Bullying | 24

1.6K 218 11
                                    

"Kak.." panggil Karina pelan.

"Hm?" gumam Jeno dengan pandangan yang memandang Karina dengan tanda tanya, menunggu Karina untuk mengatakan sesuatu.

"Kak, aku ke belakang sebentar ya, boleh?" izin Karina.

Jeno tersenyum kecil lalu mengangguk mempersilahkan Karina. Setelahnya, Karina ngibrit ke belakang (re; toilet / kamar mandi)

Sesampainya Karina didalam toilet itu, Karina menatap kaca kecil yang ada didalamnya. Ia menepuk-nepuk pipinya beberapa kali hingga merasa sakit, kemudian ia kembali uring-uringan.

"Apasih, prik banget Lo, Rin" gumam Karina memaki dirinya sendiri.

"Su'udzon boleh ga sih?" Gumam Karina lagi, lalu kemudian ia menggeleng dengan cepat.

Karina lalu menunjuk pantulan dirinya didalam kaca kecil itu, "fiks, Lo udah gila!" Ucapnya.

"Aaaaa" Karina merengek kecil, "masa kak Jeno...?!" Ia melotot, "hhh! Ga mungkin ga mungkin!" Selanya cepat.

Karina saat ini sudah mirip seperti orang gila yang berbicara pada dirinya sendiri. Entah apa yang terjadi padanya sampai uring-uringan gini.

Setelah puas uring-uringan didalam toilet, Karina segera kembali merapikan rambut dan seragamnya yang mulai kusut karena ulah tangannya tadi. Setelah beres semua, Karina segera keluar dan menghampiri Jeno yang masih duduk manis ditempatnya.

Karina duduk dihadapan Jeno, "maaf kak, lama" ucap Karina tidak enak.

Jeno menggeleng pelan, "gapapa, santai aja" jawabnya, "makanannya udah dateng, makan dulu, abis itu gue anterin pulang" ucap Jeno lagi. Karina hanya mengangguk, lalu memulai memakan makanannya, begitu pula dengan Jeno.

Setelah makanannya habis, Jeno benar-benar mengantar Karina pulang sampai didepan pintu rumahnya. Padahal, diantar sampai depan pagar juga tidak masalah. Tapi kata Jeno, dia mau mampir dulu, mau nyapa mama Irene katanya, sekalian ngasih PS pesanan Sunghoon. Katanya.

Karina juga bingung, kok bisa tiba-tiba Sunghoon akrab sama Jeno. Atau Jeno-nya yang akrabin diri? Hufftt, mikirin semua ini, bikin Karina jadi pusing, pengen tidur.

Karina memasang ekspresi ramah terbaiknya, ga enak kalau dia cuek-cuek gitu, nanti kalau tiba-tiba ada sesuatu yang gabisa Karina tangani kan bahaya. "Ayo masuk, kak" ajak Karina ramah. Jeno mengangguk, ia mengikuti langkah Karina, hanya beberapa centi dibelakang Karina.

"Duduk dulu kak" titah Karina, lagi-lagi Jeno hanya mengangguk dan menurut. Karina jadi bingung, ni orang ga bisa ngomong apa gimana sih? eh astaga, ga boleh ngomong kaya gitu. Harus positive thinking! Harus!

Karina meninggalkan Jeno sendirian diruang tamu, sedangkan Karina dengan cepat bergegas ke kamar Sunghoon untuk memintanya menemui Jeno, lalu setelah itu rencananya Karina akan pergi berendam air hangat dan menonton drama setelahnya.

TOK TOK TOK

Setelah mengetuk pintu kamar Sunghoon beberapa kali, Karina membuka pintu kamar itu yang selalu tidak pernah dikunci. Alasan utamanya, Sunghoon waktu kecil pernah ke-kunci di dalam kamarnya dan dia trauma sampai sekarang.

"Sunghoon.." panggil Karina pelan.

Sunghoon yang tengah tiduran dengan membaca komik menoleh dengan semangat kearah Karina. "Eh tumben, baru pulang sekolah ke kamarnya Sunghoon, ada oleh-oleh ya?" Tanya nya berbinar.

Karina menggeleng membuat Sunghoon mengerucutkan bibirnya kecewa. "Ada Jeno dibawah, katanya bawain pe-es buat kamu. Sana temuin dulu" ucap Karina yang membuat Sunghoon melompat senang. Ia sampai mendorong badan Karina yang masih berada diambang pintu itu untuk lewat.

"Dasar adek ga tau diri" gumam Karina penuh kemusuhan.

—oOo—

"Maaf mengganggu waktu anda, Tuan muda" salah satu bodyguard yang memiliki proporsi tubuh yang kekar itu menghampiri 'TUAN' nya dengan segan dan sopan. Walaupun tuannya itu jauh lebih muda darinya, tapi tuannya itu sangat menyeramkan. Hampir semua penghuni mansion itu takut bertatapan mata dengan Tuan Muda mereka.

"Hm" Tuan muda itu, Jihoon, hanya berdehem, menyuruh untuk si bodyguard itu berbicara.

"Maaf tuan muda, saya mendapatkan informasi terbaru dari beberapa anak buah saya bahwa putra Donghae, Jeno, dia mengantar nona Karina pulang ke mansion-nya dan tak segan untuk mampir" ucap bodyguard itu.

Jihoon yang tadinya sedang fokus membaca novel bergenre misteri-trhiller itu menghentikan aktifitas membacanya. Ia dengan kasar menutup buku itu dan melemparnya begitu saja dengan asal.

"Lalu?" tanya Jihoon dengan nada suara yang mengerikan, nada yang sama saat ia memberi peringatan kepada Yeji di perpustakaan beberapa hari yang lalu.

Mendengar itu, bodyguard itu gemetaran, ia mendadak menjadi ciut setelah mendengar nada bicara tuannya. "Mereka mengatakan bahwa Jeno membawakan game kesukaan tuan Sunghoon, sepertinya—"

BRAKK!

PRANG!

"KELUAR!" bentak Jihoon setelah ia berhasil menendang meja yang diatasnya ada teh hijau. Membuat cangkir dan teko mahal berisi teh hijau favvorit Jihoon itu tumpah, pecah tak berbentuk.

Bodyguard yang melihat itu ketakutan setengah mati, bahkan bahunya mulai bergetar hebat menahan rasa takut. Tanpa menunggu perintah dua kali pula menunggu tuannya beraksi, ia langsung berlari tunggang langgang meninggalkan kamar tuannya.

Jihoon mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga telapak tangan dan kukunya memutih.

Jihoon menggertakkkan giginya geram, "Sial sial sial sial" gumamnya.

"Jeno, Lo ga akan selamat besok, bajingan." Gumam Jihoon sekali lagi sebelum ia pergi bergegas menuju ke suatu tempat.

TBC?

[1] Bullying | Karina✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang