakan..."ujar Fudo

Sang Kaisar kini hanya menghembuskan nafasnya pelan.

"Kita akan bicara lagi tentang hal ini dilain waktu... Pergilah dan Jenguk Jin... Sampaikan salamku padanya, Aku berharap ia cepat pulih... Ayah baru ingat ada pekerjaan yang harus diselesaikan "Ujar Sang Kaisar

STAND BY METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang