Keputusan (Mengalah)

1.8K 155 19
                                    

Sedari tadi, Jesslyn memperhatikan raut wajah Mira yang datar nan sendu. Ada apa dengan Mira? Belakangan ini ia jarang banyak berbicara. Bahkan, ketika ditanya pun hanya sebuah jawaban klise yang enggan untuk dijawab.

Mira yang biasanya selalu tersenyum dan bersikap receh itu kini berbanding terbalik. Yang ia perlihatkan hanyalah sikap dingin dalam arti kata tidak terlalu menampakkan senyuman khasnya, berbicara seperlunya dan cenderung murung. Terkadang, membuat Jesslyn sedikit jengah dengan perubahan sikap teman satu kampusnya itu.

"Mir? Kamu kenapa belakangan ini? Gak kayak biasanya, loh. Kalau ada sesuatu yang bener-bener ngeganjel dihati kamu, ya cerita lah. Aku pasti akan bantu kamu, gak bakal biarin kamu ngerasa sendiri buat ngadepin masalah kamu."

Mira menghela nafasnya pelan. Rasanya, memang benar sekali ia harus menceritakan apa yang membuatnya belakangan ini terasa mengganjal dihatinya.

Kini, Mira menatap Jesslyn dan sedikit memaksakan untuk tersenyum. Tatapan Mira yang terlihat sendu itu membuat Jesslyn sedikit mengerutkan keningnya. Sorot mata Mira seolah menampilkan dirinya sedang bersedih.

"Je, aku kayaknya bakalan mundur, deh." Ucapnya pelan, Jesslyn masih belum memahami ucapan Mira.

"Mundur? Maksudnya?"

Semula, Mira memaksakan dirinya untuk tersenyum, namun kini ia memejamkan kedua bola matanya rapat-rapat dan justru, dibalik dirinya menutup kedua bola matanya itu, ada maksud yang ia lakukan saat ini, yakni menahan agar air matanya tidak keluar dari kedua bola matanya.

Namun, Mira kalah dalam keadaan. Kesedihannya sudah tidak dapat ditahankan lagi. Air matanya kini pecah dan mengalir membasahi pipi kiri kanan Mira.

"Mir... Miraa! Jangan nangis, Mir. Kamu kenapa? Tolong kasih tahu aku kenapa nangis?" Reflek, Jesslyn memeluk erat Mira seketika. Mendapati dirinya dipeluk Jesslyn, Mira menyandarkan dagunya diatas pundak Jesslyn. Mira kini menangis tersedu-sedu.

"Aku harus mundur dan berhenti mencintai kak Gre, Je. Aku udah gak bisa lagi terus bertahan dengan perasaan aku ini. Aku tahu, kak Gre pernah bilang kalau dia juga cinta sama aku, dan aku juga sama kayak dia. Tapi, karena kak Shani yang hadir kembali dihadapan kak Gre, aku merasa gak pantas buat, kak Gre. Aku tahu, kak Shani masih cinta sama dia, Je. Kak Shani masih bener-bener ngejar, kak Gre terus. Aku gak bisa merasa menang dari kak Shani yang udah berhasil milikin kak Gre. Aku-a-aku-." Tangisan Mira semakin menjadi setelah ucapannya yang terlontar dengan nada lirih darinya. Jesslyn semakin mengeratkan pelukannya dan mengusap-ngusap lembut punggung Mira. Tidak mempedulikan bahwa pundaknya saat ini sudah basah akibat air mata Mira.

"Mir..." Jesslyn enggan untuk berkata apa karena ikut merasakan kesedihan Mira saat ini.

"Aku tahu, aku gak akan nyerah buat dapetin, kak Gre awalnya seperti apa yang kamu bilang ke aku kemarin. Tapi, semakin kesini semakin aku sadari, bahwa cinta yang aku rasakan saat ini bukanlah harus memiliki. Melainkan, merelakan untuk seseorang yang lebih pantas dari aku. Biarkan rasa ini hanya menjadi rasa yang tidak pernah dimiliki oleh orang yang aku cintai."

"Mir, kalau itu keputusan kamu. Aku gak akan ngelarang buat terus bertahan dengan perasaan kamu sama, kak Gre. Semua emang tergantung hati kamu, kok. Kalau emang itu yang terbaik, lakukanlah sekalipun itu berat banget buat kamu. Konsekuensi yang harus kamu terima nantinya, ya mungkin sakit hati."

"Aku udah siap semuanya, kok. Sekali berat banget buat aku harus ngerelainnya demi, kak Shani." Mira menarik tubuhnya dan melepaskan pelukannya dari Jesslyn.

Jesslyn dan Mira kini saling bertatapan satu sama lain. Tangan kanan Jesslyn terulur untuk menghapus sisa-sisa air mata Mira yang masih membasahi pipinya. Mira perlahan tersenyum menatap Jesslyn atas perlakuannya tersebut.

22.22 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang