Petang yang telah datang, menghiasi langit kota yang berjuluk kota kembang ini tampak begitu indah. Seindah perasaan Gracia saat ini, kala akhirnya ia bisa berduaan kembali bersama Mira setelah beberapa hari ini, keduanya sempat lost contact.
Setelah keduanya berada di kampus tadi, kini mereka memutuskan untuk melanjutkan kembali quality time dadakan yang awalnya Mira ingin menolaknya. Namun, dorongan Jesslyn berhasil membuat Mira akhirnya berubah pikiran dan memutuskan untuk menemui Gracia. Saling mengatakan unek-unek keduanya walau Mira masih enggan untuk mengatakan tentang ketidak enakannya kepada Shani, yang menjadikannya ia menghindari Gracia.
Tetapi, sekali lagi, peran Jesslyn sangat berpengaruh besar terhadap Mira saat ini. Dia yang selalu menyemangati Mira agar tidak menyerah lebih tepatnya. Jesslyn memang sosok yang tepat untuk seorang teman bagi Mira. Mungkin, bilamana Mira tidak mengenal Jesslyn dikampus saat ini, dirinya pasti sudah menyerah dengan keadaan.
"Kita mau kemana, Mir?" Tanya Gracia disela ia bersiap diatas sepeda motor maticnya. Mira berpikir sejenak, akan kemana menurutnya tempat yang menarik untuk keduanya.
"Aku tahu, kak. Kemana kita akan berjalan-jalan sore ini, tapi makan dulu, yuk? Laper, nih."
"Iya, ya. Ya udah kamu mau makan dimana, aku sih ikut aja. Yang penting, aku sama kamu saat ini." Gracia tampak tersenyum malu-malu dengan ucapannya sendiri. Mira tersenyum lucu mendengar ucapan Gracia.
"Kakak, bisa aja. Hmm.. Aku tahu tempat makan yang menarik, bahkan kesukaan aku dari dulu tahu, kak."
Gracia memasang wajah antusias begitu mendengar ucapan Mira, "Oh ya? Ya udah kalau gitu, aku ikut kamu aja. Dan, nih kunci motor kamu yang bawa ke tempat makan kesukaan kamu itu." Gracia memberikan kunci motornya kepada Mira, Mira menerimanya kemudian.
"Oke, kak. Yuk, berangkat. Keburu malem, nih."
"Yuk, Mir."
Kini, Mira-lah yang mengendarai motor milik Gracia. Berjalan perlahan dijalan raya menelusuri keramaian jalanan kota kembang. Jalanan yang tampak ramai dengan lalu lalang kendaraan kiri dan kanan, Gracia tampak menikmati sekali perjalanannya kali ini. Terlebih, bersama Mira yang menurutnya selalu menjadi candu. Bahkan, ia tersenyum dibelakang punggung Mira dan kedua tangannya yang tiba-tiba berinisiatif sendiri merangkul perut Mira. Mira tampak terkejut dengan perlakuan kakak kelasnya itu. Tetapi, dia menyukainya.
Mira sengaja memperlambat kecepatan sepeda motornya, agar semua yang terjadi saat ini tidak cepat berlalu. Bahkan, sesekali ia mengusap punggung tangan Gracia dengan lembut. Tentu, perlakuan Mira terhadapnya menjadikan Gracia memberanikan diri untuk menyandarkan kepalanya di punggung Mira layaknya seperti di adegan salah satu film yang fenomenal itu.
Dibalik kemudi, Mira tersenyum merekah dengan Gracia yang menyandarkan kepalanya di punggungnya. Salah satu kenyamanan hatinya yang melahirkan rasa cinta kepada Gracia semakin menggebu saja dibenaknya. Melupakan tentang kehadiran Shani yang hadir setiap saat kepada Gracia. Ia tidak mempedulikannya saat ini. Yang terpenting, untuk saat ini ia sedang bersamanya.
Lalu, motor yang dikendarainya mendarat disebuah warung makan mie instan yang bertengger dipinggir jalan. Menyadari motor yang dikendarai Mira berhenti, Gracia segera menegakkan posisi tubuhnya dan menatap tempat tujuan Mira saat ini. Gracia sedikit terkejut ketika Mira membawanya ke warung makan mie instan tersebut, atau sebut saja Warmindo.
"Loh, kita kesini?" Tanya Gracia disela ia turun dari motornya dan menyimpan helm yang digunakannya di spion motornya.
Mira mengangguk mantap, "Iya, kak. Inilah tempat makan favorit aku sejak aku SMA, warmindo langganan aku." Mira tampak antusias dengan ucapannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
22.22 (END)
Romance"Waktu itu kamu pergi tanpa permisi, kenapa sekarang harus repot-repot kembali, Shani?" "Ada banyak hal yang gak kamu mengerti, Gracia." "Dan, ada banyak hal yang kamu gak mengerti tentang gimana perasaan aku selama 2 tahun lebih menahan sakitnya y...