14. Matteo Sakit

253 27 0
                                    

HAPPY READING

•••••

Sore ini, Ayana memutuskan untuk pergi ke rumah Matteo, karena laki-laki itu sakit. Dan Ayana sudah menyiapkan bubur untuk sang pacar. "Bunda, Ayana pergi dulu, ya, ke rumah Matteo."

Arum mengangguk. "Hati-hati, Na. Jangan pulang larut ya."

"Siap, Bunda," katanya. "Ayah, Ayana pergi dulu," lanjutnya berpamitan pada sang Ayah, Arif.

"Mau Ayah anterin nggak?" kata Ayah Arif menawarkan.

Ayana dengan cepat menggeleng. "Nggak usah, Yah. Ayana pergi sendiri aja."

"Nanti pulangnya kalo kemaleman, telepon Ayah. Biar Ayah jemput."

"Beres itu, Yah," kata Ayana. "Yaudah Ayana berangkat dulu. Assalamualaikum!"

"Waalaikumussalam, hati-hati, Na!"

Sesampainya di rumah Matteo, tidak lupa Ayana mengetuk pintu, hanya saja tidak mengucapkan salam. "Sore, Tante," sapa Ayana dengan ramah.

Seorang wanita berusia sekitar empat puluhan dengan wajah masih terlihat segar dan sangat cantik, tersenyum. "Ayana, sini masuk, Na." Mita—Mama Matteo, wanita itu merangkul bahu Ayana, mengajaknya masuk.

"Matteo ada di kamar, Na. Samperin aja."

Ayana mengangguk, tersenyum. "Kalo gitu Ayana ke kamar Matteo dulu ya, Tante."

"Iya, sayang. Ayana mau minum apa?"

"Nggak perlu repot-repot, Tante. Nanti gampang kok," tolak Ayana dengan cepat.

"Oke, nanti kalo mau minum tinggal ambil aja di kulkas ya, Na. Soalnya tante mau pergi dulu sebentar," kata Mama Mita.

"Oh, Tante mau pergi, ya?" tanya Ayana.

"Iya, Na. Ada urusan sebentar. Nanti tolong bilangin ke Matteo ya, jagain anak Tante sebentar."

Ayana tersenyum, mengacungkan jempolnya. "Siap, Tante."

"Terima kasih, sayang. Tante pergi dulu, ya. Bye!"

"Bye, Tante! Hati-hati."

Ayana mendorong sebuah pintu yang bertuliskan MATTEO dengan perlahan. Kamar benuansa monokrom, dengan aroma pinus khas seorang laki-laki itu menyapa indra penglihatan, juga penciuman Ayana pertama kali masuk. Lalu Ayana melirik ke arah kasur berukuran sedang, di sana Matteo tertidur pulas dengan selimut yang menutupi seluruh tubuh dan hanya memperlihatkan kepalanya saja.

Ayana meletakkan tote bag di atas nakas, lalu duduk di kursi yang berada di sisi ranjang. Matanya menatap sekeliling, di dinding-dinding kamar milik Matteo juga berhiaskan beberapa poster pemain sepak bola dan penyanyi ternama di dunia. Lalu tepat di sebuah dinding yang berhadapan dengan ranjang Matteo, ada beberapa foto polaroid Ayana sendiri, maupun saat Ayana dengan Matteo. Dan ada satu polaroid yang membuatnya terpaku beberapa detik, sampai mengharuskan Ayana beranjak dari tempatnya, agar bisa melihat lebih dekat dan jelas.

Di sana, ada satu polaroid di mana itu satu-satunya foto Ayana yang memakai jilbab dengan posisi membelakangi. Matteo tidak ada, hanya tangan laki-laki itu yang terlihat karena memegangi tangan Ayana. Terlihat dengan sangat jelas, tangan Matteo juga sedang memegang sebuah kalung dengan liontin salib. Di tambah latar belakang polaroid itu adalah sebuah masjid.

Ayana ingat betul, saat itu sedang Ibadah Kurban atau biasanya disebut dengan Idul Adha. Dan karena Matteo penasaran, laki-laki itu meminta Ayana untuk mengajaknya pergi ke masjid untuk melihat hewan yang akan disembelih.

MATTEO ✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang