26. Kemarahan Matteo

163 21 0
                                    

HAPPY READING

•••••

"Bangsat banget, si Axel." Kedua tangan Matteo refleks terkepal, wajahnya memerah menahan marah. Setelah mendengat cerita Malvin, Matteo benar-benar sudah tidak bisa menahan dirinya lagi. Ia tidak menyangka, Axel, yang juga teman sejak masa kecilnya pun, berkhianat. Entah sejak kapan Axel berada di pihak Angkasa. Matteo akan membuat perhitungan padanya. Tidak, tapi pada mereka berdua. Dan yang membuat Matteo semakin marah saat, Malvin dikeroyok oleh mereka. Matteo berjanji, dirinya sendiri yang akan benar-benar menghabisi Axel dan Angkasa.

Malvin menatap Matteo, terlihat jelas jika sahabatnya itu sedang sangat marah. Lagipula, siapa yang tidak marah jika sahabatmu sendiri berkhianat. Benar memang, ada sebuah kalimat yang mengatakan, musuh terbesarmu adalah teman dekatmu sendiri. Dan ini bukan terjadi pada Matteo saja, tapi juga dengan mereka—Malvin, Javar dan Jalar.

Hingga pintu terbuka, menampilkan sosok Javar dan Jalar yang berdiri mematung di pintu. Mereka juga sudah mendengar semuanya. Yang mereka tangkap dari pembicaraan Matteo dan Malvin adalah, jika Axel berkhianat. Laki-laki itu, ternyata ada di pihak Angkasa. "Ck, gue nggak nyangka aja sih, gila ... gila," decak Javar tersenyum kecut. Terlihat mata laki-laki itu yang berkaca-kaca.

"Sejak kapan dia ada di pihak Angkasa?" lanjutnya bertanya. Semua menggeleng, tanda tidak tau.

"Gue mikirnya, emang sejak Matteo sama Angkasa udah nggak baik, Axel sebenernya udah ada pihak Angkasa," gumam Jalar menyeruakan pendapatnya. "Karena, kalo lo inget baik-baik, selalu aja setiap SMA Satu sama SMA Kartini tawuran, Axel jarang ikut. Gue ingetnya sih dua kali, terakhir yang kemarin."

"Dan, setiap kita ada masalah sama Angkasa sejak dulu juga Axel selalu aja nggak pernah ikut-ikutan," lanjut Jalar. "Apalagi, sejak Malvin masuk rumah sakit, Axel juga nggak masuk sekolah."

Mereka terdiam, mencerna kalimat Jalar. Jika diingat-ingat memang benar. Axel lebih banyak tidak pernah ikut berpartisipasi jika itu menyangkut Angkasa. "Lo bener. Inget pas acara baksos tahun lalu, anak-anak SMA Satu udah pada usul jangan ngijinin anak-anak SMA Kartini buat ikutan acaranya. Dan pada setuju, eh malah tiba-tiba berubah, gue denger dari anak Osis, Axel yang minta ke mereka buat nggak blacklist SMA Kartini. Gue sih nggak tau pastinya, tapi bisa jadi, kan?" tanya Malvin menatap para sahabatnya secara bergantian.

Nyatanya, mereka memang menyadari itu. Tapi, hanya menganggapnya sebuah kebetulan saja. Tidak berpikir jika itu sebuah petunjuk tentang pengkhianatan Axel untuk mereka.

"Kalian berdua di sini, jagain Malvin." Matteo bersiap-siap akan pergi, tapi Javar menahan.

"Mau ke mana, lo?" Javar balas menatap Matteo dengan tajam. Memang, di antara mereka, hanya Javar yang bisa mengendalikan emosi Matteo.

"Bukan urusan lo," gumam Matteo.

"Jadi urusan gue kalo lo mau nyamperin Axel sama Angkasa," kata Javar.

Ketegangan mengisi seluruh ruangan. Bahkan Malvin dan Jalar tidak berani ikut-ikutan.

"Lepas, atau gue tonjok lo." Matteo berkata dengan datar, menatap Javar penuh kemarahan yang sebentar lagi akan meledak.

"Tonjok aja, biar lo sadar, lo nggak bisa seenaknya kayak gini." Javar menatap Matteo, "Lo nggak bisa main nyamperin Axel sama Angkasa. Gue tau lo marah, kecewa. Gue, Jalar, Malvin pun sama. Kita ngerasain hal yang sama."

"Lo tau? Gue juga pengen banget mukul Axel, karena udah berani-beraninya ngehianatin kita. Bahkan sampe buat Malvin kayak gini." Javar menghembuskan napasnya, menunjuk ke arah Malvin. "Lo harusnya ngajak gue, jangan sendiri kayak gini, goblok."

MATTEO ✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang