18. Rumah Sakit

161 23 0
                                    

HAPPY READING

•••••

Entah ke mana Matteo berada. Karena sudah hampir satu minggu, laki-laki itu tidak kunjung memberi Ayana kabar. Matteo juga tidak masuk sekolah. Setiap kali Ayana pergi ke kelasnya, tidak ada satupun yang tau di mana Matteo berada. Ingin bertanya pada para sahabatnya, mereka selalu tidak ada di kelas saat Ayana ke sana. Mereka seakan menyembunyikan sesuatu padanya.

Apa yang sebenarnya terjadi? Batin Ayaan dengan gelisah.

Hingga jam istirahat tiba, Ayana berniat untuk pergi ke kelas Matteo lagi. Tapi langkahnya melambat saat melihat gerombolan sahabat Matteo sedang berjalan terburu-buru. Ayana mengikutinya dari jarak jauh, ternyata mereka akan menuju ke rooftop. Dan sepertinya, selama mereka menghindar, mereka bersembunyi di sini.

Ayana berdiri di belakang, tidak jauh dari posisi mereka berada. "Jadi, kalian di sini." Ayana membuka suara, membuat mereka terkejut. Perlahan mereka membalikkan badan, dan melihat Ayana dengan canggung.

"Biasa aja kali, kayak liat hantu aja," canda Ayana dengan datar, sedangkan mereka tersenyum tidak enak.

"Eh, Na. Lo di sini sejak kapan?" tanya Jalar membuka suaranya.

"Baru aja," balas Ayana singkat. "Sebenernya apa sih, yang kalian sembunyiin dari gue?" Ayana menaikkan sebelah alisnya bertanya, maju beberapa langkah menghampiri mereka. "Tau nggak sih, gue tuh kayak orang bodoh selalu dateng ke kelas kalian cuma buat nanyain soal Matteo. Tapi pada milih diem, gue berasa ngomong sama tembok."

"Makin ke sini makin bingung, sebenernya Matteo tuh nanggep gue pacarnya atau bukan. Sampe ngasih kabar satupun aja nggak ada." Ayana tersenyum masam, bibirnya bergetar saat membuka suara, mengeluarkan semua keluh kesahnya. "Harusnya dia kalo bosen bilang nggak sih? Jangan tiba-tiba ngilang gini."

Malvin yang tidak tahan melihatnya berdiri, menghampiri Ayana membuat yang lainnya bertanya-tanya. "Pulang sekolah ikut gue," katanya begitu berdiri di depan Ayana.

"Mau ke mana?"

"Vin, jangan bilang lo mau ...." Belum selesai Alex menyelesaikan kalimatnya, Malvin sudah terlebih dahulu memotong.

"Ayana juga berhak tau, keadaan Matteo sekarang dan alasan dia nggak ngasih tau ke Ayana." Malvin berkata dengan tegas. Lagipula, dirinya tidak akan membiarkan Ayana salah paham pada Matteo, sahabatnya itu.

Semua diam, tidak ada yang berani membantah Malvin.

"Matteo kenapa sih? Dia kenapa? Kok ngomongin keadaannya?" tanya Ayana tidak sabar, merasa sangat khawatir.

"Nanti juga lo tau sendiri. Dah sana balik ke kelas, pulang sekolah gue tunggu di parkiran," kata Malvin menepuk pelan bahu Ayana.

"Bener kata Malvin, lo balik ke kelas dulu. Nanti pulang sekolah dia nganter lo ke Matteo," sambung Javar setuju dengan Malvin.

"Beneran, kan?" tanya Ayana penuh harap.

"Iya, Na. Kapan juga gue pernah bohong." Alasan kenapa Malvin akhirnya harus mengingkari janji Metteo agar tidak memberitahukan kepada Ayana karena, dia mengetahui sesuatu tentang masa lalu Ayana begitupun dengan Matteo. Malvin juga berharap, Ayana jujur pada Matteo, mengatakan alasan kenapa Ayana sangat membenci jika Matteo tawuran atau balap liar. Agar tidak akan ada lagi kesalahpahaman yang terjadi lagi di antara hubungan mereka.

Bahkan Malvin saat mengetahui kebenaran sejak beberala hari lalu pun merasa terkejut. Ia tidak menyangka jika dunia memang sesempit ini. Ah, mungkin ini yang dinamakan garis takdir dari Tuhan. Gumam Malvin dalam hati.

MATTEO ✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang