MARVELLO
Gatau sejak kapan hal favorit gue ini terjadi, yang jelas setelah ga ada yang bicara sama sekali. We do it again, kiss each other even though i'm more demanding.
Gue ga pernah mengira berciuman di atas meja bar semenarik ini, with Tatyana under me wrapped her arms around my neck.
Even though I dominate but this time Tatyana tried to follow the rhythm of this kiss. Dan kita saling tersenyum di sela-sela ciuman ini. Ini berasa mimpi bagi gue, dan kalaupun mimpi gue gamau bangun sama sekali.
Tatyana melepas ciuman ini terlebih dahulu dan gue pun tersenyum melihat wajahnya yang memerah dan penuh keringat ini di bawah gue.
"Whatever your question, i will say yes." Ujarnya pelan dan bangkit untuk mengambil minum.
Gue pun mengukutinya kemanapun. "Hah? Gue ga denger?"
"I will say yes!" Ucapnya lebih keras.
"For what?" Tanya gue pura-pura gatau.
"IHH!"
"HAHAHA, Ok let's go to my bedroom"
"Ngapain?" Tanya Tatyana dengan muka yang memerah.
"Hahaha, to let's talk about us."
"Kan disini bisa?"
"Beda Tatyana, sayang. Di sana akan lebih menyenangkan."
Tatyana terlihat salah tingkah dan bingung tapi tetap mengikuti langkah gue.
"Sini duduk." Ajak gue agar dia ikut ke kasur.
"Gausah gitu dong mukanya, gue cuma mau ngobrol."
Dan dia pun nurut hehehe, lucu deh kalau nurut gini.
Gue dan dua duduk berhadapan, saling menatap.
"Pertanyaan pertama, kemarin kemana aja?"
"Maaf"
"Hey, gue mau denger lo kemana bukan perkataan maaf."
Tatyana hanya menunduk tidak bergeming.
"Tatyana.."
"Hmm.. Gue pergi sama papi untuk menenangkan diri."
"Ngindarin gue?"
"Hmm.. Bisa di bilang iya, tapi lo bukan alasan utama untuk gue menenangkan diri. Gue cuma ga menyangka melakukan itu dengan lo."
"We just kissed, nothing weird."
"Bagi gue itu aneh, kita ga saling kenal dan gue melakukan untuk pertama kali nya dengan lo."
"Sekarang udah kenal?" Tanya gue jail.
"Maksudnya?"
"Hahaha, ga kok. Bener gue bukan alasan utama lo menghindar? Lo ga bales chat gue bahkan sampe ngambil cuti."
"Seperti yang gue bilang tadi, gue sama papi pergi saling menenangkan diri. Ga ada yang aktifin handphone. Gue punya masalah dengan keluarga yang belum bisa gue cerita kan dengan lengkap sama lo, karena gue sendiri juga bingung."
"Gapapa, sesiap lo aja."
"Gue denger Kak Feliks mukul lo?" Tanyanya dengan wajah khawatir.
"Iya, nih muka gue babak belur kemarin." Adu gue dengan muka pura-pura tertekan. Kali aja dia jadi perhatiaan.
"Maaf ya, gara-gara gue." Ucapnya sambil mengelus seluruh wajah gue dengan tangan halusnya. Bener kan di perhatiin.
"Bukan salah lo, Teja cuma mukul karena dia perhatian sama lo."
Tatyana mengganguk. "Kemarin ada Kak Feliks juga. Dia cerita soal lo, dia juga yang buat gue sadar perasaan gue ke lo. Gue sama Kak Feliks udah ga ada kesalah pahaman lagi." Ujarnya dengan tersenyum.
"I like yor smile, Tatyana."
Dia tersenyum lagi, buat gue ga kuat untuk tidak menciumnya lagi.
Gue pun melepasnya dengan lembut, gabisa lama-lama karena masih banyak yang ingin gue tanyakan.
"Jadi sekarang... Kita?" Tanya gue lagi.
"Kita apa?"
"Ih Tatyana."
"Kenapa si? Lo yang aneh juga."
"Kan gue degdegan jadi gitu deh."
"Nih.. Coba pegang dada gue, jantung gue lari maraton tau." Ujar gue lagi sambil narik tangannya.
"Hahaha, Gue udah bilang apapun itu gue bakal bilang iya.. Gue mau mencoba semua dengan lo."
Eh? Dari mana Tatyana belajar ngomong kaya gini si. Baru dia ngeluarin omongan begitu aja gue udah yang iya-iya aja kan jadinya. Mana lucu banget tuh ketawa.
"Jangan ketawa gitu." Ujar gue lagi.
"Hah?"
Gue ga kuat lagi untuk mengecup bibir yang sangat terlihat manis ini. Kayanya setiap pertanyaan akan gue hadiah kan dengan kecupan deh.
TATYANA
Gue tersenyum ketika Marvello mengecup bibir gue singkat. Gue ga nyangka bisa membuka hati secepat ini untuk seorang yang baru gue kenal, apa lagi ini laki-laki.
Gue juga merasa ada hal baru dalam
diri gue yang gabisa gue deskripsikan dengan kata-kata. Setiap ngeliat Marvello gue merasa bahagia, padahal awal pertemuan gue dengan dia gue merasa sangat kesal.Marvello baik, sangat baik bagi gue. Gue merasa dia bisa mengerti gue.
Dia terlihat senang, bisa gue liat dari matanya yang begitu bahagia. Matanya yang ikut tersenyum ketika dia tersenyum.
"Makasih ya." Ujar nya dan kembali mengecup bibir gue.
Emang dari tadi dia ga berhenti menghujani gue dengan kecupan yang dia berikan. Bukan ciuman yang dalam seperti biasanya. Hanya kecupan ringan tapi ini hal yang lebih gue sukai.
"Makasih juga." Balas gue tersenyum, Kayanya gue gabisa berhenti tersenyum dari tadi ngeliatin dia.
"Karena lo, gue bisa mencoba membuka sesuatu yang belum pernah gue buka. Hal baru yang ga pernah gue temui sebelumnya." Ujar gue lagi.
"Gue akan menemani lo untuk membuka hal-hal baru yang gapernah lo buka itu dan kita akan menemui sesuatu yang baru kedepannya, let's happy together, Tatyana."
"Gue janji ga akan ninggalin lo."
Gue pun hanya bisa tersenyum menantap mata nya yang begitu tulus saat mengatakan janjinya itu. Semoga janji nya bisa ia tepatin, janji yang sebenarnya gamau gue denger dari dia karena gue takut janji nya gabisa di tepatin seperti janji orang-orang kepada gue.
Tapi gue mau percaya sama janji Marvello, semoga Marvello seperti papi yang tidak pernah meninggalkan gue.
Karena sebeneranya yang gue butuh mereka selalu ada di samping gue, ga peduli hal apapun yang mereka lakukan.
"Lo bakal bilang iya kan sama apapun yang gue tanya?" Tanya Marvello menyadarkan gue dari lamunan setelah kita hanya saling menatap tanpa ada yang bicara.