27 - Kejutan Setelah Olimpiade 2

187 20 4
                                    

CHAPTER 27

Jika ditanya seberapa sakit lukaku ini? Maka jawabannya begitu sakit sampai hatiku benar-benar mati rasa

***

"Bapak mau kalian latihan lebih keras lagi. Lawan kita kali ini lebih berat dari yang sebelum-sebelumnya. Ini turnamen terakhir kalian karena sebentar lagi kalian akan lulus. Jadi, Bapak minta kalian bermain dengan serius, semoga kalian bisa menang dipertandingan ini. Mengerti!!"

"MENGERTI PAKK!!!" sahut semuanya serempak.

Kini seluruh anggota ekskul basket sedang berkumpul di tengah lapangan basket. Raldi dan kawan-kawannya berbaris rapi mendengarkan ucapan dari Pak Surya, pembina sekaligus pelatih ekskul basket SMA Nusda.

"Raldi," panggil Pak Surya.

"Ya, Pak," jawab Raldi sigap.

"Bapak harap, kamu sebagai kapten dapat mengarahkan teman-temanmu untuk bisa memenangkan turnamen ini. Bapak mengandalkan kamu Raldi." kata Pak Surya menatap Raldi.

"Siap Pak!!" Jawab Raldi lantang.

"Itu anak-anak pada lari ngapain sih?" tanya seorang siswi pada cewek berambut panjang.

"Iya. Ada apa emangnya?" tanya cewek berkuncir satu.

"Kalian gak tau?"

"Emang ada apaan sih?"

"Itu loh rame banget. Di belakang sekolah ada anak kelas sepuluh lagi dipermaluin sama kakak kelas." jelas cewek berambut panjang tadi.

Samar-samar Raldi mendengar percakapan tiga orang siswi dari pinggir lapangan. Dengan rasa penasaran, Raldi lebih menajamkan lagi pendengarannya.

"Serius lo?" tanya seorang siswi pada temannya.

"Iya beneran. Katanya sih, cewek kelas sepuluh itu anaknya pelakor. Wah parah banget gak sih!"

"Siapa yang permaluin tuh cewek?" tanya si cewek berkuncir satu.

"Salah satu anggota 3R."

Deg.

Raldi tertegun sejenak. Perasaannya tiba-tiba tidak enak. Apakah itu Ranta? Pikirnya. Raldi menggeleng pelan. Apa hari ini?

"Wah, ini sih seru banget. Harus nonton nih. Mesti di jadiin instastory. Ya ampun! Kira-kira siapa ya anggota 3R nya?"

"Yaudah kita liat aja yuk," ajak cewek berponi miring.

"Ayo-ayo!!"

"Raldi kamu denger nggak yang Bapak omongin tadi?" tanya Pak Surya.

Raldi langsung menatap Pak Surya kembali. "Pak, kayaknya saya harus pergi," katanya hendak pamit.

"Mau kemana kamu? Saya belum selesai!!"

"Maaf pak, saya permisi dulu," tanpa mempedulikan teriakan dari Pak Surya lagi, Raldi segera berlari secepat yang ia bisa menuju kelas Dilara. Ia benar-benar khawatir pada gadis itu. Meskipun belum jelas siapa yang dimaksud para siswi tadi tapi ia tetap memacu langkahnya untuk memastikan bahwa Dilara baik-baik saja.

BRAKK!!

Raldi membuka pintu dengan kencang. Saat melihat kedalam kelas, tidak ada siapapun disini. Kosong. Ia semakin khawatir. Ia kembali berlari keluar kelas namun saat tiba diluar ia bertabrakan dengan Bintang dan Lily yang menjinjing sebuah kantong kresek.

"Sori. Sori. Gue gak sengaja," ujar Raldi sedikit ngos-ngosan.

"Kak lo kenapa panik gitu?" tanya Lily.

DilaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang