Perlahan Peduli

1.5K 177 4
                                    

Ketukan pintu kamar Gracia yang diketuk beberapa kali dari luar pintu, serta memanggil nama Shani beberapa kali dari Ibu Gracia.

"Shan--Shani, kamu udah bangun? Ayo sarapan! Tante udah siapin sarapan buat kamu."

Namun, tidak mendapati respon dari Shani atas ucapannya, Ibu Gracia pun dengan segera membuka pintu kamar Gracia secara perlahan. Begitu dibuka, tampak Shani masih tertidur. Namun, tubuh Shani yang tampak begitu menggigil dari pandangan Ibu Gracia. Dengan segera serta panik, Ibu Gracia menghampiri Shani.

Begitu didekatnya, disentuhlah kening Shani dengan panik. Khawatir terjadi sesuatu kepada Shani yang saat ini tidak baik-baik. Betul saja, kening Shani yang tampak panas serta badannya yang menggigil karena kedinginan.

Kenapa bisa demam begini? Pasti karena pendingin kamar yang sangat dingin, gini.

Tanpa banyak basa-basi kembali, Ibu Gracia dengan buru-buru segera keluar dari kamar Gracia. Ia berniat untuk mengambil obat penurun panas serta air hangat dan handuk kecil yang akan digunakan untuk mengompres kening Shani. Tidak lupa juga, sarapan pagi yang sudah disiapkan untuk Shani, yakni sepiring nasi goreng dengan topping telur ceplok, beberapa sewir ayam dan sayuran.

Selang beberapa menit, Ibu Gracia sudah mengambil keperluan yang dimaksud sebelumnya. Dengan cekatan, Ibu Gracia memberikan terlebih dahulu menu sarapan yang sudah disiapkan sebelum selanjutnya meminum obat penurun panas kepada Shani.

"Ini, kamu makan dulu nasi gorengnya. Habis itu, minum obat penurun panasnya?" Ucapnya seraya memberi satu suapan nasi goreng kepada Shani.

Menyadari kehadiran Ibu Gracia yang memberikannya obat, Shani segera memposisikan tubuhnya setengah terbangun. Namun, bukannya segera menerima suapan sarapan tersebut, Shanu justru menolaknya.

"Eh, Tante. Ma--maaf Tante, saya baru bangun. Saya gapapa kok." Dengan nada yang sedikit parau, Shani tersenyum dihadapan Ibu Gracia.

"Bagaimana bisa, kamu bilang kalau kamu gapapa. Badan kamu demam tinggi, Shani. Wajah kamu juga keliatan pucat banget. Ini, cepetan makan dulu nasi gorengnya habis itu minum obatnya, jangan nolak!"

Dengan sedikit malu karena merasa sudah merepotkan Ibu Gracia, Shani pun menerima beberapa suapan nasi goreng tersebut dari Ibu Gracia. Lalu, dilanjutkan Shani meminum obat penurun panas. Setelah selesai, Ibu Gracia segera merebahkan Shani kembali. Dan diakhiri dengan Ibu Gracia mengompres kening Shani yang sudah disiapakan sebelumnya.

Kini, Shani telah terbaring kembali diatas tempat tidur Gracia dengan kondisi yang cukup lemas karena demamnya. Sebenarnya, ada ketidak enakkan yang Shani rasakan saat ini. Ia merasa, bagaimana kalau Gracia melihat Shani kondisi seperti ini(?)

Dirinya yang masih terbaring diatas tempat tidurnya, tidak segera pergi dari tempat tidur yang bukan pemiliknya. Terlebih, Gracia yang sangat membencinya saat ini.

"Tante, saya pulang aja, ya?" Shani berusaha memaksakan dirinya untuk bangun kembali dari posisi tidurnya, namun dengan reflek cepat, Ibu Gracia menahan Shani dan menatapnya sedikit tajam.

"Kondisi kamu lagi gini, jangan pergi dulu. Tante gak akan biarin kamu pergi gitu, aja. Pokoknya, kamu harus sembuh dulu, Tante bakal rawat kamu."

Mendengar ucapan Ibu Gracia, Shani terdiam sesaat sembari kedua bola matanya yang sedikit berkaca-kaca. Kebaikan Ibu Gracia seperti Ibu kandungnya sendiri, dari perlakuannya dan perhatiannya. Sedari dulu, Shani sudah dianggap seperti anaknya sendiri oleh Ibu Gracia. Bagaimana Shani yang selalu nurut kalau Ibu Gracia meminta tolong sesuatu, serta kedekatan keduanya yang seperti Ibu dan anak layaknya.

"Ta--Tante?"

Kini, ekspresi wajah Ibu Gracia yang semula menatap sedikit tajam kepada Shani berubah dengan cepat menjadi tersenyum kepadanya.

22.22 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang