"Kayaknya dikampus ini ada yang suka sama kamu, deh."
"Dia adalah, Mira."
Bagaimana bisa, kalimat itu masih terngiang-ngiang begitu jelas di pendengaran Gracia. Ketika dengan renyahnya Sisca mengatakan bahwa Mira menyukai dirinya.
Tahu darimana dia suka sama aku?
Bukti apa Kalau Mira suka sama aku?
Kalimat itu terbesit dari benak Gracia. Apa Sisca hanya mengarang saja? Atau, Sisca hanya mengada-ngada saja?
Namun, pikiran Gracia semakin menjadi. Kala Mira memberikan sesuatu kepada dirinya. Sebuah benda yang terbungkus kertas kado berwarna ungu, dengan balutan hiasan pita berwarna pink. Ia memang belum mengetahui apa isi kado tersebut, karena permintaan Mira yang memintanya jangan dibuka langsung.
Mira ngasih kado sama aku kenapa, ya?
Apa bener-bener perkataan Sisca, ya? Mira emang... Akh, gak jadi. Gak mungkin!
Pikiran Gracia semakin kacau. Memikirkan kalimat-kalimat itu dalam pikirannya. Kali ini, yang berkutat dalam pikirannya bukanlah sosok Shani. Melainkan, kalimat Sisca tersebut dan perlakuan Mira kepadanya yang benar-benar beda banget hari ini.
Sedari tadi, Gracia memikirkan hal tersebut. Berjalan mondar-mandir didepan trotoar kampusnya. Memikirkan yang kali ini terasa beda darinya. Tidak menjadikan hatinya terasa sakit, seperti halnya dulu ia selalu memikirkan Shani. Namun, kali ini terasa berbeda.
Yang Gracia rasakan justru adalah rasa penasaran. Penasaran terhadap sosok Mira yang terasa berbeda di benak Gracia. Ingin rasanya, ia bertemu dengan Mira lagi setelah pertemuannya tadi di kantin kampus. Memastikan lagi ada maksud apa ia memberikan sebuah kado(?)
Sedari tadi memikirkan hal tersebut, sebuah mobil berjenis SUV berwarna putih tiba-tiba menghampiri Gracia. Perhatian Gracia yang sedari tadi berfokus pada pikirannya yang berkutat dalam otaknya pun kini teralihkan. Mobil yang tampak asing bagi Gracia, karena ia tidak mengetahui siapa orang yang berada di dalam mobil tersebut.
Kaca mobil sebelah kiri terbuka. Dari jok kemudi, seseorang memanggil Gracia seraya tersenyum. Setelah kaca mobil tersebut terbuka, Gracia akhirnya mengetahui siapa pengemudi yang memanggilnya.
"Kak Gre?"
"Eh, Mira? Kok tumben baru pulang?"
"Masuk dulu, kak!" Perintah dari pengemudi mobil tersebut kepada Gracia yang ternyata adalah Mira. Gracia mengangguk menuruti perintah Mira. Kini, ia sudah berada didalam mobil dan duduk bersebalahan dengan Mira.
"Kok kamu belum pulang, Mir? Terus, temen kamu Jesslyn kemana?" Kali ini Gracia mengulang pertanyaannya.
"Dia udah pulang duluan, kak. Oh iya, kakak kok tumben belum pulang? Terus, tumben gak bawa motor kakak?" Kali ini, Mira bertanya balik kepada Gracia. Mira belum melanjutkan kembali laju kendaraannya, masih berhenti di depan trotoar kampus.
"Hari ini jadwal service bulanan motor aku, Mir. Jadi, aku ke kampus juga naik angkot. Tumben, kamu bawa mobil, Mir?"
"Lagi pengen aja, kak. Kebetulan dirumah ada mobil yang lagi nganggur, jadi aku pake, deh."
Mendengar jawaban Mira, Gracia hanya ber-oh saja. Setelah basa-basi singkat itu, keduanya terdiam seperti kehabisan topik pembicaraan. Gracia tidak tahu harus menanyakan apa lagi terhadap Mira. Namun, rasa penasaran mengapa ia memberikan sebuah kado kepada dirinya masih berkutat dalam pikirannya. Dalam benaknya, apakah ia harus menanyakan alasan kenapa gadis disebelahnya memberikan sebuah kado kepadanya? Atau, lebih baik mengurungkan niatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
22.22 (END)
Romance"Waktu itu kamu pergi tanpa permisi, kenapa sekarang harus repot-repot kembali, Shani?" "Ada banyak hal yang gak kamu mengerti, Gracia." "Dan, ada banyak hal yang kamu gak mengerti tentang gimana perasaan aku selama 2 tahun lebih menahan sakitnya y...