2. Ajakan

498 51 3
                                    

HAPPY READING

•••••

"Makasih." Ayana turun dari motor, menatap Matteo singkat.

Matteo mengangguk, tersenyum simpul. "Ay."

Ayana berhenti, membalikkan badannya menatap Matteo—menaikkan sebelah alisnya. "Iya?"

Memang berbeda dari yang lain, sejak dulu Matteo selalu memanggil Ayana dengan panggilan Ay, bukan Na seperti yang lainnya.

"Besok lo ada acara?"

Ayana diam, berpikir, lalu menggelengkan kepalanya. "Nggak ada, kenapa?"

"Jalan sama gue, mau?" Matteo memberanikan diri untuk mengajak jalan Ayana, berharap gadis itu menerima. Tidak menolak seperti sebelum-sebelumnya.

"Nanti gue kabarin aja lewat chat ya? Mau mikir dulu." Ayana tersenyum simpul, membuat Matteo terkekeh.

Laki-laki itu mengangguk mengerti. Matteo hanya berharap, gadis itu mulai membuka hati untuknya. "Oke, semoga kabar baik."

"Yaudah gue masuk dulu ya, lo hati-hati pulangnya."

Matteo mengangguk, tersenyum lebar. Jarang-jarang Ayana berkata "Hati-hati pulangnya." Karena gadis itu terlalu kaku menurut Matteo, susah tersentuh hatinya.

Setelah Ayana masuk ke dalam rumah, barulah Matteo menyalakan motor dan pergi.

"MAMAAA." Matteo berteriak begitu masuk ke dalam rumah.

"Iya, sayang, tumben udah pulang."

"Yeee Mama, ngejek mulu sukanya."

Wanita dengan surai panjangnya dengan senyum yang terlihat manis terkekeh. Dia Mita, Mama Matteo. "Lah, kan emang biasanya juga masih nongkrong. Baru pulang ntar sore kalo nggak malem."

"Iya deh iya, suka-suka Mama aja." Matteo berhenti sejenak, lalu menatap sang Mama. "Ah, nggak jadi deh."

"Loh kok nggak jadi?" tanya Mita menaikkan sebelah alisnya. Penasaran dengan putranya itu.

Matteo hanya mengedikkan bahunya dengan ringan. "Memang nggak jadi. Matteo, kan lagi ngeprank ceritanya. Penasaran yaaa."

Sontak jawaban Matteo membuat Mita memukul keras bahu laki-laki itu yang membuatnya meringis sakit. "Akh Mama, sakit."

"Utututu anak Mama yang paling cakep sendiri, sini, Nak." Mita terkekeh dengan wajah manisnya, tangannya terulur untuk mengusap-usap wajah putranya itu.

•••••

Ayana menatap langit-langit kamar, ia memikirkan ajakan Matteo tadi, apakah dirinya harus menerima atau menolak ajakan laki-laki itu. Karena tiba-tiba saja, Ayana teringat salah satu kalimat Bunda yang hampir ia lupakan. Saat ia menceritakan sosok Matteo pada sang Bunda.

"Bun, ada cowok yang ngejar-ngejar Ayana. Dia anak IPS. Dari kelas 1 kerjaannya suka banget ngerecokin Ayana."

"Terus Ayana gimana? Keliatan banget, kan, dia suka Ayana." Arum mengusap surai Ayana dengan lembut.

"Iya, dia nggak sekali atau dua kali selalu ngungkapin perasaan ke Ayana. Tapi Ayana tolak," kata Ayana. Ia mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Kenapa? Apa alasan yang buat Ayana selalu nolak dia? Padahal Ayana tau, dia selalu berusaha buat ngedapetin Ayana?"

MATTEO ✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang