CHAPTER 32
"Gue mohon bertahan, Ra."
Raldi menatap Dilara yang terbaring lemah dari kaca besar ruang ICU. Pemuda itu sejak tadi tak beranjak sedikitpun dari sana. Segala macam bujukan dari Bintang, Lily ataupun Vera yang mengajaknya untuk istirahat dan mengisi perut tak ia hiraukan. Ia hanya ingin melihat Dilara kembali membuka matanya.
"Sampe kapan lo tidur terus Ra? Lo nggak capek?" tanya Raldi meskipun ia tahu Dilara tak bisa mendengar ucapannya.
"Padahal baru kemarin gue lihat kondisi lo mulai membaik. Tapi kenapa sekarang lo malah tambah drop Ra?"
"Raldi," panggil Vera pelan.
Raldi menoleh pada Vera yang ikut berdiri disampingnya.
"Kamu pulang ya, ini udah malem, tante nggak mau kamu jadi ikutan sakit nantinya."
Raldi menggeleng perlahan. "Saya mau jagain Dilara, Tante."
"Iya, tapi kamu harus pulang dulu. Makan terus istirahat. Besok baru kamu ke sini lagi."
"Tapi----"
"Kamu mau kan dengerin Tante?"
Pada akhirnya Raldi hanya bisa mengangguk pasrah. Mungkin memang benar yang diucapkan Vera. Ia harus istirahat terlebih dahulu. Setelah pulang sekolah tadi siang ia langsung ke rumah sakit untuk melihat kondisi Dilara. Bahkan ia masih memakai seragam sekolah sampai sekarang.
"Kalo gitu saya pulang dulu ya Tante. Kalo ada apa-apa sama Dilara tolong langsung kabarin saya. Besok saya kesini lagi."
Vera mengangguk dan membiarkan Raldi pergi setelah mencium tangannya.
Ia menatap punggung Raldi yang semakin menjauh lalu tersenyum kecil. Raldi begitu mengkhawatirkan Dilara. Ia dapat merasakan cinta Raldi yang begitu besar untuk putrinya. Raldi benar-benar anak yang baik.
Matanya kini menatap Dilara yang masih sama pada posisi awalnya. Vera ingat semua kejadian yang membuat Dilara harus berakhir seperti ini. Semua itu karena Ranta. Tapi ia tidak marah pada cowok itu. Ia juga tidak menyalahkan Ranta atas semua yang terjadi pada Dilara.
Ini memang bukan salah Ranta. Wajar saja Ranta bersikap seperti itu pada Dilara karena cowok itu tidak tau cerita yang sebenarnya di masa lalu.
Ingatannya kembali berputar pada saat Raldi menceritakan semua tentang Ranta waktu itu.
"Gimana kondisi Dilara? Dia nggak papa kan Raldi?" tanya Vera yang baru saja datang dengan raut khawatirnya.
"Dilara masih diperiksa sama Dokter, Tan,"
"Kenapa Dilara bisa kayak gini? Tolong jelasin semuanya sama Tante."
Raldi mengangguk lalu mulai menegakkan tubuhnya. "Semua ini karena Ranta, Tan. Dia yang udah buat Dilara kayak gini." Helaan nafas terdengar dari mulut Raldi. "Ranta punya dendam sama Tante dan Dilara. Ranta pikir Tante adalah istri kedua Papanya."
"Apa? Gimana bisa Ranta mikir kayak gitu?"
"Sebelumnya saya mau nanya dulu sama Tante. Apa Tante kenal sama Om Lingga?"
"Lingga? Maksud kamu Lingga Bramantyo?"
Raldi langsung mengangguk. "Tante kenal?"
"Iya, jelas Tante kenal sama dia karena dia adalah temen SMA Tante sama suami Tante." jawab Vera membuat Raldi terhenyak kecil.
"Jadi Om Lingga itu temen Tante? Bukan suami Tante?" tanya Raldi lagi.
"Bukan. Suami Tante namanya Dirga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilara
Ficção Adolescente#HighRank 01 in dilara - [28 September 2021] #HighRank 02 in memaafkan - [12 Oktober 2020] #HighRank 06 in cintaanaksma - [12 Oktober 2020] #HighRank 08 in kesalahpahaman - [12 Oktober 2020 ] #HighRank 14 in favorit - [12 Oktober 2020] #HighRank 32...