Bullying | 32

1.3K 172 5
                                    

"Drop out" sahut Renjun cepat setelah sang ayah bertanya.

Somi menggeleng kuat-kuat di pelukan ibunya, air matanya tiada hentinya untuk keluar.

Kalau Jihoon yang bilang, pasti dia bakalan maki-maki dan ngejekin Somi mati-matian. Ya mau gimana, awalnya aja kaya tokoh antagonis yang ga bisa dikalahin, eh endingnya jadi anak manja.

Irene mengangkat kepalanya dengan angkuh, "Terserah, saya tidak peduli. Asalkan mereka mendapatkan hukuman yang setimpal dengan apa yang mereka perbuat kepada anak saya, saya tidak akan memperpanjang urusan ini." Ucapnya dingin.

'Hebat juga si Tante' puji Jihoon dalam hatinya dengan bangga.

Irene bangkit dari duduknya, ia merapikan pakaian mahalnya yang sedikit kusut karena terlalu lama diduduki. Ia menarik lengan Karina, meminta putrinya itu untuk berdiri.

"Saya tunggu kabar baiknya, bila sampai besok kalian tidak mengambil tindakan, saya tidak akan segan untuk membawa kejadian ini ke pengadilan." Ucap Irene.

"Maa.." tegur Karina pelan.

Irene tidak peduli, ia tetap menarik lengan Karina agar tetap mengikutinya keluar. Disisi lainnya, tangan Irene memegang lengan Sunghoon, menghindari jika anak itu akan berulah jika ia pergi. Tertinggal-lah Suho yang masih tetap setia disana.

Suho tersenyum manis, ada sedikit ketulusan yang tergambar dalam senyumnya. "Terima kasih, ya. Karena kalian, Karina hari ini bisa memberitahu dunia bahwa dia adalah bagian dari anggota keluarga saya." Ucapnya tulus kepada Somi dan Yeji.

Senyum Suho perlahan memudar, "Saya bisa memaafkan kalian jika kalian meminta maaf, namun, saya tidak bisa berjanji akan melupakan kejadian ini. Karena bagaimanapun juga, Karina adalah putri kandung saya, permata saya, dan kehidupan saya."

Lalu Suho kembali tersenyum, "Karina adalah alasan bagaimana saya bisa berada di titik ini, dimana saya dipuji-puji oleh orang lain."

"Karena Karina adalah sebaik-baiknya tempat untuk berteduh, dan Karina adalah sebaik-baiknya tempat untuk semua orang bersandar." Sambung Suho penuh makna.

Yeji tercekat mendengar ucapan Suho, ucapan yang begitu dalam dan sangat bermakna. Mampu menembus ulu hatinya yang paling terdalam, tanpa tersadar, ia mulai menitikkan air mata, perasaannya mulai dihantui rasa bersalah.

Suho tersenyum lagi, ia tatap ayah dari Renjun sekaligus kepala sekolah itu, "Atas kejadian ini, saya meminta maaf. Sekolah ini dan perusahaan saya, mulai hari ini tidak memiliki hubungan apapun. Saya akan mencabut diri saya sebagai pendonor di sekolah ini. Saya pamit." Ucap Suho sebelum berdiri dan pergi melenggang, meninggalkan ruangan kepala sekolah yang saat ini sudah tampak seperti ruangan kedap yang minim oksigen.


Soobin dan Arin turun dari mobil Tesla hitam —salah satu mobil favorite milik Suho— setelah seorang sopir membukakan pintu untuk keduanya.

Soobin mendecak sebal setelah tau dimana ia diturunkan oleh pak sopir suruhan papinya itu. Parahnya lagi, ia bersama seorang gadis yang lebih tua darinya yang statusnya sekarang adalah calon jodohnya.

Coba tebak Soobin dan Arin ada di mana. Tebak sekarang, yang bener dikasih Soobin permen karet.

Jawaban kalian semua salah. Jangan pernah berfikir bahwa Soobin dan Arin diturunkan di Restoran mahal, kapal pesiar, mall, ataupun taman hiburan. Ingat! Jangan pernah berfikir begitu.

Kali ini, Soobin dan Arin di turunkan di tempat yang sangaaaatttt jauh dari mansion keluarga Arsenio. Tidak tau tepatnya, tapi tempat ini letaknya jauh dari permukiman kota.

Sebuah taman yang sangat besar, ada banyak sekali tumbuhan-tumbuhan indah disana. Ada danau tepat didepan Soobin dan Arin, lalu tidak jauh dari danau itu, ada sebuah tenda terbuka besar yang didalamnya ada dua pasang kursi tak lupa dengan mejanya. Diatasnya ada beberapa tangkai bunga mawar merah yang diletakkan didalam vas, sudah tertata rapi beberapa makanan dan minuman diatas mejanya.

Disisi samping meja itu, ada karpet berbulu putih yang nyaman, ada dua boneka Teddy bear berwarna putih dan coklat dan juga beberapa bantal kecil yang terlihat empuk. Ada sebuah gitar disamping boneka Teddy bear dan rak buku dibelakangnya.

Disisi lain meja, ada beberapa rak dan juga satu mesin pendingin yang besar. Entah berasal dari mana aliran listriknya. Yang pasti, Soobin yakin disana banyak terdapat makanan, cemilan, dan minuman. Atau disana juga ada baju ganti juga?

Tenda itu otomatis, bisa dibuka dan ditutup dengan remote control. Untuk saat ini yang dilihat mata Soobin dan Arin, yang ditutup hanya bagian belakang dan samping dari tenda itu saja. Sedangkan yang didepan dibiarkan terbuka. Mungkin sengaja, agar Soobin dan Arin saat sampai bisa langsung melihatnya.

Soobin lagi-lagi mendecak sebal. Lain halnya dengan Soobin, Arin justru terpanah dengan tempat yang dipersiapkan oleh orang tua keduanya. Sangat cantik.

Ada banyak lampu yang mengelilingi danau dan tenda itu. Sangat berwarna, lucu, Arin suka.

Arin memekik senang, ia berlari kecil ke arah boneka Teddy yang terduduk di atas karpet berbulu. "AAAAA! Lucunya!!" Ia mengambil salah salah satu bonekanya, lalu ia angkat dan peluk dengan erat.

Soobin yang melihat itu hanya memutar bola matanya malas, "kita disuruh nginep disini apa gimana?" Tanya Soobin kepada sopirnya.

Sopir itu mengangguk yakin, membuat Soobin membulatkan matanya panik. Soobin cuma bercanda, tapi kok jadi beneran?

"Tuan Kendrick tadi menyuruh saya untuk mengantarkan tuan muda dan Noona itu kemari, lalu saya disuruh untuk menginap di penginapan terdekat. Besok saya akan kembali lagi ke sini saat sore tiba." Jelas sang supir.

Soobin memerosotkan bahunya, ekspresinya menunjukkan bahwa ia sangat frustasi dengan keadannya sekarang. "Ga bisa di cancel aja gitu? Diganti deh sama yang lain.. masa harus nginep disini sih, nanti kalau ada kodok gimana?" Tanya nya kepada supirnya.

Pak supir itu terdiam, ia lalu berucap, "saya hanya menjalankan tugas dari Tuan Kendrick, Tuan Muda. Saya tidak ingin melawan, saya punya lima anak dan istri di rumah yang harus saya beri makan." Balas pak supir.

Soobin menghela nafas, "huft! Terserah deh.. besok beneran ke sini kan? Sore! Awas aja kalo bohong! Saya robohin rumah kamu!" Ancam Soobin.

Pak supir mengerjakan matanya beberapa kali, bingung. "K-kok... Ehm! Baik, Tuan Muda. Saya pergi, ya. Tuan muda baik-baik ya, disini tidak ada binatang yang membahayakan. Semua kebutuhan tuan muda dan Noona sudah siap tersedia. Pesan saya satu, Tuan. Jaga diri Tuan, ada seorang gadis bersama anda." Pesannya sebelum memasuki mobil.

Setelah supirnya pergi, Soobin berjalan dengan malas mendekati Arin yang sedang duduk dengan bahagianya sembari memeluk boneka Teddy berwarna coklat. Soobin duduk tak jauh disampingnya.

Soobin berdehem dengan canggung, Soobin tidak diperbolehkan membawa hp nya begitupun dengan Arin. Maka dari itu, Soobin frustasi.

Arin yang mendengar Soobin berdehem itu, tersenyum sekilas. Ia lalu mengajak Soobin untuk berbicara.

"Boleh aku nanya?" Tanya Arin memulai pembicaraan. Soobin mengangguk singkat, memasang tampang sok cueknya, padahal ia juga gatal ingin berbicara.

"Kamu kok bisa sampe kecelakaan? Aku kemarin lihat mobilnya om Chanyeol, hampir semuanya lumpuh" tanya Arin sekaligus menjelaskan.

Soobin terdiam, tak lama kemudian pipinya memerah. Soobin malu, masa iya dia harus jujur sama Arin yang sekarang saja statusnya masih orang asing di mata Soobin? Harga dirinya mau ditaruh dimana?

[1] Bullying | Karina✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang