Bullying | 20

1.9K 257 5
                                    

Sekarang adalah jam istirahat.

Karina menyibukkan dirinya di perpustakaan bersama dengan Giselle- teman sekelas Karina.

Kelas Karina akan berhadapan dengan UH untuk seminggu yang akan mendatang. Maka dari itu, sebagian besar siswa dari kelas Karina pergi ke perpustakaan saat jam istirahat.

"Rin" panggil Giselle.

Karina mengalihkan pandangannya dari buku ke Giselle.

"Bisa liatin ga? Ini rumus sama penjumlahannya udah bener apa masih harus diperbaiki?" tanya Giselle.

Karina berfikir sembari memeriksa buku catatan Giselle, lalu ia mengangguk.

"Rumusnya udah bener, hasilnya aja yang kejauhan. Harusnya kaya gini.." lalu Karina mulai menjelaskan pada Giselle.

Mata Giselle berbinar, "Wah! Makasih!" ucapnya disertai dengan senyumnya yang tulus.

"Sama-sama" balas Karina

Giselle mengambil kembali buku tulisnya tadi, lalu ia mulai mengerjakan kembali soal-soalnya.

"Gue mau cari buku fisika bentar" ujar Karina.

Giselle mengangguk menanggapi Karina dan tetap fokus pada bukunya.

Karina berdiri, ia menelusuri rak buku bagian ujung dengan teliti.

Karina menemukan buku yang ia cari.

Setelah mendapatkannya, Karina kembali berjalan menghampiri bangkunya dan Giselle.

Namun... kejadian tak mengenakkan terjadi.

Bruk!

"Aduh!" ringis Karina

"Aw! Punya mata ga sih, lo?!" orang itu berteriak membentak Karina.

"Jalan tuh pake mata!" bentak yang satunya lagi

Karina menatapnya datar, "Jalan pake kaki, bukan mata" lalu Karina melengos malas, ia kembali berjalan.

Namun sayangnya pergelangannya dicekal oleh salah satunya.

Coba tebak.














































Hmm,, yaa.. dia Yeji dan Somi.

Iya, cuman berdua aja. Winter nya udah berhenti jadi tukang bully. Kapok dimarahin ayah sama bundanya, capek juga kena omel abang sama adeknya.

Kasian :)

"Berhenti ganggu gue" Karina berucap dingin.

"Dan berhenti ganggu hubungan gue sama Jeno!! Lo perusak segalanya!! Dan gue benci sama lo!! Lo tuh.. Ga pantes buat hidup!!" marah Yeji.

Tangannya terangkat hendak menampar Karina.

Karina memejamkan matanya erat, namun setelah beberapa detik berlalu, ia tidak merasakan apapun.

"Berhenti Yeji"

Suara deep yang Karina kenal, Karina membuka matanya.

Agak terkejut melihat tangan Jeno menahan lengan Yeji yang tadi hampir menamparnya.

"Lepas Jeno! Dia ini manusia ga tau diri! Ga pantes buat hidup!!" bentak Yeji.

Jeno menghempaskan tangan Yeji kasar, ia menatap Yeji dingin, "Berhenti bully dia atau lo semua akan tau akibatnya" ucap Jeno penuh penekanan.

"Jeno!! Dia yang udah bikin kita putus kaya gini!! Kamu masih mau belain dia?! Kenapa Jen?!" tanya Yeji dengan lantang.

Jeno terdiam sejenak "Apa pentingnya jawaban gue" cuek Jeno.

Yeji hendak ingin berbicara, namun suara seseorang mengurungkannya.

"Hoi!"

Jihoon, Jihoon datang dengan wajah cuek bebeknya juga ekspresi sombongnya.

"Lo siapa?" alis Jihoon terangkat, ia menunjuk Yeji dengan guliran matanya.

Yeji tertawa remeh, "Lo siapa? Tck! Masih kelas 11 aja songong banget. Gatau malu, di ajarin sopan santun sama bonyok ga sih lo?" sinis Yeji.

Rahang Jihoon mengeras, dengan cepat ia berlari dan mencekik leher Yeji.

"GAUSAH BAWA-BAWA KELUARGA GUE!! Mulut busuk lo itu ga pantes buat nyebut keluarga gue, bahkan anjing peliharaan gue aja ga ada bandingnya sama harga diri lo" Jihoon menatap Yeji bengis, tangannya masih mencekik leher Yeji hingga empunya kesusahan untuk bernafas.

"Uhuk! Le..pasin.. Guee.. Uhuk!" ucap Yeji terbata-bata.

Karina panik, Jihoon yang lama kembali. Bagaimana jika Jihoon kembali membunuh seseorang?

Jihoon menunjukkan smirk nya, ia semakin menekan telapak tangannya pada leher Yeji hingga tubuh Yeji dipenuhi keringat.

"Inget satu hal, yang boleh bully Karina itu cuma gue. Lo ga boleh ngelakuin itu. Ohh.. Bisa aja sih, kalau lo mau mati" ucap Jihoon disertai kekehannya.

Lalu Jihoon melepaskan cengkramannya.

"Cih, baru segitu aja dah lemes, gimana kalo gue sayat lo pake pisau? Lemah sok-sokan jadi pembully. Cuih, murahan" Jihoon meludah ke lantai setelah melihat Yeji yang teruduk lemas dengan nafas yang tidak beraturan.

Jeno dan Somi yang melihatnya syok, bahkan mereka tidak ada yang sempat untuk menolong Yeji agar menjauh dari Jihoon.

"Hoon.." Karina berucap lirih, hampir berbisik.

Jihoon menoleh kearah Karina, ekspresinya berubah 180°, ia tersenyum lalu menepuk pucuk kepala Karina beberapa kali.

"Hehe, maafin gue ya udah buat lo nyaksiin ini lagi" ucapnya

Anw, semua orang yang kebetulan sedang ada di perpustakaan memusatkan perhatian mereka kearah Jihoon yang mencekik Yeji tadi.

Bahkan Giselle yang sedang belajar tadipun ikut melihat menyaksikan mereka.

Semuanya syok, tidak ada yang berbicara. Hanya suara getaran AC yang terdengar.

Jihoon membalikkan badannya, menatap seluruh siswa juga penjaga perpustakaan dengan senyum mengerikannya.

"Kalau ada yang berani ngevideo dan ngelaporin gue... siap-siap kaya dia" ujar Jihoon sembari menunjuk Yeji dengan dagunya.

Jihoon mengantungi tangannya di saku celana, ia berjalan dengan santai dan dengan ekspresi sombongnya.

Beberapa siswa yang mengikuti ekskul PMR mendekat, membantu Somi untuk memapah Yeji menuju ruang UKS.

TBC?

Pshycopath😔💔🔨

Btw, hari ini aku udah mulai sekolah. Kalian sekolahnya udah dari kapan? Atau masih daring sampai tahun ajaran baru?

Untuk jadwal up nya masih tetep kok, serius, tadinya sebelum aku berangkat sekolah udah ada niatan buat ga up.

Tapi karena materi ujian B.Indo tadi ngebahas tentang Novel, cerita fiksi dan sejenisnya, aku jadi pengen cepet-cepet up Bullyng.

Malahan aku ngetik setengahnya ini di sekolah tadi siang😭🔨

[1] Bullying | Karina✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang