15 - Perpustakaan

309 168 20
                                    

CHAPTER 15

Ranta sedang berkumpul dengan ibu, dan kedua adiknya di ruang keluarga. Mereka sedang menonton televisi bersama. Sudah lama sekali rasanya mereka tidak seperti ini selepas kepergian Lingga sang kepala keluarga.

Si kembar lagi akur-akurnya sekarang, lihat saja Refa yang berbaring di paha Rafa sambil sesekali melahap camilan di sampingnya. Sedangkan Rafa, ia sedang mengelus-elus kepala Refa yang ada di pangkuannya.

Ranta yang melihatnya pun tersenyum hangat begitu pula dengan Sarah, ibu Ranta. Ia dan ibunya berada di sofa yang sama. Sedangkan si kembar, mereka duduk di lantai.

"Mama jadi kangen sama papa," ucap Sarah mengisi kesunyian di antara mereka.

Ranta yang mendengarnya pun menoleh pada sang ibu.

"Mahh ..." Ranta mengambil sebelah tangan Sarah lalu menggenggamnya erat, menyalurkan kehangatan untuk ibunya.

Sarah tersenyum seraya menggeleng. "Mama nggak kenapa-kenapa kok, mama cuman lagi kangen aja sama papa. Biasanya kan kita selalu di temenin papa kalo lagi ngumpul gini."

Ranta memeluk Sarah. "Mama jangan sedih lagi dong, Ma. Aku sama adik-adik akan selalu nemenin mama supaya mama nggak ngerasa kesepian."

"Mama sayang banget sama papa kalian, papa adalah kepala keluarga yang hebat. Dia bisa jadi panutan buat kalian. Dia juga pasti sayang banget sama kita semua." Sarah membalas pelukan Ranta.

Rafa dan Refa yang melihatnya pun ikut menghamburkan pelukan mereka. Memberikan kekuatan untuk Sarah supaya bisa mengikhlaskan kepergian Lingga, ayah mereka.

Ranta sempat tercenung mendengar kalimat terakhir dari Sarah. "Papa pasti juga sayang banget sama kita semua." Persetan! Jika memang papanya sayang kepada mereka, ia tidak akan menghianati ibunya dengan wanita lain.

Fikirannya tiba-tiba melayang pada Dilara. Shit! Perasaan benci itu kembali lagi setelah melihat ibunya yang kembali bersedih. Ia tidak akan membiarkan selingkuhan dan anak selingkuhan papanya itu hidup dengan tenang sebelum ia berhasil membalas kesedihan mereka.

***

Setelah sampai di sekolah, Dilara langsung  menuju perpustakaan. Ia ingin mencari buku untuk menambah referensi belajarnya sebelum olimpiade itu tiba. Seperti apa yang di katakan oleh Ranta kemarin, ia sudah membaca ulang buku-buku yang sudah di pelajari.

Ranta juga sudah mebuatkannya beberapa soal olimpiade yang keluar tahun lalu dan Dilara berhasil mengerjakannya dengan benar.

Benar kata Ranta, Dilara akan cepat memahami materi pembelajaran karena pada dasarnya Dilara tergolong murid yang pintar.

Dilara memasuki perpustakaan dan langsung di sambut oleh banyak buku yang tersusun rapi di atas rak.

"Pagi Dilara," Sapa penjaga perpustakaan. Bu Syifa, namanya.

Ya, Bu Syifa sudah kenal dengan Dilara, karena Dilara sering menghabiskan waktu istirahatnya di Perpustakaan. Setiap hari namanya selalu ada di buku daftar pengunjung perpustakaan ini. Jadi, sudah di pastikan Bu Syifa sudah sangat hafal dengan Dilara.

Dilara tersenyum sopan, ia balik menyapa penjaga perpustakaan itu. "Pagi Bu,"

Sepagi ini perpustakan belum ramai, hanya ada beberapa orang saja yang tengah mencari buku sama seperti dirinya.

DilaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang