Terima Kasih Untuk Cinta

1.8K 194 21
                                    

"Makasih, ya, Mir?" Gracia tersenyum sembari menyerahkan helm ditangannya kepada, Mira.

Mira membalas senyuman Gracia, "Sama-sama, kak."

"Rasanya, hari ini gak mau, deh, cepet udahan. Aku pengen ngulang lagi kayak sekarang."

Mendengar ucapan Gracia, membuat hati Mira semakin meringis. Meringis rasa sakit yang bersarang dihatinya. Mira menyadari, bahwa hal ini tidak mungkin bakal terulang kembali.

"Kak?"

"Iya, Mir?"

Mira beranjak turun dari sepeda motornya. Mensejajarkan posisinya berdiri dihadapan Gracia.

"Aku mau bilang, terima kasih untuk segalanya."

Gracia tidak mengerti maksud perkataan Mira.

"Maksud kamu, Mir? Aku gak ngerti, beneran, loh. Kenapa harus ada kalimat 'makasih'?"

Sejenak, Mira menarik nafasnya pelan. Inilah saatnya, untuk mengucapkan 'selamat tinggal' kepada, Gracia. Merelakan orang yang dicintainya, agar kembali kepada, Shani. Meskipun, dalam benaknya, sangatlah berat. Bahkan, sangat menyakitkan untuk melepaskan orang yang sangat ia cintai.

Tetapi, menurut, Mira. Melepaskan adalah, cara mencintai yang tepat. Bukannya tidak ingin bersama. Hanya saja, hatinya merasa bahwa, ada seseorang yang lebih berhak darinya. Bukan merasa bahwa, Mira akan menang dari sosok, Shani, karena dapat memiliki, Gracia. Melainkan, justru sebaliknya.

Kehadiran Shani yang secara terang-terangan, bahwa ia masih mencintai, Gracia. Membuat, Mira, merasa akan menari diatas penderitaan orang lain. Begitulah perumpamaan dalam benaknya.

Untuk itulah, mengapa, Mira harus merelakan, Gracia untuk kembali kepada, Shani.

"Terima kasih, karena kakak, aku ngerasain jatuh cinta yang paling indah. Mencintai kakak sejak kita sekolah dulu, walau kakak gak tahu tentang perasaanku. Akh, iya! Dulu, kan, kita gak kenal satu sama lain. Tapi, asal kakak tahu. Selama kita satu sekolah, aku selalu memperhatikan kakak. Aku selalu ingin tahu tentang kakak. Melihat senyuman kakak. Dan juga, melihat kakak setiap saat. Aku jadi ingat satu moment yang gak bakal aku lupain, dimana waktu itu, aku iseng lewat kelas kakak yang lagi baca buku didepan kelas, aku kepeleset terus jatuh didepan kakak."

***

"Mir, mau kemana, sih?" Oniel tampak kesal begitu Mira memaksanya untuk ikut kemana ia inginkan.

"Ke kelas do'i, Niel. Ayolah, aku pengen lihat do'i, nih. Rasanya, sehari aja gak lihat, kak Gre, hariku terasa hampa."

Oniel tampak jijik mendengarnya. Sahabat satu kelasnya itu, sangat lebay. Bahkan, kalau boleh, Oniel ingin melemparnya ke jurang(?)

"Dih, lebay banget! Nyesel punya temen kayak kamu."

Mira terkekeh mendengar kekesalan Oniel yang menjadi, "Hehehehe. Maklum, lagi jatuh cinta. Kadang, bisa buat orang jadi lebay."

"Tapi, gak gitu, juga, Amiraaaaa!"

"Ya... Ya... Ya... Terserah. Ayo, kita ke kelas, kak Gre?"

"Enggak, akh! Malu, Mir, masa kita ke kelas anak 12, sih!?" Sanggah Oniel, namun, Mira tetap maksa.

"Ayo, Niel!" Tarikan tangan Mira membuat Oniel hanya berpasrah saja. Membiarkan sahabat kelasnya itu bertindak sesukanya.

Keduanya berjalan menuju kelas Gracia yang dituju. Semakin dekat menuju kelas Gracia, semakin jelas dari sedikit kejauhan, bahwa, Gracia terlihat dari pandangan, Mira khususnya, Gracia tengah duduk didepan kelasnya sembari membaca sebuah buku.

22.22 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang