Mundur Atau Tidak?

1.5K 156 3
                                    

Mira berjalan menyusuri koridor kampus. Kegiatan kampusnya sudah selesai, kini ia memutuskan untuk pulang ke rumah. Bukan tanpa alasan, langkah Mira saat ini terlihat gontai. Ada sebab akibatnya kenapa ia seperti itu saat ini, yang tidak seperti biasanya ia merasa bersemangat.

Beberapa hari yang lalu pertemuannya dengan Shani secara tidak sengaja, itu yang menyebabkannya. Mira tahu, bahwa dari gestur Shani kepada Gracia yang terlihat olehnya, masih menyimpan perasaan yang begitu dalam. Walaupun, justru perasaan Gracia yang berbanding terbalik kepada Shani. Tetapi, dalam benak Mira seperti menyadarkan diri, bahwa ia merasa kalah segalanya oleh Shani.

Mira yang menganggap bahwa Shani lebih pantas dibanding dirinya untuk Gracia, walau perasaannya sama-sama memiliki hati yang tulus. Terlebih, kode dari Gracia yang seperti sama halnya kepada Mira, menyimpan rasa yang sama. Apalagi, Gracia secara terang-terangan bahwa Gracia mencintai dirinya.

Namun, apa yang Gracia ungkapkan, justru membuatnya bingung. Bukan tanpa alasan, mengapa Mira seperti itu. Mira beranggapan bahwa ini terlalu cepat dan juga, ada rasa ketakutan darinya, apabila dirinya hanya dijadikan pelampiasan saja oleh Gracia, sebagai pelipur lara hatinya dari Shani.

Bukannya Mira tidak mencintai Gracia, ia pun sama. Tetapi, ya itu dia, segala keraguannya justru hadir dalam benaknya saat ini.

Kak Gre gimana kabarnya, ya?

Sudah beberapa hari ini, Mira memang tidak bertemu Gracia. Terlebih, memang itu yang saat ini ia inginkan. Ada keinginan darinya untuk menghindar saat ini dari Gracia. Tetapi, justru semakin Mira melakukannya, malah perasaan Mira semakin menjadi. Ia semakin merindukan akan pertemuannya dengan Gracia. Percakapan keduanya secara langsung dengan kedua bola mata yang saling menatap. Mira malah merindukan itu kepada Gracia, dan menjadikannya semakin mencintainya.

Apa aku harus temui, kak Gre?

Aku bingung.

Mira yang semakin berjalan meninggalkan area kampus dan kini ia sudah berada di area parkir kampus, justru ada seseorang yang memanggilnya.

"Mira?"

Mira menengok ke arah sumber suara tersebut. Dari pandangan Mira, seorang perempuan yang perawakannya lumayan tinggi darinya, menggunakan kacamata hitam yang terlihat anggun dan juga, penampilannya yang begitu modis.

Mira sedikit mengerutkan keningnya, begitu perempuan tersebut berjalan ke arahnya. Ia seperti mengenali siapa perempuan tersebut. Begitu perempuan tersebut berada didekatnya, dibukalah kacamata hitamnya itu. Dan, seseorang yang ternyata Mira kenali dan membuat Mira sedikit membelakkan kedua bola matanya.

"K--kak Shani?"

Dialah Shani, ia tersenyum manis kepada Mira.

"Hai Mir? Kamu, udah selesai kegiatan kampusnya?"

Mira mengangguk pelan, "Iya, kak. Aku baru selesai kegiatan kampus."

Shani bernafas lega dihadapan Mira.

"Syukurlah. Soalnya aku kesini memang sengaja mau nemuin kamu."

"Nemuin aku?" Mira semakin mengerutkan keningnya.

Shani mengangguk, "Iya. Tapi, gak disini. Mungkin ditempat lain, kamu bisa gak luangin sedikit waktu kamu buat aku? Please ya, Mir? Gak lama, kok. Kamu pulang naik apa? Biar nanti aku yang anterin."

Mira terdiam sejenak. Entah ada apa, mantan kekasih orang yang disukainya itu ingin menemuinya bahkan ingin mengajaknya ke tempat lain. Sebenarnya, Mira sedikit ragu untuk menanggapi permintaan Shani. Bukan tanpa alasan, ia hanya merasa minder kepada Shani. Tetapi, karena Shani memohon dengan penuh harap, akhirnya Mira meng-iyakan permintaan Shani.

22.22 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang