5. Jadian

357 44 1
                                    

HAPPY READING

•••••

“Matt, si Angkasa ngajak balapan.” Suara Malvin mengintruksi mereka, membuat Matteo dan para sahabatnya menatap ke arah Malvin sepenuhnya.

Matteo menghentikan aktivitasnya yang akan memasukkan rokok ke dalam mulut, menoleh ke arah Malvin, lalu menggeleng. “Nggak ah, males gue.”

“Tumben males, biasanya juga semangat,” sambung Axel menaikkan sebelah alisnya, beralih menatap Matteo bertanya.

“Pasti gara-gara si Ayana nih,” celetuk Jalar bergurau.

“Nggak ada sangkut pautnya sama si Ayana,” balas Matteo ringan.

“Terus apaan? Lo kan biasanya langsung ngeiyain ajakan si Angkasa,” kata Javar.

“Si Angkasa spam chat gue mulu, nanyain lo kapan bisa diajak duel balapan lagi.” Malvin menunjukkan isi chatnya dengan Angkasa, salah satu siswa SMA Kartini.

Matteo melirik sekilas, meletakkan putung rokoknya ke tanah lalu diinjak. “Masalahnya motor gue lagi di bengkel, lagi gue modifikasi dikit,” kata Matteo pada akhirnya.

Sontak semua berdecak, Javar memukul bahu Matteo pelan. “Soal motor mah gampang, gue ada. Si Axel juga punya.”

“Nggak pake punya sendiri rasanya aneh,” balas Matteo beralasan.

“Halah bilang aja lo udah nggak mampu, kan buat balap motor,” ejek Axel membuat yang lainnya tertawa.

Matteo mendengus kesal, melengos. “Deal, pake motor Axel aja.”

“Nah gitu dong!” seru Javar dan Jalar bersamaan tersenyum lebar.

Saat ini, bukannya mengikuti pelajaran sejarah, Matteo dan para sahabatnya malah memilih untuk membolos dan pergi ke rooftop. Padahal guru sejarah mereka terkenal killer, dan selalu memberikan hukuman. Tapi seakan, hukuman pun sudah pasrah pada mereka. Kalo kata Matteo. “Apapun hukumannya, lakukan dengan senang hati.”

“Ohiya, hubungan lo sama Ayana gimana? Berjalan dengan lancar sesuai harapan? Atau masih sama seperti sebelum-sebelumnya? Kembali ditolak,” tanya Axel begitu beruntut.

“Mulutnya lemes banget nih orang kayak anak cewek kalo lagi ngomong,” ejek Javar membuat Axel menatap kesal.

“Matamu lemes, kepo njing,” balas Axel.

“Nah kan, sensitif, kan kayak anak gadisnya si ibu.” Kini giliran Jalar yang mengejek. Si kembar memang paling jago dalam hal mengejek dan menistakan temannya sendiri.

“Ngomong sekali lagi kalian berdua, tak tapok cangkemmu,” gerutu Axel dengan logat Jawanya yang tiba-tiba keluar.

Matteo dan Malvin hanya terkekeh geli melihat tingkah absurd para sahabatnya. “Matt liat kelakuan temen-temen lo! Gue dibuli, bangsat,” adu Axel pada Matteo.

“Utuk... utuk... utuk.... Sini sayang.” Malvin merentangkan tangannya seperti seorang ibu yang memberi kode anaknya untuk dipeluk.

Axel bergidik ngeri, lalu mendekatkan tubuhnya pada Matteo, menghindari para sahabatnya yang mulai tidak waras. “Nih mereka kehabisan obat kayaknya, Matt. Makannya pada kumat, udah siang soalnya.”

Sedangkan yang diajak bicara, sibuk dengan ponselnya. “Yeee, diajak ngomong malah senyum-senyum sendiri liat hape.”

“Kayaknya bukan kita yang kehabisan obat, tapi dia,” kata Javar menunjuk ke arah Matteo yang belum menyadari jika para sahabatnya sudah mengelilinginya untuk ikut bergabung melihat isi di dalam ponsel Matteo. Sebuah layar menampilkan room chat Matteo dengan Ayana.

MATTEO ✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang