Maaf

1.5K 153 7
                                    

Kegiatan kampus yang telah usai, khususnya dikelas Mira. Beberapa teman satu kelas Mira sudah meninggalkan Mira, namun masih menyisakan Mira dan juga Jesslyn. Mira yang tengah membereskan buku-buku tulisnya ke dalam tas, disusul dengan Jesslyn yang menghampiri Mira yang sudah siap meninggalkan kelas.

"Mir?"

Mira menoleh ke arah Jesslyn, "Eh, iya Je?"

Jesslyn melontarkan senyuman yang penuh arti sembari memainkan kedua alisnya, membuat Mira sedikit mengerutkan keningnya, Mira tidak mengerti maksud Jesslyn.

"Kenapa sih, Je?"

Jesslyn berdecak kesal karena Mira yang tidak mengerti maksudnya itu.

"Akh, kamu pasti lupa kan tentang semalam aku chat kamu?"

Mira berusaha mengingat-ngingat apa yang Jesslyn ucapkan. Dan, tidak membutuhkan waktu lama untuk Mira mengingat apa yang Jesslyn ucapkan itu. Ia dapat mengingatnya dengan cepat. Dasar Mira, masih muda udah pelupa.

"Oh, iyaaa!" Mira menepuk keningnya sendiri.

"Aku inget, kok. Ya, ya, ya ayo aku anterin kamu."

Jesslyn menjetikkan jari tangannya.

"Nah, gitu dong inget. Masa udah lupa aja apa yang aku bilang semalem lewat chat. Tapi, parah sih kamu, gak bales chat aku cuma read doang. Emang Amirudin Fatinasi Uduk ini kelakuannya jahat banget sama temen sendiri."

"Eh, bukan gitu ya, Jesslylyn Mah Ceuceu! Semalem aku kecapean, langsung tidur. Buat bales chat kamu aja gak kuat karena saking ngantuknya. Buruk sangka mulu sama temen sendiri."

"Halah, alesan! Pinter banget nyari alesan."

"Dih, dasar ya kamu! Awas aja, aku gak jadi nganterin kamu, deh."

Mendenger perkataan Mira, Jesslyn akhirnya lebih mengalah dengan duel singkat perdebatannya dengan Mira. Buru-buru, ia merangkul lengan Mira agar jangan melakukan apa yang Mira katakan sebelumnya. Tetapi, dibalik keduanya yang saling gak mau mengalah barusan, hanyalah candaan mereka semata.

"Eh, jangan dong, Miwa geulis pisan anu panggeulisna, duh. Anterin aku ya, ya, ya?"

Mira terkekeh mendengar ucapan teman satu kelasnya itu. Jesslyn benar-benar bisa ada-ada saja yang membuatnya tertawa kecil maupun besar(?)

"Iya Neng Jesslyn yang paling geulis, aku anterin kamu ke Ciwalk. Yuk lah, gaskeun udah keburu sore, nih."

Jesslyn mengangguk cepat lalu menarik cepat lengan Mira yang masih ia pegang untuk segera keluar dari kelas, "Hayuk, Miwa."

"Eh.. Pelan-pelan dong! Hampir jatuh, nih."

Kini, yang semula Mira terkekeh, Jesslyn pun terkekeh melihat Mira yang keseimbangannya hampir jatuh akibat tarikannya barusan.

"Maaf, gak sengaja."

Mira memutar malas kedua bola matanya, "Ya, ya, ya!"

Mira dan Jesslyn sudah sama-sama berada diluar kelas. Niat keduanya memang akan mengunjungi Ciwalk seperti yang Jesslyn ajak kepada Mira untuk mengantarnya. Namun, hanya berselang beberapa langkah dikoridor kampus, seseorang dari belakang keduanya memanggil nama Mira.

"Mira?"

Panggilan itu membuat Mira dan Jesslyn menghentikan langkahnya. Membalikkan kedua badannya secara bersama-sama. Tampak, seseorang yang sangat tidak asing bagi keduanya, khususnya Mira yang membuat dirinya sedikit membelakkan kedua bola matanya.

"Kak Gre?"

Dialah Gracia, yang memanggil nama Mira secara tiba-tiba dari arah belakangnya.

Gracia tersenyum menatap Mira dengan sedikit berbinar. Hati Gracia yang tampak bahagia melihat Mira kembali setelah beberapa hari ini ia tidak melihatnya.

22.22 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang