21 - Pemberi ketenangan

262 89 74
                                    

Halo aku kembali🖑

Akhirnya lapak ini update juga, maafin author ya udah hampir satu bulan ini gak up😂😂

Aku bingung soalnya, ga ada ide samsek, trus lagi males banget juga. Otak rasanya kosong gak ada isinya selama hampir satu bulan ini. Aku udah berusaha banget buat update.

Udah nyoba cari-cari inspirasi, tetep aja gak dapet. Dan baru sekarang ini aku paksain karena udah kelamaan juga gak update.

Maklumin aja ya kalo alurnya berantakan. Semoga feelnya dapet di kalian. Nemu typo bilang. Vote and komen biar gak sider.

Oh iya gimana cover baru Dilara? Suka ngga? Semoga suka ya😊

Oke udah kebanyakan ngomong. Selamat membaca❤

***

CHAPTER 21

Sejenak aku berterima kasih padamu, tapi jangan lupakan kalau aku masih sangat membencimu. Bahkan setelah apa yang kau lakukan padaku.

***

Setelah bel istirahat berbunyi, Dilara dan kedua sahabatnya langsung menuju ke kantin untuk mengisi perut mereka. Disana mereka mendapati Ranta dan Rasyat yang sedang menyeruput es teh manisnya.

Rasyat melambaikan tangannya ke arah Lily. "Yang, sini yang!" ucap Rasyat berteriak membuat seluruh pasang mata yang ada di kantin menoleh padanya. Tak terkecuali Ranta.

Ranta menolehkan kepalanya ke arah yang dilihat Rasyat. Ia melihat Dilara sedang berdiri tak jauh darinya. Ia tersenyum tipis dan mengisyaratkan Dilara untuk bergabung bersamanya.

Lily meringis pelan melihat kelakuan pacarnya. Ia membalas lambaian tangan Rasyat setelah itu mengajak Dilara dan Bintang untuk menghampiri meja Rasyat.

Dilara duduk disamping Ranta dihadapannya ada Lily dan Bintang yang duduk disamping Rasyat menjadikan cowok itu duduk ditengah-tengah mereka. Hanya tersisa satu kursi disamping Dilara.

"Hai," sapa Ranta pada Dilara yang sudah duduk disampingnya.

Dilara hanya tersenyum menanggapi Ranta.

"Mau pesen?" Tanya Ranta. "Nanti aja," jawab Dilara. Ranta mengangguk.

Tak lama kemudian Raldi datang dengan membawa nampan yang berisi tiga mangkuk bakso dan satu es teh manis.

"Eh... kok jadi rame gini," ucap Raldi menaruh nampan di atas meja lalu duduk di kursi kosong samping Dilara.

"Ada elo juga Ra?" Tanya Raldi tersenyum pada Dilara.

"Iya kak," Dilara balas tersenyum.

"Ambilin bakso gue dong," Rasyat mencoba meraih baksonya namun tak sampai.

"Ck. Ambil sendiri napa. Udah gue bawain juga masih aja nyuruh." Jengkel Raldi.

"Yaelah pelit banget sih lo jadi temen. Gitu aja perhitungan. Kalo gue nyampe juga gak bakalan gue nyuruh elo somplak!" Sengit Rasyat.

"Makanya punya tangan tuh jangan pendek-pendek." Celetuk Ranta seraya melahap baksonya.

"Biarin tangan gue pendek, daripada tangan lo berdua panjang. Kata mami gue orang-orang bertangan panjang biasanya tukang nyolong." Rasyat tertawa setelah mengatai Ranta dan Raldi.

"Sembarangan lo ya kalo ngomong. Gak pernah makan bangku sekolah sih. Muka ganteng kaya gini masa dikatain tukang nyolong. Wah parah lo!" Sungut Raldi panjang lebar.

DilaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang