Rumah

1.3K 159 0
                                    

Shani tersenyum merekah, begitu dirinya kembali menginjakkan rumahnya itu. 2 tahun lebih meninggalkan kota beserta rumah yang menjadi tempat ternyamannya itu, memberikan kesan akan sebuah rindu. Bahwa, sejauh apapun kita pergi, rumah adalah tempat kita untuk kembali.

Langkah kakinya ia gerakan menuju teras rumahnya. Lalu, setelah ia berdiri tepat didepan teras rumahnya, dibukalah pintu rumahnya yang begitu sepi itu. Dan, pintu rumah pun terbuka bagaikan menyambut kembali sang tuan rumah yang telah lama pergi. Shani kemudian masuk ke dalam rumahnya. Tampak, rumah yang ia masuki dan seisinya masih seperti dulu, tidak ada perubahan apapun.

"Gak nyangka banget, aku bisa kesini, lagi." Gumamnya pelan, pandangannya menatap seisi rumah.

Kemudian, Shani merebahkan tubuhnya di kursi ruang tamu rumahnya. Melepas lelah setelah perjalanan jauhnya. Sesaat, ia melamun kemudian. Pikirannya kembali tertuju kepada sosok Gracia. Dalam benaknya, ingin rasanya ia segera menemuinya dan menjelaskan semuanya yang terjadi, kenapa ia meninggalkannya.

Tangan Shani merogoh saku celananya. Mengambil ponsel miliknya, lalu membuka sosial media miliknya, yakni akun instagramnya.

Jempol kanannya men-scroll beranda instagramnya. Pandangannya, begitu serius melihat beberapa postingan-postingan diberanda instagramnya itu. Hatinya berkeinginan untuk menuju kepada satu profil orang yang sangat ia cintai. Ya, dia adalah, Gracia.

Tanpa berpikir lama, Shani langsung membuka profil instagramnya. Namun, begitu ia sudah diprofil instagram Gracia, Shani mengerutkan keningnya. Ada yang terlihat berbeda dari akun instagram Gracia. Akun instagram yang terkunci darinya.

"Di block? Yang bener, aja!" Gumamnya sedikit kesal, seraya tidak percaya bahwa ternyata, instagram Shani di blokir oleh Gracia, sehingga ia tidak bisa melihat-lihat postingan instagram Gracia.

Shani menghela nafasnya pelan. Ada rasa sedih darinya, ketika orang yang ia cintai ternyata melakukan hal seperti itu. Namun, ia sadari, bahwa kenapa Gracia melakukan hal seperti itu, karena memang atas ulahnya sendiri.

Shani melempar pelan ponselnya ke kursi sebelah dirinya. Pandangannya menengadah ke atas langit-langit rumahnya. Hal itu, membuat ingatan akan kenangannya bersama Gracia, hadir kembali dalam pikirannya.

***

"Gre.. Gre.. lihat deh?" Shani tampak bersiap dengan ponselnya yang ia pegang dengan sebelah kanannya mengatung didepan wajahnya.

Gracia melirik ke arah Shani, "Apa sih, Shan? Gak lihat apa aku lagi nulis." Gracia yang kembali fokus dengan aktivitas menulisnya itu. Ia tidak ingin diganggu oleh kekasihnya yang sedari tadi membuatnya terganggu.

Shani berdecak, lalu dengan kemauannya sendiri, ia merangkul leher Gracia dengan tangan sebelah kirinya. Sontak, Gracia terkejut dengan perlakuannya itu.

"Shaniii! Bilang-bilang dong kalau mau ngajak poto, tuh."

"Diem! Cheerrss."

Dan, satu tangkapan kamera ponsel Shani berhasil ia lakukan. Tampak, Shani yang merangkul Gracia dengan gemasnya. Sedangkan Gracia, wajahnya justru menunjukkan ekspresi cemberut ditengah poto mereka berdua.

"Jelek banget, sih. Sok cemberut gitu, hih."

Gracia memutar malas bola matanya. Tidak mempedulikan ocehan Shani.

"Tapi gapapa, sih. Jelek juga tetep kesayangannya aku." Shani menusuk-nusuk gemas pipi gembul Gracia. Gracia hanya menoleh kedua matanya dengan raut wajah sebal kepada Shani.

22.22 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang