09 - Aku Rindu Papa

366 208 33
                                    

CHAPTER 9

Kata orang obat dari kerinduan adalah pertemuan namun tak semua rindu bisa di pertemukan

***

"Makasih ya, kak. Udah nganterin aku pulang," Dilara berucap seraya turun dari motor Ranta.

Ranta tersenyum manis. "Sama-sama. Aku seneng kok bisa nganterin kamu pulang,"

"Oh, iya. Besok berangkat sekolah bareng yuk,"

"Boleh," jawab Dilara.

Dilara melirik ke arah motor Ranta. Tunggu, sepertinya ia pernah melihat motor itu. Oh iya, Dilara baru mengingatnya. Motor ini persis seperti motor orang yang pernah menabraknya waktu itu.

Seingatnya motor si penabrak itu adalah motor ninja berwarna hitam sama seperti motor Ranta. Dan juga helm yang dipakai Ranta juga sama dengan orang yang menabraknya, helm hitam full face.

Apakah memang benar Ranta yang menabraknya?

"Mmm, Kak. Boleh nanya nggak?"

Ranta sedikit terkekeh mendengar penuturan Dilara. "Ya boleh lah. Emang mau nanya apa?"

"Itu motor Kakak?" Tanya Dilara.

Ranta mengangguk. "Iya. Ini motor aku,"

"Motor ini sama kayak motor orang yang udah nabrak aku waktu itu,"

Ranta terdiam. Ia lupa bahwa motor inilah yang ia gunakan untuk menabrak Dilara. Bodoh! Seharusnya ia menukar motornya terlebih dahulu.

Ranta tak memperkirakan bahwa Dilara akan mengingat motor orang yang sudah menabraknya.

"Kamu salah liat kali, mana mungkin aku nabrak kamu,"

"Aku nggak mungkin salah liat Kak. Jelas-jelas aku liat orang yang udah nabrak aku naik motor ninja warna item dan bahkan helm Kakak juga sama kaya orang itu."

"Ya ... motor kayak aku tuh banyak Dilara,  bukan cuma aku yang punya. Mungkin emang kebetulan motor aku sama kayak orang yang udah nabrak kamu." Ranta beralasan supaya Dilara tak curiga kepadanya.

Ranta benar. Mungkin hanya kebetulan. Lagi pula mana mungkin Ranta lah pelakunya bukan?

Dilara menghela napas kasar. "Kakak bener. Aku minta maaf ya Kak." Ujar Dilara.

"Nggak apa-apa, kok. yaudah sana masuk." Dilara mengangguk patuh.

"Aku masuk dulu ya Kak." Ranta mengangguk. "Jangan lupa bersih-bersih." Ucap Ranta memperingati yang hanya di angguki oleh gadis itu.

Setelah memastikan Dilara mbenar-benar masuk ke dalam rumahnya barulah Ranta berseru kesal.

"Akh! Bego banget sih gue. Untung aja Dilara percaya kalo nggak rencana gue bakalan hancur." Ranta memakai helm nya.

"Pokoknya mulai sekarang gue harus lebih hati-hati lagi." Ia menjalankan motornya meninggalkan pekarangan rumah Dilara.

***

DilaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang