28. Rasa Bersalah

213 22 0
                                    

HAPPY READING

•••••

Sejak dari Bogor, Matteo memutuskan untuk pergi ke tempat pelariannya selama ini yang tidak orang ketahui, hanya Ayana, gadis itu terkecuali. Dan sudah tiga hari, Matteo ada di sini. Rasa bersalah benar-benar telah melingkupi dadanya. Matteo hanya takut Ayana kecewa. Entah sudah berapa banyak kekecewaan yang Matteo berikan untuk pacarnya itu. Begitu banyak hingga Matteo saja semakin dihantui oleh rasa bersalah. "Akh, goblok lo Matt, goblok!" makinya memukul-mukul kepala.

Mungkin jika ada yang bertanya, siapa orang yang paling tidak pernah bersyukur jawabannya adalah Matteo. Karena Tuhan sudah menghadirkan Ayana di hidupnya, tapi Matteo tidak pernah memanfaatkan itu dan malah menyia-nyiakannya. Bagaimana jika Ayana meninggalkannya? Itu adalah kalimat yang selalu berputar di otaknya sejak kemarin. Pesan Ayana pun, tidak ada yang Matteo balas. Matteo hanya terlalu takut. Dirinya benar-benar lemah dan tidak berdaya sekarang.

"Matt, misal nanti suatu saat lo berbuat kesalahan, tolong jangan lari gitu aja kayak kemarin ya." Ayana menatap sendu Matteo. "Karena gue lebih suka lo dateng ke gue dan jujur tentang semuanya. Daripada harus kayak kemarin, ilang gitu aja tanpa kabar."

Matteo tersenyum mengangguk, mengusap pipi Ayana lembut. "Gue janji, Ay."

"Gue mungkin bener-bener akan mengakhiri semua kalo nanti terulang lagi."

"Jangan gitu, ah, Ay. Nggak baik bilang gitu," kata Matteo yang memang tidak ikhlas mendengar kalimat itu dari mulut Ayana. Seakan itu adalah kalimat peringatan untuk Matteo. Dan ia tidak bisa menyepelekan hal itu.

Karena Matteo yakin dengan sebuah kalimat, jika seorang perempuan sudah meletakkan kepercayaan yang begitu besar pada seseorang laki-laki, lalu tiba-tiba saja diingkari. Dia tidak akan percaya lagi. Mungkin akan memberikan sebuah kesempatan. Tapi, semua akan terasa berbeda.

Karena saat perempuan begitu yakin, ia akan melakukan apa pun. Tapi ketika kepercayaan itu dihancurkan, ia tidak akan sepenuhnya percaya lagi. Akan ada keraguan di hatinya, sekecil apa pun itu.

•••••

"Seruni, pulang sekolah ke toko buku, yuk." Ayana menatap Seruni, dengan wajah penuh harapnya.

"Mmm, iya nggak ya. Soalnya gue males banget, nih," katanya dengan ringan.

Ayana berdecak, menegakkan tubuhnya. "Nggak asik lo."

"Mau ngapain sih? Novelnya thxyousomatcha penulis kesayangan lo itu belom keluar lagi, kan?" tanya Seruni yang masih sibuk memainkan ponselnya.

Ayana memang penggemar berat thxyousomatcha. Entah berapa banyak novel karya thxyousomatcha yang sudah Ayana punya. Sepertinya semua novelnya, Ayana memilikinya.

"Lah lo pikir ke toko buku ngapain? Ngemis?" sewot Ayana dengan kesal, membuat Seruni sepenuhnya menatap Ayana.

"Lo sensi banget sih. Kenapa?"

"Soalnya lo ngeselin!" sungut Ayana. "Diajak ke toko buku aja ogah. Yaudah kalo nggak mau, gue bisa ke sana sendiri," lanjutnya lalu berlalu begitu saja membuat Seruni melongo dengan sikap Ayana.

Ada apa dengan sahabatnya itu? Batin Seruni bertanya.

Di kantin, Ayana menatap baksonya tidak bergairah. Padahal biasanya, Ayana paling semangat jika memakan bakso. Ayana hanya merasa ... kecewa. Entah, semua menjadi satu hingga Ayana tidak bisa menjelaskan. Kadang terlintas di benaknya, sebenarnya Ayana ini siapa bagi Matteo. Hingga laki-laki itu selalu seenaknya.

MATTEO ✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang