CHAPTER 14

887 181 11
                                    

Siang itu, rombongan putra Mahkota pun kembali ke Istana, walaupun kondisi Jin masih belum juga membaik.

Ia berusaha menahan dirinya sembari duduk di pojok kereta sembari memeluk lututnya. Ia kelihatan begitu pucat dan kelelahan.

"Aku kasihan padanya... Namun... Mau bagaimana lagi. Aku tidak menyangka Pangeran kedua meninggal begitu saja. Yang Mulia Ratu saat ini pasti sangat terpukul. Putra yang ia lindungi dengan susah payah... pergi begitu saja"pikir Fudo

"Kurasa aku akan mendelegasikan tugas pada Fuyuki-sama dan mendirikan Kementrian Kecil untuk mengurus Benteng Es dan Yugen. Namun mengenai orang-orang yang akan berpartisipasi di dalamnya... aku benar-benar harus memikirkannya dengan sangat hati-hati"

"Pendukung pangeran kedua terpecah belah saat ini. Bagi mereka yang haus kekuasaan dan akan melakukan apapun pasti lebih memilih untuk memihak Imperial consort , hmm...saat ini aku berpikir apa Ibuku juga datang dari keluarga bangsawan? Aku tidak pernah melihat seorang menteri atau pejabat datang berkunjung... "

Fudo kini berbalik dan menatap Shiro yang tengah mengetuk kaca jendela kereta itu.

"Shiro-sama"

"Jin-kun...makanlah agar kau merasa lebih baik"ujar Shiro yang berada di atas kudanya itu sembari menyodorkan buah-buahan pada Fudo

Jin kini menatapnya sejenak dan menggelengkan kepalanya ketakutan melihat pemberian orang lain.

Ia masih sangat trauma karena ibunya memberi sebotol anggur padanya dan ia meneguknya hingga tak bersisa.

"Aku tidak akan meracunimu. Buah itu akan membuatmu lebih tenang, jika tidak kau akan terus kepanasan selama beberapa jam? Tentu saja jika kalian ingin tetap seperti ini, atau kalian mungkin ia mencobanya di dalam kereta kuda?"Ujar Shiro sembari berbisik di Akhir kalimatnya

Wajah Fudo maupun Jin sama-sama memerah saat ini.

"Haha...Makanlah Jin-kun"ujar Shiro

Jin pun segera meraih buah-buahan itu dan mengunyahnya perlahan-lahan.

Matanya terasa sangat berat karena mengantuk, namun ia juga tidak dapat tidur sambil duduk, karena dibawah sana masih begitu sakit sekaligus masih ingin sekali melakukannya

"Jin?"

"Aku merasa seperti ada lubang besar ditubuhku"ujar Jin lirih dan kini memilih turun dari kursi dan duduk berjongkok.

"M..maaf"ujar Fudo

"Aku benar-benar tidak dapat menahan diriku... haaah... aku juga lelah. Kurasa aku harus menambah jadwal latihanku, aku tidak akan bisa melakukannya seharian jika masih ada anggur seperti itu di dunia ini"pikir Fudo

Tawa keras Shiro kini terdengar dari barisan depan dan mengejutkan semua orang.

"Ah...jangan pedulikan aku...aku memang agak berbeda, bisa tertawa dan marah tanpa sebab"ujar Shiro

"Karena kau bisa membaca pikiran orang lain... Sama halnya Jin yang bisa melihat kematian seseorang melalui mimpinya... ia ...seolah-olah melihat segalanya... "

"Hmmm.... ?"ujar Shiro sembari melirik ke arah kereta

"Kau sama sekali tak bermimpi mengenai kematian pangeran kedua?"tanya Fudo pelan

"Hanya Ibu Fudo-sama..dan Bayi Naga..."

"Bayi Naga...apakah berarti kelahiran pangeran keempat? atau mungkin.... "

"Tidak mungkin...ibunya meninggal"ujar Fudo yang kini memikirkan Istri pangeran kedua

"Aku tidak tahu"ujar Jin pelan

STAND BY METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang