Shani yang terbaring di atas sofa rumahnya, menatap langit-langit rumahnya dimalam yang begitu sunyi. Seisi rumah yang begitu sepi, seperti hatinya saat ini. Merindukan sosok Gracia, terlebih pertemuannya tadi yang tidak disangka-sangka akan membuat Gracia membencinya.
Shani tahu betul, konsekuensinya akan seperti itu. Gracia yang pasti membencinya, melebihi apapun. Terlebih, peristiwa malam itu 2 tahun silam. Kesalahan terbesar dalam hidupnya.
Televisi berlayar besar yang menyala, namun Shani tidak menyaksikan acara apa yang ditampilkan televisi tersebut. Televisi yang menyala, hanyalah sebagai penemani dikala sepinya ruangan saat ini.
Gre, maafin aku.
Hatinya yang masih mencintai Gracia sampai saat ini. Apa yang pernah ia katakan kepadanya, hanyalah sebuah omong kosong belaka untuk menutup kenyataan dirinya dari Gracia saat ini. Ia yang harus meninggalkannya, lantaran badai masalah yang menimpa keluarganya.
Tring!
Ponsel Shani yang berbunyi, ada pesan yang ia terima. Shani meraih ponselnya dengan malas dari meja ruang santai didepannya. Ia membacanya, dan ternyata pesan dari Anin.
Shan, kamu gapapa kan? Jangan sedih terus. Anggap aja, pertemuan tadi sore dengan Gre adalah awal jalan kamu untuk bilang yang sebenarnya sama Gre. Maafin aku :(
Shani membaca isi pesan dari Anin dengan tersenyum. Ia membalasnya kemudian.
Aku gapapa, Nin. Iya, aku berusaha sekuat mungkin buat gak sedih kok. Aku pasti akan temuin dia lagi. Loh, kok minta maaf? Kamu gak salah apa-apa kok.
Setelah membalasnya, perbincangan antara Shani dan Anin pun berlanjut hingga membahas hal-hal random sekalipun.
Oh, iya Nin. Aku nginep di apartemen kamu, ya? Aku gabut banget dirumah wkwk.
Anin yang berada di apartemennya sana, tidaklah membalas pesan Shani. Justru, Anin malah menghubungi Shani kemudian.
"Halo, Nin?"
"Datang aja kesini, Shan kalau mau nginep. Apartemenku terbuka lebar buat kamu."
Shani tersenyum lebar setelah mendapatkan persetujuan dari Anin.
"Thanks, Nin. Aku berangkat sekarang." Ucap Shani disertai menutup pembicaraan singkat diponselnya.
Setelah selesai bersiap-siap dengan membawa beberapa peralatan menginap seperti charger ponsel, baju tidur, dan juga perlengkapan layaknya seorang perempuan ke dalam tas ransel mini milik Shani, Shani bersiap untuk berangkat menuju apartemen Anin.
Dengan mobil online yang ia pesan sebelumnya sudah datang, Shani kini tengah dalam perjalanan. Melalui jalanan malam kota Bandung yang begitu ramai dari berbagai arah. Shani menatap datar kaca mobil yang ia tumpangi. Memikirkan sesuatu yang berkutat didalam otaknya. Termasuk, Gracia.
Tring!
Ponsel Shani kembali berbunyi, dan lagi-lagi dari Anin.
Kalau udah sampe masuk aja. Gak dikunci kok.
Shani lagi dan lagi tersenyum menerima pesan yang dikirim oleh Anin. Anin, seseorang yang selalu membantunya sampai detik ini. Menerima kehadirannya sebagai teman yang selalu ada dikala ia kesulitan sedari dulu. Anin adalah orang paling berharga dikehidupan Shani.
Sesampainya dilobi apartemen, Shani segera turun dari mobil online yang ia tumpangi. Berjalan memasuki area dalam apartemen yang ditempati Anin. Dengan menaiki lift yang terletak di lantai 8, Shani kini sudah berdiri di depan pintu apartemen Anin.
KAMU SEDANG MEMBACA
22.22 (END)
Romance"Waktu itu kamu pergi tanpa permisi, kenapa sekarang harus repot-repot kembali, Shani?" "Ada banyak hal yang gak kamu mengerti, Gracia." "Dan, ada banyak hal yang kamu gak mengerti tentang gimana perasaan aku selama 2 tahun lebih menahan sakitnya y...