Kenyamanan Hati (Mira)

2K 188 6
                                    

Setelah melalui padatnya jalanan kota Bandung dan arahan dari Mira tentang letak tempat tinggalnya, Gracia dan Mira tiba disebuah perumahan yang menjadi tempat tinggal Mira. Perumahan yang cukup mewah sama halnya dengan Gracia. Tampak, rumah Mira yang minimalis namun mewah dan juga berlantai 2. Mira yang menyadari sudah tiba didepan rumahnya, ia segera turun dari tumpangan sepeda motor Gracia.

"Makasih ya, kak Gre?" Ucapnya seraya melepaskan helm yang ia gunakan lalu diberikannya kepada Gracia.

Gracia mengangguk menerima helm yang diberikan Mira disertai memberikan senyuman khasnya yang menampilkan giginya yang gingsul, "Sama-sama, Mir."
Lantas, senyuman Gracia yang membuat Mira salah tingkah. Dalam benaknya, senyuman Gracia adalah candu yang keindahannya adalah anugerah dari Tuhan. Ia merasa, gejolak dalam dirinya semakin menjadi akan senyuman Gracia yang ia terima.

Mampus deh! Senyuman, kak Gre bener-bener bisa buat jantungku gak sehat nih lama-lama.

Mira yang mematung secara tidak sadar itu tampak melamun didepan Gracia. Gracia lalu melambaikan tangannya, agar Mira tersadarkan segera dari lamunannya.

"Mir.. Mira? Ngelamun lagi, ya?"

Mira mengerjap seketika, begitu Gracia memanggilnya.

"Eh.. maaf, kak Gre, aku keseringan melamun ya?" Mira yang tampak kikuk itu hanya bisa tersenyum malu atas tingkahnya sendiri sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Gak sering sih, baru dua kali. Tadi pas dikampus, sekarang disini. Kamu kenapa, sih, Mir? Ada yang lagi kamu pikirkan, ya?"

Ada kak. Aku selalu memikirkanmu. Memikirkan, apakah aku bisa memiliki hati kakak? Tapi, kayaknya emang mustahil, sih. Kakak, udah milik, kak Shani. Sedangkan, aku, bisa apa?

Entah ada masalah apa dalam hidup Mira. Ia lagi dan lagi hanya mematung kembali dengan lamunan dirinya. Ucapan dalam hatinya membuatnya justru tidak sadar dengan dirinya sendiri saat ini.

Mendengar pertanyaan Gracia, Mira kembali mengerjap seketika. Ia semakin tidak karuan dengan situasi saat ini.

"Eh.. eng.. enggak ada yang aku pikirkan, kok, kak. Mungkin, emang aku kecapean kali, ya?"

"Oh, begitu? Kamu kalau kecapean banyakin istirahat yang cukup, jangan begadang kalo gak penting, juga banyakin minum air putih, ya?"

Hati Mira yang dibuat berbunga oleh perkataan Gracia barusan. Tidak menyangka baginya, bahwa kakak kelas semasa sekolah itu akan sangat perhatian kepadanya. Perhatian yang siapapun diterima, termasuk Mira akan menjadikannya hati yang sangat nyaman kepada seseorang itu. Termasuk, Mira kepada Gracia. Walaupun, itu hanyalah sebuah perhatian kecil dan sederhana yang siapapun, bisa mengatakannya.

"I.. iya, kak Gre. Ma.. makasih, atas perhatiannya sama aku." Mira yang masih dengan salah tingkah itu, justru membuat Gracia tertawa kecil dengan sikap Mira saat ini.

"Kamu kenapa, sih, Mir? Ngomong sama aku kok kayak yang ketakutan, gitu. Apa, aku kayak dosen yang menyeramkan dimata kamu?"

BUKAANN!! KAK GRE. Aku, bukan takut sama kamu. Aku, cuma gugup aja, bisa ngobrol berdua kayak gini sama orang yang aku sukai.

Mira menggelengkan cepat kepalanya berkali-kali. Ia yang tentu begitu bukan karena takut sama Gracia, melainkan karena ucapan hatinya yang benar-benar membuatnya ingin menyerah dengan keadaan saat ini(?)

"Bukan, kok. Aku, hanya gak biasa aja bisa ngobrol kayak gini sama, kakak."

Gracia menaikkan alisnya sebelah, ia tidak mengerti maksud jawaban Mira yang terlontar olehnya, "Maksud kamu, gak biasa gimana?"

22.22 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang