07 - Penyelamat

410 224 40
                                    


CHAPTER 7

"Syat, balik yuk," Ajak Raldi.

Saat ini cowok berjambul itu tengah memakan snack di atas sofa bersama dengan Refa. Mereka sedang menonton Rasyat dan Rafa yang tengah bermain PS bersama.

"Duluan aja deh, ini tuh lagi seru banget mainnya gue pengen ngalahin si Rafa nih!" Ucap Rasyat bersemangat lalu ia melirik sekilas Rafa yang duduk di sampingnya.

"Yaudah kalo gitu gue duluan ya, " Raldi beranjak dari sofa lalu mengacak-acak pelan rambut refa kemudian bersalaman ala cowok dengan Rasyat dan Rafa.

Jika saja ibunya tidak memintanya untuk pulang lebih sore sudah dipastikan ia akan menginap di rumah Ranta.

Raldi melirik jam yang melingkar di tangannya, sudah pukul 6 lebih 50 menit masih belum telat pikirnya.

Ia segera meninggalkan rumah Ranta dengan mengendarai motor sport kesayangannya itu. Tepat pada saat ia melewati sebuah taman yang cukup sepi, ia mendengar teriakan seseorang yang meminta pertolongan.

Raldi mencari tahu dimana sumber suara itu berada, matanya melihat seorang gadis yang ia kenali sedang menangis sesenggukkan dan dihadapannya terdapat dua orang preman yang sedang mengganggunya.

"Dilara." Gumam Raldi. Ia mengemudikan motornya lalu berhenti tepat di depan preman tersebut. Dengan langkah lebar ia mendekati kedua preman itu lalu memukulinya sampai babak belur. Kedua preman itu lari terbirit-birit meninggalkan Raldi bersama Dilara.

Raldi sempat terkena pukulan di sudut bibirnya tapi ia tidak memperdulikannya saat ini ia hanya peduli kepada Dikara yang masih memejamkan matanya sambil menangis dalam diam.

Ia mendekati Dilara. "Dilara," Panggil Raldi pelan. "Ayo buka matanya, jangan takut premannya udah pergi." Perlahan namun pasti Dilara membuka matanya, ia hanya diam mematung memperhatikan Raldi.

Raldi mengusap Rambut Dilara lembut seraya mengulas senyumnya. kemudian ia membawa Dilara ke motornya. "Kita Pulang."

Dilara hanya diam mengikuti Raldi, tak ada suara sedikitpun yang keluar dari mulut gadis itu mungkin ia masih syok atas kejadian tadi.

Raldi menyalakan motornya diikuti Dilara yang naik di belakangnya, sepanjang perjalanan tidak ada percakapan selain Dilara yang menunjukkan jalan menuju rumahnya.

Motor Raldi berhenti di depan rumah berlantai dua yang bergaya klasik. Raldi terperangah melihat keindahan arsitektur rumah Dilara yang begitu menawan namun sederhana.

Dilara turun dari motor Raldi. "Makasih kak," suara Dilara terdengar sedikit sumbang karena efek dari menangis tadi.

Raldi mengangguk, "Jangan takut lagi yah, lain kali hati-hati jangan sendirian di tempat yang sepi," ucap Raldi memperingati. Dilara mengangguk lalu berbalik badan hendak ingin masuk tapi Raldi menahannya.

"Tunggu Ra," Raldi menghampiri Dilara yang tak jauh darinya. "Kenapa kak?" Tanya Dilara. "Handpone lo mana?" Kening Dilara berkerut heran.

"Buat apa?" Tanya Dilara bingung.

"Udah sini aja," Dilara hanya menurut saja ia merogoh tasnya kemudian menyerahkan ponselnya kepada Raldi.

DilaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang