21. Dufan

110 21 0
                                    

HAPPY READING

•••••

S

eperti yang telah direncanakan, Matteo dan Ayana akan pergi ke dufan bersama Seinna. Pagi ini, mereka terlebih dulu meminta ijin pada Bunda Seinna. Ayana pun sudah berjaga-jaga untuk membawa 1 kursi roda, meskipun Matteo berulang kali menolak, laki-laki itu bersikeras untuk berjalan. "Dibilangin harus nurut. Ini nanti bisa buat kamu sama Seinna kalo capek."

"Seinna bisa aku gendong, Ay," balas Matteo mencari alasan.

"Nggak ... nggak. Nurut atau kita nggak jadi ke dufan sama sekali?" tanya Ayana mengancam.

"Oke-oke, fine. Kita bawa kursi roda." Matteo menghembuskan napasnya, pasrah. Ayana memang tidak bisa dibantah.

Sesampainya di ruangan Seinna, Ayana mengetuk pintu. "Pagi, Tante. Saya Ayana dan ini Matteo. Kita yang mau ngajak Seinna ke dufan," kata Ayana begitu pintu terbuka, memperlihatkan seorang wanita berkepala tiga.

Wanita itu tersenyum ramah, dia Bunda Seinna. "Oh, Nak Ayana sama Nak Matteo, ya? Kemarin Seinna juga sempet bilang sama Bunda. Kata Seinna, dia mau diajakin ke dufan sama kakak-kakak baik. Bunda kira boongan, eh ternyata bener."

Matteo mengangguk dengan sopan. "Iya, Tante. Kemarin itu kita nggak sengaja liat Seinna di taman, terus cerita-cerita sedikit."

"Oalah begitu, ini Seinna lagi siap-siap di dalam. Sini masuk dulu," kata wanita itu mempersilahkan Matteo dan Ayana untuk masuk.

Kemarin juga, Ayana dan Matteo sudah berkonsultasi kepada dokter yang menangani Seinna, tentang perginya mereka ke dufan hari ini. Apakah boleh atau tidak. Dokter mengijinkan, hanya saja beliau berpesan Seinna tidak boleh sampai lelah. Dan pukul lima sore, mereka harus sudah kembali ke rumah sakit.

"Seinna cantik banget." Ayana memuji begitu melihat Seinna yang sudah rapi memakai dress berwarna biru muda selutut.

Seinna tersenyum malu-malu, lalu menarik tangan Ayana dan Matteo bergiliran, memakaikan mereka sebuah gelang. "Ini Seinna buat sendiri loh," katanya dengan bangga. "Seinna nggak tau harus berterima kasih yang gimana lagi, karena Kak Ayana dan Kak Matteo udah ngajak Seinna ke dufan. Dan Seinna cuma bisa kasih gelang ini sebagai balasannya."

Ayana berjongkok, tersenyum lembut, kedua tangannya mengusap bagu Seinna. "Bagus kok, Kak Ayana suka. Seinna pinter banget sih buat gelang ini," katanya dengan menunjuk gelang hitam dengan liontin separuh hati dan jika dipasangkan dengan milik Matteo akan membentuk sebuah hati yang utuh.

"Sip deh kalo Kak Ayana suka. Kalo Kak Matteo, suka nggak?" tanya Seinna beralih menatap Matteo.

Matteo mengangguk, mengacungkan jempolnya, ikut berjongkok di samping Ayana, mensejajarkan tingginya dengan Seinna. "Bagus kok, Kak Matteo juga suka."

"Seinna yang ngajarin bikin gelang siapa?" tanyanya melanjutkan.

"Bunda sama nonton di yutub," balas Seinna membuat Ayana mengusap kepala gadis kecil itu.

"Pinter deh."

"Yaudah, sekarang kita berangkat?" lanjut Ayana bertanya, menaikkan sebelah alisnya. Seinna mengangguk bersemangat, dengan senyuman yang tidak pudar di wajah cantiknya.

"Ayo, Kak. Seinna udah nggak sabar banget nih!" serunya. "Bunda, Seinna pergi dulu, ya." Seinna berpamitan, meraih tangan sang Bunda untuk diciumnya.

"Iya, hati-hati, ya. Kalo capek langsung bilang ke kakak-kakaknya," kata sang Bunda berpesan. Seinna mengacungkan jempolnya, tersenyum lebar.

"Siap, Bunda!"

MATTEO ✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang