Bullying | 35

1.4K 152 14
                                    

anu.. sebelumnya maaf banget kalo part sebelumnya itu pendek. Kemarin pas aku ngetik part 34, aku pinjem hpnya mamaku karena hp ku lagi dibawa sama ayahku.

Nah, hpnya mamaku tuh layarnya susah dipencet, kudu di bolak balik dulu baru bisa kepencet, itu salah satu alasan. Pengen banget ngepublish tapi keadaan ga mendukung banget ༎ຶ‿༎ຶ

Insyaallah part kali ini panjang, tapi ga janji ya, hehe.

Anw! Cerita Bullying menjelang tamat, loh! Nanti setelah endingnya, aku bakalan kasih bonus chapter untuk setiap cast yang menonjol di cerita Bullying!

VOTE DAN SPAM KOMENNYA JUSSEYO!


"ngh.. kak? Eh?"

Arin tertawa mendengar ucapan Soobin barusan, terdengar sangat kaku.

"Haha! Panggil Arin aja gapapa" ucap Arin setelah tertawa.

Soobin memalingkan wajahnya malu, ia melihat kemanapun asal matanya tidak melihat Arin.

"Danaunya bagus" gumam Soobin mengalihkan rasa malunya.

Arin melihat danau yang dilihat juga oleh Soobin, ia mengangguk setuju. Memang benar danaunya sangat bagus, tidak ada satupun sampah yang terlihat disana. Tumbuhan pun terbebas hidup, membuat suasana segar disekitarnya.

"Kamu mau mandi disana?" Tanya Arin sembari menunjuk danau.

Soobin menggeleng cepat melihat arah jari telunjuk Arin, "g-ga deh! makasih!"

Arin lagi-lagi tertawa, "jangan bilang, kamu ga bisa berenang?" Tanya Arin menggoda.

Soobin gelagapan dibuatnya, "b-bisa kok!"

"Yaudah buktiin!" Ucap Arin dengan tatapan menantang.

Soobin lagi-lagi gelagapan, "k-kulitku sensitif— ya! Sensitif! Ga bisa sembarangan nyentuh air" elak Soobin.

Arin mengangguk seolah-olah ia mempercayai perkataan Soobin barusan, "iya-iya, percaya kok" ucapnya.

Soobin yang melihat gelagat Arin itupun hanya bisa mendengus kesal.

"Eh iya, kamu punya pacar, ga?" Tanya Arin mengalihkan pembicaraan.

Soobin yang mendengar pertanyaan Arin itupun sampai tersedak air liurnya sendiri. Jawab jujur apa bohong? Jujur apa bohong?

"Gak" balas Soobin singkat. Arin mengangguk mengerti.

"Kenapa?" Tanya Soobin balik.

Arin menggelengkan kepalanya pelan, "Ga, sih.. kita kan mau dijodohin, kalau kamu punya pacar, aku jadi ga enak sama pacarmu. Lagian... Aku juga ga bisa minta papa buat batalin perjodohan ini. Kamu juga, kan?" Tanya Arin pada Soobin. Soobin mengangguk mendengar pertanyaan Arin.

Beberapa detik kemudian, Soobin tersadar akan ucapan Arin yang sedikit mengganjal. Ia pun bertanya, "Ga bisa nolak? Kenapa?" Tanya nya bingung.

Arin terkekeh pelan sebelum menjawab, "sebenernya, alasan aku dijodohin itu juga sama kaya kamu. Aku ga sengaja bawa mobil ngebut dan nabrak orang, untungnya orang itu selamat. Tapi, yah, papa marah besar dan berakhir ini, dijodohin" jelas Arin sejujurnya.

"Pfftt—" tawa Soobin hampir saja lepas sebelum ia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

Arin melotot melihat tingkah Soobin, ia mengambil bantal yang tak jauh darinya, ia memukul Soobin dengan bantal secara bertubi-tubi. Membuat Soobin mengaduh meminta Arin untuk berhenti, tapi sayangnya Arin tidak mau mendengarkannya.

[1] Bullying | Karina✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang