12 - Gombalan receh

337 187 35
                                    

CHAPTER 12

Sederhana jika di ungkapkan dengan kata-kata, namun sangat berat jika hati ikut terlibat

***

Dilara baru saja keluar dari toko buku, ia berhasil mendapatkan buku incarannya. Ia rela berdesak-desakan demi mendapatkan buku bertanda tangan langsung dari penulis ternama idolanya.

Sepulang sekolah tadi ia langsung ke sini tanpa pulang terlebih dahulu karena takut kehabisan novel, dan benar saja ketika sampai disini novel best seller itu tinggal tersisa satu. Untung saja ia bisa mendapatkannya, meskipun ia harus rela membayarnya dua kali lipat lebih besar.

Sebenarnya ia meminta Bintang untuk menemaninya kemari namun gadis itu sedang ada urusan, mengajak Lily pun tidak bisa karena ia sudah ada janji dengan pacarnya. Jadilah ia sendiri.

Baru beberapa meter keluar dari toko buku, telinganya mendengar tangisan anak kecil. Langkahnya menemukan seorang gadis cilik di samping sebuah toko mainan di mall ini.

Ia menghampiri anak itu. "Hey, sayang. Kamu kenapa nangis?" Dilara merunduk menyamaratakan tinggi badannya dengan anak itu.

Anak itu belum berhenti menangis juga, Dilara berinisiatif memeluk gadis kecil itu untuk menenangkannya. Setelah beberapa saat gadis kecil itu berhenti menangis.

"Udah ya, kamu jangan nangis lagi. Nanti cantiknya ilang loh." Dilara mengusap rambut anak itu.

"Nama kamu siapa?"

"Tasya, Kak." Jawab anak itu.

"Kamu kenapa nangis di sini? Orangtua kamu mana?"

"Mama di rumah, Tasya ke sini sama Kakak Tasya."

"Terus Kakak Tasya mana?"

Anak itu menggeleng pelan.

"Tasya!" Teriak seseorang dari belakang Dilara.

"Kakaaaaakk!!" Tasya berlari menghampiri orang itu.

Orang itu memeluk Tasya dengan sangat erat. "Kamu kemana aja, sayang? Kakak khawatir banget nyariin kamu."

Mereka mengurai pelukannya.

Gadis kecil itu menarik tangan Kakaknya mendekati Dilara yang belum juga berbalik badan.

"Kakak ini, yang nolongin Tasya, Kak." Dilara berbalik badan.

"Kak Raldi."

"Dilara." Ucap mereka bersamaan.

"Jadi, Tasya adiknya Kakak?"

"Iya, makasih ya lo udah nolongin adik gue."

Dilara tersenyum seraya mengangguk.

"Kok Tasya bisa sendirian di sini sih, Kak?" Tanya Dilara penasaran.

"Gue juga nggak tau, tadi gue mau beliin dia es krim, gue nyuruh dia duduk dulu tapi pas gue balik lagi Tasya udah nggak ada."

"Tasya tadi kemana?" Tanya Dilara pada Tasya.

"Tadi Tasya mau liat mainan, Kak."

"Tasya lain kali jangan kayak gitu lagi yah, kalo mau liat-liat tunggu Kak Raldi dulu, Kakak khawatir banget tadi." Raldi mengecup pipi gadis berusia lima tahun itu.

Tasya mengangguk lucu, "Tasya minta maaf, Kak." Raldi membawa Tasya ke dalam gendongannya. "Kakak maafin, kok."

Dilara tertawa melihatnya.

DilaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang