28 - Berubah

101 7 0
                                    

CHAPTER 28

Dilara membuka matanya perlahan. Tubuhnya terasa lemah. Ia seperti tak punya tenaga. Matanya mengedar melihat ruangan putih ini. Ia sadar ini bukanlah kamarnya. Gadis itu melirik ke tangan kirinya yang di infus. Ia tahu dimana dirinya sekarang.

Dilara ingat bagaimana ia bisa sampai di sini. Dadanya tiba-tiba terasa sesak mengingat kejadian itu. Ia masih tak menyangka jika Ranta bisa sejahat itu padanya. Menerbangkannya tinggi-tinggi setelah itu menghempaskannya jatuh ke tanah. Rasanya benar-benar menyakitkan.

Apakah ini semua mimpi? Jika benar ini mimpi semuanya benar-benar terasa nyata. Ia masih belum bisa terima. Bagaimana bisa Kakak kelasnya itu berubah dalam sekejap saja. Ia yakin pasti Ranta sedang menge-prank-nya saja.

Dilara harus menemui Ranta. Ia harus meminta penjelasan dari cowok itu. Dilara ingin Ranta mengatakan bahwa semuanya ini adalah kebohongan. Dilara ingin semuanya kembali berjalan seperti semula. Ia sudah terlanjur nyaman dengan semua sikap Ranta padanya. Bahkan Dilara sudah terlanjur menaruh hatinya pada cowok itu.

Pintu terbuka dan sosok ibunya lah yang masuk. Dilara buru-buru menyeka air matanya. Lalu memberikan senyuman terbaiknya.

"Kamu udah sadar?" Vera menaruh tas di meja dan mendekati Dilara.

Dilara tersenyum tipis menanggapinya. "Siapa yang bawa aku ke sini?"

"Yang bawa kamu ke sini itu Raldi, Sayang." Vera mengelus rambut Dilara seraya tersenyum lembut.

Dilara tersenyum kecut. Dugaannya salah. Ia pikir Ranta yang membawanya ke sini. Ia terlalu berharap. Kenyataann pahit itu sanggup melukai hati Dilara. Kenyataan bahwa Ranta sudah tidak perduli lagi padanya.

"Bun, aku mau pulang, boleh?"

Vera menggeleng keras. "Nggak boleh, kondisi kamu masih lemah,"

"Aku baik-baik aja Bun,"

Vera menatap Dilara sendu. Raldi sudah menceritakan semua permasalahan yang telah meyebabkan putrinya seperti ini. Ia tidak marah pada Ranta. Ia hanya kecewa. Disaat ia sudah memberikan kepercayaan penuh pada Ranta untuk menjaga Dilara, pemuda itu malah menghancurkan kepercayaannya.

"Dilara harus dengerin ucapan Bunda. Kamu itu masih sakit, sayang."

"Bun, aku mohon."

***

Sekolah kembali berjalan normal seperti biasanya. Tapi tidak untuk gadis itu. Semuanya berubah. Ia tak lagi mendapatkan ketenangan di sekolah ini. Semuanya memusuhinya, menjauhinya, menghinanya dan juga menindasnya. Hidupnya kacau semenjak hari itu. Hari dimana semua orang mengetahui bahwa dirinya adalah kekasih Ranta.

Semuanya seakan membencinya karena telah menjadi kekasih seorang Ranta Reykalingga. Dulu banyak yang memujanya, banyak yang menyukainya dan banyak yang mau menjadi temannya. Tapi semuanya berbeda sekarang. Tak ada lagi yang mau berteman dengannya.

Tapi tak apa, ia tak mempermasalahkan hal itu. Asalkan ia bisa bersama Ranta, itu saja sudah cukup. Gadis itu adalah Gevi. Saat ini dia sedang duduk sendirian di bangkunya. Padahal dulu ia mempunyai teman sebangku, tetapi kini ia malah ditinggalkan dan harus duduk sendirian karena Vina tidak mau lagi sebangku dengannya.

DilaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang