CHAPTER 22

694 158 84
                                    

Beberapa hari setelahnya, tepatnya pagi-pagi sekali, para pelayan kesulitan membangunkan sang Ratu yang kini sepertinya tengah bergumul dengan mimpi buruknya.

Bahkan ketika Jin membuka matanya, para pelayan masih sangat ketakutan melihatnya. Nafasnya tersengal seperti habis dicekik.

"Yang Mulia...M..mata Anda..Panggilkan tabib!!"seru Satoya.

"Hentikan!"Ujar Jin sembari menyeka air matanya yang berdarah.

"Namun ... Yang Mulia...

"Pangeranku... dimana putraku!!?"tanya Jin panik

"Para pangeran ada di ranjang mereka Yang Mulia"ujar sang pelayan sembari membungkuk dan menunjuk ke arah ranjang kecil disamping ranjang utama itu.

"Yang Mulia sedang menghadiri pertemuan penting ... Yang Mulia Ratu juga harus segera bersiap-siap"ujar Pelayan pribadinya itu

"Untuk apa aku bersiap?!"tanya Jin dengan wajah begitu kesal.

Para pelayan pun kebingungan bagaimana harus menjawabnya karena ia memang harusnya sudah bersiap-siap.

"Yang Mulia...

"Malam ini ... aku kembali bermimpi... Setelah sekian lama....akhirnya...aku bermimpi lagi, Namun...yang tadi itu...Sebuah mimpi buruk, seakan memperingatkanku untuk segera pergi. Haruskah aku ?"

"Jika aku pergi, wanita itu akan menang... Jika aku tidak pergi... apakah aku harus mati dan diam saja melihat kematian kalian berdua?"pikir Jin sembari mengusap pipi kedua anak itu sambil terisak

"Dan lagi kita harus pergi kemana? Ibu takut..."pikir Jin

"Satoya... Aku ingin kau memanggilkan Shiro-sama kemari..."Ujar Jin

"Baik Yang Mulia..."Ujar Satoya pelan

Sementara itu, kini sang Kaisar nampaknya sedang bingung karena para menterinya terus memojokannya dan mempertanyakan mengenai wanita yang dibawanya ke dalam Istana itu.

Tentu saja ia tidak mungkin mengatakan bahwa, wanita itu ada Ratu Kakurei. Para pejabat Fudo sudah cukup mempertanyakan mengenai alasan mengapa mereka tidak menyerang kekaisaran Kakurei.

Hal itu belum juga terjawab, kini bertambah lagi beban Fudo.

"Yang Mulia. Jika yang Mulia benar-benar memerlukan seorang selir. Maka Anda harus segera mengambil keputusan untuk memberi beliau gelar"

"Perdana Menteri. Beliau adalah tamuku. Sama seperti Miharu-sama dan Mahiru-sama!"

"Maafkan aku Yang Mulia. Kedua pangeran itu adalah Paman Anda. Mereka sangat diterima di dalam rumah tangga kerajaan ini."

"Maafkan Hamba yang Mulia, anda membuat rumor bahwa Anda sudah tidak menginginkan sang Ratu semakin buruk. Rakyat semakin tidak bisa menerima kenyataan bahwa Yang Mulia telah melahirkan kedua pangeran"ujar seseorang yang sangat dikenali oleh Fudo itu.

"Apa maksudmu Yugao?!"seru Fudo sembari berdiri dari singgasananya.

"Rakyat membicarakan mengenai... Wanita yang Yang Mulia bawa kemari adalah ibu yang sebenarnya dari para pangeran"Ujar Yugao

"Walaupun aku tahu beliau adalah Yang Mulia Ratu... ular betina yang bersembunyi dibalik tumpukkan ular lainnya, dan saat ia hampir tertangkap, ia akan mengorbankan yang lainnya agar ia tetap terlihat tak bersalah..."pikir Yugao

"Omong kosong macam apa yang telah kalian buat!!? Beliau adalah tamuku. Tamuku, adalah urusanku! Kalian semua tidak perlu ikut campur!!"Ujar Fudo yang benar-benar lepas kendali saat ini.

STAND BY METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang