29 - Dimana Dilara?

104 8 0
                                    

CHAPTER 29

Ranta menyugar rambutnya ke belakang. Ia lelah. Lelah karena tak menemukan Dilara dimana pun. Ini sudah seminggu semenjak hilangnya Dilara dan ia belum berhasil menemukan keberadaan gadis itu.

Seharusnya ia senang karena Dilara pergi. Seharusnya ia bahagia karena ia sudah membalaskan dendamnya pada Dilara. Seharusnya juga ia senang karena Dilara sudah tidak mengganggunya lagi. Tapi entah mengapa Ranta merasa lain. Tidak ada rasa senang sedikitpun di hatinya.

Ia merasa kosong. Sepertinya ia merindukan gadis itu. Gadis yang sudah ia lukai hatinya. Seminggu ini perasaannya tak tenang. Matanya selalu saja mencari-cari keberadaan Dilara. Entah ke mana perginya gadis itu. Padahal Ranta sudah ke rumahnya tapi rumahnya kosong tak ada siapun di sana. Vera juga tidak ada. Rumah itu benar-benar kosong.

Ranta juga sudah mencari Dilara ke kelasnya tapi kata sekretarisnya Dilara sudah absen selama seminggu. Ia tidak tau lagi harus mencari Dilara ke mana. Ia juga tidak tau mengapa ia bisa sekhawatir itu pada Dilara. Padahal dulu ia yang menginginkan Dilara pergi.

Saat sedang melamun, Rasyat menepuk pundaknya membuatnya langsung sadar. "Dicariin pacar lo tuh," ucap Rasyat. Ia terdengar malas menyampaikan ini pada Ranta.

Ranta langsung berdiri dari kursinya dan menemui Gevi yang tengah menunggunya di luar kelas.

"Ada apa?" tanya Ranta tanpa basa-basi.

Gevi menampilkan senyum terbaiknya. "Ke kantin bareng yuk," ajaknya dengan semangat.

"Lo sendiri aja, gue lagi males," jawab Ranta membuat Gevi langsung cemberut.

"Ih kok gitu! Gue maunya di temenin sama lo," rajuk Gevi manja.

"Gev, lo bisa kan pergi sendiri? Gue lagi males ke kantin." ucap Ranta tak terbantahkan. Cowok itu lalu kembali masuk ke dalam kelasnya. Meninggalkan Gevi yang tengah kesal menatapnya.

Biarkan saja. Ia sedang malas melakukan apapun. Pikirannya seolah terkuras habis hanya untuk memikirkan Dilara.

"Tumben nggak sama pacar lo, biasanya kan kalo udah istirahat gini langsung pacaran," ujar Rasyat setengah menyindir.

"Males," jawab Ranta singkat.

"Syat, ke kantin yuk," ajak Raldi pada Rasyat.

"Ayok lah asal di traktir mah gue mau!" ucap Rasyat semangat.

"Tenang aja gue traktir," jumawa Raldi sambil menepuk dadanya dua kali. Hal itu langsung disambut baik oleh Rasyat. Raldi berdiri dari kursinya di ikuti oleh Rasyat.

"Eh tunggu! Ranta nggak diajak?" tanya Rasyat membuat senyum Raldi langsung hilang. Digantikan oleh wajah datarnya. "Nggak perlu! Nanti juga dibawain makanan sama pacarnya!" Raldi berlalu ke luar kelas meninggalkan Rasyat dan Ranta yang saling pandang.

"Sori ya bro, gue duluan." ucap Rasyat lalu menyusul Raldi.

Ranta menatap kepergian Raldi dari kaca kelas. Hubungannya dan Raldi tidak baik-baik saja. Ranta tau penyebab Raldi seperti itu adalah dirinya. Cowok itu jadi bersikap dingin dan menjauhinya.

Jujur Ranta juga merindukan Raldi. Mereka tidak lagi bersama-sama. Raldi sepertinya benar-benar marah padanya. Hanya Rasyat saja yang masih mau berbicara dengannya.

DilaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang