Terdiam membisu sesaat diantara perasaan bimbang saat ini. Ada yang tidak ingin diungkapkan tetapi harus dilakukan. Tentang merelakan, atau bertahan. Namun, keputusaan itu adalah merelakan.
Tentang, Mira, yang akhirnya akan merelakan sosok, Gracia. Untuk, Shani?
Mira tersenyum manis begitu mendapati, Gracia, yang tengah berlari kecil ke arahnya. Untuk pertama kalinya, Mira kembali tersenyum kepada Gracia setelah dalam beberapa hari belakangan ini selalu saja menghindarnya. Dan, bahkan enggan untuk menatap kakak kelasnya itu.
Mira beranjak dari duduknya dikursi taman kampus. Sesaat, pandangan keduanya bertemu begitu Gracia sudah berada dihadapannya. Ada kerinduan dari keduanya bagaikan lama tak berjumpa. Tatapan itu melepas rindu keduanya.
"Mir?"
"Kak?"
Keduanya saling berucap secara bersamaan. Entah mengapa, keduanya begitu canggung setelah pertemuannya itu kembali terjadi.
"Kakak dulu, deh." Mira mempersilahkan Gracia untuk berbicara terlebih dahulu, namun Gracia menggelengkan kepalanya dan justru ia mempersilahkan Mira untuk berbicara terlebih dahulu.
"Gak, kamu dulu, Mir."
Mira mengehela nafasnya pelan, bersiap dengan lanjutan kalimatnya. "Kakak, mau ngomong apa sama aku?"
"Ehhmm... Aku mau ngomong sesuatu yang sangat penting. Ini, soal kejelasan tentang kita."
"Tentang kita?" Mira sedikit mengangkat alisnya. Gracia mengangguk.
"Iya. Apalagi, yang kamu katakan waktu itu soal perasaan kamu ke aku. Aku-."
"Iya, kak. Aku paham, kok. Kalau mau ngomongin itu, kita cari tempat lain, yuk?" Mira tampak antusias begitu mengajak Gracia untuk membawanya kemanapun ia akan membawanya.
Gracia tak kalah antusias. Ia mengangguk dengan wajah cerahnya dan tersenyum sumringah sebagai jawaban iya atas ajakan Mira.
Kini, dengan sepeda motor yang Mira bawa karena sedari awal dari berangkat kampus, Mira memang mengajak Gracia untuk berangkat bersamanya. Dalam benaknya, Mira memang berniat akan menghabiskan waktu bersama Gracia, orang yang ia cintai sampai saat ini sedari SMA dulu setelah kegiatan kampusnya selesai.
Tetapi, menghabiskan waktu bersama Gracia adalah keputusan lain yang ia rencanakan dari rencana yang ia sudah pikirkan jauh hari sebelumnya.
Rencana?
Ya, rencana Mira menghabiskan waktu bersama Gracia di hari ini adalah bagian dari alur rencana Mira yang akan merelakan Gracia untuk Shani. Ia sengaja, akan menghabiskan waktu bersama Gracia karena setelahnya, keputusan akhir dari Mira adalah, meninggalkan Gracia lalu melupakannya.
Melupakan dalam arti kata, Mira tidak akan mempedulikan lagi keberadaan Gracia yang akan selalu hadir dan bertemu secara langsung dalam kehidupannya yang berjalan. Tidak mempedulikan akan seperti apa Gracia kepadanya nanti apabila yang ia rencanakan memang berjalan sesuai keinginannya. Walau konsekuensinya adalah, tentang rasa sakit hati yang luar biasa yang akan Mira rasakan kedepannya akibat keputusannya.
Mira sadar betul, bahwa keputusannya adalah sebuah keharusan yang ia lakukan dengan hati yang sangat dalam. Ya itu, merelakan.
Manusia mana yang hatinya akan merasakan rasa sakit yang luar biasa kala akhirnya lebih mengharuskan merelakan orang yang di cintainya untuk orang lain. Terlebih, dalam hati kecil yang teramat dalam ia sangat tidak ingin melihat itu terjadi. Keinginannya, hanya-lah bersama orang yang di cintainya, dia-lah, Gracia.
Begitulah perasaan Mira saat ini. Walaupun sebenarnya ia tidak ingin merelakan Gracia untuk Shani. Tetapi, entah dorongan apa yang membiarkan Mira lebih mengalah daripada perasaan cintanya sedari dulu. Hati Mira yang terbuat dari baja 'kah? Ia tidak mempedulikan rasa sakit yang menusuk hatinya. Mira justru lebih meyakini bahwa, Gracia pasti akan lebih bahagia apabila kembali berlabuh ke pelabuhan masa lalunya. Pelabuhan itu adalah, Shani.
KAMU SEDANG MEMBACA
22.22 (END)
Romance"Waktu itu kamu pergi tanpa permisi, kenapa sekarang harus repot-repot kembali, Shani?" "Ada banyak hal yang gak kamu mengerti, Gracia." "Dan, ada banyak hal yang kamu gak mengerti tentang gimana perasaan aku selama 2 tahun lebih menahan sakitnya y...