34 - Isi Peti Yang Sebenarnya

93 7 0
                                    

CHAPTER 34

Di tengah keharuan yang masih terjadi. Sarah memegang pundak Vera, membuat wanita itu menoleh pada sahabat lamanya. Tanpa kata-kata lagi mereka langsung berpelukan sangat erat dan menangis bersama.

Sarah mengusap punggung Vera yang masih bergetar. "Kamu yang sabar ya Ver. Aku yakin anak kamu pasti kuat," Vera mengangguk lemah. "Makasih." balasnya.

Setelah melepaskan pelukannya dengan Vera, Sarah menggenggam tangan sahabatnya itu sambil menahan tangis. "Maafin aku, Ver. Aku telat ngasi ini ke kamu." ucapnya lalu menyerahkan peti kecil pada Vera yang semula dibawa oleh Rafa.

Vera menatap peti ditangannya. "I--ini..."

"Iya. Itu dari Dirga. Maafin aku sama Lingga ya, Ver. Seandainya waktu itu aku cepet-cepet ngasi ini ke kamu semuanya nggak bakalan kayak gini. Maaf untuk semuanya." Sarah membekap mulutnya sendiri karena tak kuasa menahan tangis. Rasa bersalahnya pada Vera sudah sangat besar.

Vera menggeleng lalu mengusap tangan Sarah. "Kamu nggak salah, Sar. Justru aku yang seharusnya berterima kasih sama kamu. Kamu sama Lingga udah mau repot-repot jagain barang dari Mas Dirga."

"Sama-sama Vera. Maaf aku udah lancang buka peti itu duluan."

"Gak papa, Sar. Aku ngerti."

"Rafa, mana kuncinya sayang?"

"Ini Mah," Rafa memberikan kunci tersebut pada Sarah.

"Ver, ini kunci petinya. Cepet kamu buka. Kamu pasti bakalan kaget liat isinya." ucap Sarah tersenyum sambil menyerahkan kunci pada Vera.

Vera mengambilnya lalu mulai membuka peti itu. Senyumnya merekah begitu melihat foto-foto yang ada di dalam peti itu. Ternyata suaminya itu menyimpan banyak kenangan di sini.

Sarah menyuruh Vera membuka laci kecil di dalam peti yang ternyata di dalamnya berisi surat. Tentu saja waktu itu Ranta tidak menemukan adanya surat di dalam peti ini selain foto karena letak laci itu sedikit tersembunyi.

Vera mengambil surat itu lalu membukanya. Ada satu foto lagi di sana yang membuatnya tersenyum. Foto itu diambil saat dirinya baru saja melahirkan Dilara di rumah sakit. Pada saat itu Lingga dan Sarah membawa Ranta yang masih berusia dua tahun untuk menjenguknya. Dan setelah itu Dirga meminta bantuan salah satu perawat untuk mengambil foto mereka berenam.

Vera tertawa kecil mengingatnya. Matanya kini beralih pada surat yang terlihat mulai menguning.

Untuk Vera isteriku,

Halo sayang. Aku udah lama pengen ngomongin ini sama kamu. Tapi lupa terus. Maklum ya udah faktor umur. Haha.

Kamu ingetkan foto itu? Foto saat kamu melahirkan anak kita yang paling cantik dan lucu. Terima kasih ya kamu sudah melahirkan anak secantik Dilara untukku.

Waktu itu di kantin rumah sakit, aku sama Lingga pernah punya keinginan yang sama. Ya, aku dan Lingga ingin menjodohkan Ranta dan Dilara saat sudah besar nanti.

Aku yakin kamu pasti kaget baca ini. Tapi itu udah kesepakatan aku sama Lingga.  Kamu kan dari dulu udah suka sama Ranta dan sayang sama dia bahkan sebelum Dilara lahir. Semoga aja, saat kamu baca surat ini nanti, kamu akan langsung setuju sama keputusan yang udah aku buat.

DilaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang