Kenyataan Shani

1.8K 196 4
                                    

"Udah rapi, sih. Oke saatnya berangkat."

Shani yang sudah rapi dengan penampilannya. Itu yang ia ungakapkan begitu dirinya selesai bercermin di cermin lemari kamarnya. Shani yang berpakaian rapi itu, akan bepergian ke suatu tempat.

Sebelum berangkat ke suatu tempat yang akan dituju Shani, Shani berniat menghubungi seseorang terlebih dahulu. Setelahnya, jemari tangan Shani mencari satu kontak diponselnya yang akan ia hubungi.

"Halo, ada apa, Shan?" Jawab seseorang dari panggilan telpon Shani.

"Kamu lagi di apartemen, gak?"

"Iya, aku di apartemen kok, lagi mager buat ke kafe."

"Ya udah, aku mau kesitu. Tungguin, ya?"

"Iya, Shan."

Panggilan telpon keduanya pun berakhir bersamaan. Shani yang sudah menghubungi seseorang tersebut, kini bersiap untuk menuju tempat yang sudah disebutkan sebelumnya dipercakapan keduanya, yakni apartemen.

Kemudian, Shani keluar dari dalam rumahnya. Begitu ia yang sudah berdiri di depan rumahnya, ia sadari bahwa di garasi rumahnya, sudah tidak ada mobil yang pernah terpampang di rumahnya itu.

"Oh iya, kan mobil Papah udah di jual semuanya." Gumamnya dengan raut wajah sedih.

Dikarenakan mobil Shani yang sudah tidak ada itu, Shani memesan layanan mobil online pribadi lewat aplikasi transportasi online yang ada diponselnya. Lalu, setelah selesai memesan, Shani akhirnya mendapatkan mobil pesanannya itu.

Setelah menunggu kurang lebih sepuluh menit, mobil online pesanan Shani pun tiba dihadapannya. Tampak, sang supir membuka kaca mobil sebelah kirinya, dan memastikan bahwa memang Shani yang memesan mobilnya itu.

"Dengan nona Shani Indira Natio. Yang bertujuan ke apartemen Grand Asia Afrika, betul?"

"Iya pak, saya sendiri. Betul, itu tujuan saya." Ucap Shani membenarkan dari pertanyaan sang supir tersebut.

Lalu, Shani segera masuk ke dalam mobil tersebut. Ia mengambil duduk di kursi belakang supir. Kemudian, mobil pun berangkat menuju tempat yang dituju.

Siang itu, jalanan kota Bandung tidak terlalu padat. Shani menatap sendu jalanan kota Bandung yang ia lewati dari balik jendela mobil. Pikirannya lagi dan lagi tertuju kepada Gracia yang selalu hadir dalam memori otaknya.

Gre, aku pulang, nih? Ayo, kita ketemu. Ayo, kita jalan-jalan lagi menikmati keindahan kota ini, seperti dulu.

Perjalanan yang ditempuh dari rumah tinggal Shani ke tempat tujuan pun telah tiba, dengan jarak waktu yang kurang lebih tiga puluh menit. Shani kemudian turun dari mobil. Lalu, pandangannya menengadah ke apartemen Grand Asia Afrika yang begitu mewah.

Shani merogoh saku celana jeansnya selagi ia berjalan kemudian menuju lobi apartemen, mengeluarkan ponsel miliknya. Ia berniat mengabari seseorang tersebut, bahwa dirinya sudah sampai di apartemen tempat tinggalnya itu.

"Kamu udah sampe, Shan?"

"Iya, aku udah dilobi nih. Kamu dilantai berapa?"

"Aku di lantai 8. Naik aja pake lift."

"Oke." Shani pun mengakhiri pembicaraan singkat diponselnya.

Langkah Shani setelah dilobi, kini menuju lift apartemen yang berada didepannya. Tangan kanannya menekan tombol lift angka 8 yang ia tuju. Tidak lama, lift pun turun dihadapannya. Shani kemudian masuk ke dalam lift tersebut dan lift pun segera naik ke lantai yang Shani tuju.

22.22 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang