TATYANA
"Dokter Tatyana? Ada pasien baru masuk UGD, katanya habis tertimpa sesuatu dan mengeluh sakit pada tangannya. Karena dokter Bams sedang izin ke toilet, bisa tolong di periksa terlebih dahulu?". Ujar salah satu suster .
"Hm iya, di sebelah mana?" Jawab gue.
Suster itu memberikan arah dan gue pun ikut bersamanya.
Dan saat gue masuk di salah satu tirai gue dikejutkan dengan, Marvello berdiri disana bersama satu cowo rambut blonde.
Bukan sampe disitu aja keterkejutan gue. Saat melihat siapa yang duduk di brankar gue membeku dan membelakan mata saking gapercayanya gue siapa yang ada disitu.
Kakak gue— Kak feliks duduk disitu dengan ekspresi sama seperti gue dan dengan tangan yang membengkak.
"Dokter Tatyana?" Ujar suster menyadarkan gue dari lamunan.
"Eh? Maaf saya kurang fokus, Suster apa dokter Bams sudah ada? Saya takut salah penanganan." Ujar gue mencoba menghindar.
"Gabisa, lo harus periksa gue sekarang." Kak feliks berbicara. Baru kali ini setelah dia pergi, gue bisa denger suara itu lagi. Suara yang bikin gue ingin mengeluarkan air mata.
"Hmm, maaf saya gabisa." Ujar gue lagi. Gue gabisa gue mau pergi sekarang.
"Felice."
Panggilan itu keluar dari mulut nya.
Panggilan itu keluar setelah sekian lama.
"Sus..ter tunggu disini ya. Sa..ya panggil dokter Bams atau dokter lain terlebih dahulu." Ujar gue dengan sedikit menahan sesak dan gue oun berlalu begitu aja.
Biarin deh gue di bilang ga profesional.
Gue gabisa disini terlalu lama.
Gue ga sanggup lagi untuk tidak mengeluarkan air mata gue ini.
MARVELLO
Emang ada aja dah kecerobohan gue ini.
Dengan santainya gue jalan saat team kameramen dan team artistik sedang mengset tempat yang akan di jadikan salah satu adengan untuk film gue ini.
Untung ada Teja yang nolongin gue walaupun harus merelakan tangannya terkena benda yang jatoh.
"YAAMPUN! Bisa hati-hati ga si!" Pekik Ben kencang.
"Ssttt.. berisik lo, gue yang salah. Maaf, Maaf. Buat semua maaf juga jadi berantakan." Ujar gue.
"Buat lo juga ja, sorry dan makasih udah nolongin. Ayo langsung ke RS mumpung deket juga dari sini." Pinta gue merasa ga enak.
"Gausah vel, paling memar biasa nanti juga ilang." Ujar teja.
"It's Ok, biar yang lain sekalian istirahat dulu lah.. Udah jam makan siang juga ini."
Teja berfikir sejenak dan mengiya kan ajakan gue ini.
"Gue ikut." Ujar Ben kemudian. "Lo lagi ngapain si jalan sambil fokus banget ke handphone .mana senyum-senyum kaya orang tolol, tau ga."
Emang Ben kalau ngomong gabaisa santai sedikit. Tapi omongannya suka bener si.
"Iya iya sorry." jawab gue pasarah. "Maaf juga ja, sumpah gue gatau kalo lagi pada ngeset."
"Santai vell, ini juga biasa aja kok tangan gue masih bisa gerak." Ujar Teja santai.
^^^^
Sampai UGD gue bisa liat dengan jalas Tatyana berdiri disana. Di salah satu meja sambil ngecek sesuatu yang ga gue tau.Dengan santai gue menghampiri salah satu suster untuk menyuruh Tatyana yang memeriksa Teja.
Hehehe iseng aja gue, mau liat reaksinya nanti saat dia ngeliat gue lagi.
Karena jujur aja, dua hari ga ketemu dan ga berkomunikasi dengan dia gue jadi kangen. Gue cuma bisa liat foto dia yang gue abadikan saat di pantai. Padshal gue bukan tipe orang yang akan menyimpan foto orang lain di handphone, apalagi ini foto cewe.
Foto itu juga yang buat gue ga fokus tadi.
Fyi, gue belum dapet nomornya. Abis ini gue harus dapet kontak dia.
Tuh kan bener dia kaget liat gue.
Tapi kok dia diem kaku gitu. Sorot matanya mengingatkan gue kejadian dua hari lalu di lobby rumah sakit.
Dan gue kaget liat interaksi dia dengan Teja.
Ada apa di antara mereka. Apa Teja mantannya atau apa. Gue dan Ben cuma bisa saling tatap. Dan mata gue juga gabisa lepas dari Tatyana, bahkan saat dia pergi dari sini.
Teja berusaha untuk mengejar Tatyana tapi di tahan oleh suster dan Ben.
"Sebentar, gue harus ngejar dia. Please sebentar aja." Ujar Teja memberontak.
Teja yang gue kenal santai tanpa pernah meminta kesiapa pun karena dia memamang bisa melakukan apapun itu sendiri.
Teja yang gue kenal selalu ketawa-ketawa santai dengan rekannya.
Teja yang menurut gue hidup tanpa beban apapun.
Beda dengan Teja yang sekarang di depan gue.
Gak lama dokter dateng untuk memeriksa Teja.
"Gue ke toilet sebentar, Ben jagain tuh." Ujar gue.
Gue harus cari Tatyana karena gue rasa dia lagi butuh seseorang. Ya walaupun gue gatau untuk apa.
Dan gue harus minta penjelasan ke Teja.
Biarin deh gue di bilang kepo. Pokoknya gue harus tau Tatyana kenapa bersikap seperti itu ke Teja.
Siapa tau Teja pernah jahatin Tatyana, kan ga ada yang tau dan mungkin aja Teja mantannya, jadi gue bisa minta tips lah buat deketin dia.
Gue harus menjaga Tatyana.
Gue harus ada di samping dia.
Gue gamau dia memiliki sorot mata seperti itu lagi.
Gue hanya ingin dia tersenyum dengan mata dia yang indah.
Senyum seperti saat di pantai dan di bangunan tua setengah jadi milik eyang.
CATATAN
Makasi buat yang udah mau baca hehe