HAPPY READING
•••••
Mendung menghiasi langit Jakarta siang ini. Tapi, itu tidak mengurungkan niat Ayana untuk tidak pergi ke toko buku. Langkah kakinya berjalan dengan ringan, karena jarak tempat sekolah dan toko buku tidak jauh, jadi, Ayana memutuskan untuk jalan kaki. Hingga beberapa jarak lagi, Ayana sampai di toko buku, tapi langkahnya terhenti saat samar-samar ia mendengar sesuatu. Segerombolan anak-anak yang memakai seragam identitas SMA Satu, berkumpul. Ayana tau, itu adalah warung milik Bu Marjo, yang biasa dikenal dengan warung Burjo.
"Siap Bang Matteo, kapan nih mulai aksinya?" Suara seseorang yang menyebut nama Matteo, membuat Ayana menghentikan langkahnya, sedikit memundurkan langkah agar dirinya tidak terlihat.
“Besok abis pulang sekolah.” Ayana sangat hapal, itu adalah suara milik Matteo. Entahlah, sekarang hanya kekecewaan menumpuk yang ia rasakan untuk Matteo. Tentu saja dan juga kecewa dengan dirinya.
Ayana mengepalkan tangannya, lalu berjalan menghampiri mereka. Beberapa orang sadar dengan kehadiran Ayana, memilih diam, hanya memberi kode pada Matteo. Hingga Matteo yang merasa bingung, perlahan membalikkan badannya. Ia tertegun saat melihat Ayana berdiri tidak jauh dari posisinya berada. Matteo dapat melihat jelas, Ayana menatapnya dengan sorot kecewa. “Ay,” gumam Matteo.
Ayana berusaha tersenyum hangat, menatap Matteo takjub. “Keren ya, abis ngilang bukannya ngejelasin semuanya ke gue malah nggak masuk sekolah dan nongkrong di sini,” sindir Ayana membuat Matteo diam.
Ayana maju beberapa langkah, membuat Ayana dengan jelas bisa menatap wajah Matteo yang selalu ia rindukan itu. “Gue bingung, mau lo tuh sebenernya apa? Lo nanggep gue ini apa? Karena gue ngerasa, gue tuh kayak bukan pacar lo. Gue ngerasa nggak dianggep aja.”
“Ay ... gue bisa jelasin,” kata Matteo mencoba untuk berbicara.
Ayana dengan cepat menggeleng, ia menolak. “Kemarin-kemarin juga gitu, lo ngejelasin terus abis itu diulangin lagi.”
“Gue tuh, sayang... sayang banget sama lo. Tapi kayaknya emang lo aja yang nggak menyadari itu,” gumam Ayana. “Beberapa hari gue termenung, kayak apa ya, percuma aja gitu gue ngasih kesempatan orang yang gue cintai, tapi lagi-lagi kesempatan itu disia-siain.”
“Ay... tolong berhenti, kita pulang aja, ya? Udah mau hujan,” kata Matteo semakin dilingkupi rasa bersalah.
Ayana terkekeh, menatap Matteo datar. “Lo bisa nggak sih jadi cowok jangan pecundang gini. Gue benci tau, nggak?!”
“Gue minta maaf ... gue tau, gue salah karena udah milih buat ngilang lagi. Maaf karena udah ngingkarin janji. Maaf juga karena udah buat lo kecewa untuk yang kesekian kali.” Matteo menatap Ayana penuh penyesalan.
“Gimana kalo kita udahan aja, Matt? Gue capek,” kata Ayana dengan jujur. Mengabaikan air matanya yang terjatuh, membasahi pipinya.
Matteo dengan cepat mengusap pipi Ayana, menggeleng. “Gue sayang sama lo, Ay. Gue ngelakuin hal kemarin itu ada alasannya.”
“Dan gue ngelarang lo juga ada alasannya, Matt.”
“Iya gue tau. Tapi gue nggak papa. Lo bisa liat, gue sehat-sehat aja. Lo nggak perlu takut,” kata Matteo meyakinkan.
“Emang gampang buat ngomong kayak gitu, Matt. Tapi buat gue yang menjalani itu susah,” kata Ayana dengan suara bergetar. “Apa gue salah ya, takut kehilangan orang yang gue sayang buat kedua kalinya?”
“Cukup Kak Aska. Dan enggak buat lo, gue nggak bisa.” Ayana menatap Matteo. “Gue itu udah bener-bener trauma sama yang namanya kekerasan, mau dalam bentuk apa pun itu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
MATTEO ✔ [Completed]
Teen Fictioncover by @its_lyxa.real start: 25 Mei 2021 finish: 31 Juli 2021 ***** Ayana Savannah memiliki kehidupan yang sempurna sejak kecil, kedua orang tua yang selalu menyayanginya dan apa pun yang diinginkan selalu terpenuhi. Berbeda dengan Matteo, meskip...