TATYANA
Marvello its a good person, litstens to me really well without cornering anyone. Gue nyaman bercerita dengannya.
"It's ok if you're disappointed, you're just human." Ujar nya mengusap pelan telapak tangan gue.
"Nangis aja gapapa kok, sini." Ujarnya lagi membawa gue kepelukannya."
Gue berusaha kuat menceritakan semuanya ke dia tapi dia sepeka itu melihat gue sebenarnya ga kuat untuk menahan air mata ini lagi.
"I feel so bad for mami and her son, seharusnya aku ga begitu. I hurt mami and her son."
"No, you're just trying to strengthen yourself. Mau aku temenin untuk ketemu mami kamu lagi?"
"Kamu mau nemenin?"
"Ofcourse."
"Aku harus bilang papi dulu, kamu bener mau temenin?"
"Iya cantik." Ujarnya lagi mencubit pipi gue.
"Thank you for listening to my unimportant story." Ujar gue tulus.
"Apapun tentang kamu penting tau!"
"Kok kesel?"
"Jangan bilang gitu, semua tentang kamu penting." Ujarnya memeluk gue.
Entah udah berapa kali Marvello meluluhkan hati gue, hal-hal kecil ini buat gue justru bermakna banget. Dia selalu tau apa yang gue butuhin bahkan diri gue sendiri gatau.
"Nanti ikut ke premiere film aku mau ga?" Tanya Marvello tiba-tiba.
"Kapan?"
"Seminggu lagi."
"Boleh."
"Hehehe nanti kita cari baju yang couple yuk?"
Dih aneh banget permintaannya, "Kamu fikir kita anak SMP?"
"Baju couple boleh kali di pake sampe tua." Ujarnya mengerucutkan bibir.
Kapan si Marvello ga bertingkah seperti anak kecil. "Cute." Ujar gue mengecup bibirnya pelan.
"TATYANA UDAH BERANI BANGET YAK!" Teriak Marvello kencang karena gue memang langsung pergi dari hadapannya.
MARVELLO
Sumpah gabisa gue di giniin, curang banget tiba-tiba pergi ke kamar. Oh gue tau! Pasti dia mancing gue nih biar di susulin ke kamar terus gitu deh.
"Kamu sadar ga si? Kamu tuh curang banget."
"Hehehe"
"Jangan gitu, nanti kamu aku makan."
"Hah?"
Gue dorong badannya pelan, berbaring di tempat tidur "Boleh ga aku makan?" Tanya gue membuat Tatyana menganggukan wajahnya yang memereah.
And we did it again,
"Tatyana, kenapa kamu cantik si?" Tanya gue benar-benar terpaku dengan wajahnya.
"Hm?" Jawab Tatyana bingung.
"Your face, your heart and everything about you is so beautiful."
"Marvello, you too. I never thought we would like this."
"Jangan pergi ya? Aku mau sama kamu terus."
"Pinky promise." Ujarnya memberi jari kelingking, bisa-bisa nya lagi gini dia makin lucu.
"Why you so cute? Aku jadi pengen makan terus." Ujar gue ga kuat buat ga gigit pipinya yang naik karena dia terus tersenyum.
"Hahaha, kamu tuh kaya anak kecil."
"Kamu nginep sini kan?" Tanya gue menyadari ini semakin malam.
"Engga deh, Papi sama Kak Feliks pasti nunggu aku. Kamu kan tau aku gamau papi merasa sendiri."
"Kan ada Teja?"
"Hmm.. Selama ini papi cuma berdua sama aku, dan aku tau sebenarnya ada aku aja masih belum lengkap. Sama kaya sekarang walaupun ada Kak Teja pasti dirumah masih berasa sepi."
"Oke deh, aku rela."
"Harus dong! Aku masih anak papi loh masa mau kamu culik?"
"Ini tuh kode ke aku?"
"Dih engga!"
"HAHAHA, Kamu mau tau ga?" Ucap gue so misterius.
"Apaa?"
"Aku suka menghayal tau tentang kita."
"Maksud kamu?"
"We get married and have a cute kids."
Tatyana hanya merespon dengan muka yang mandang gue aneh, gimana ya jelasinnya tapi gue emang suka menghayal gitu. Hidup bahagia bersama Tatyana.
Dan tiba-tiba suara handphone Tatyana bunyi— Teja nelfon, ganggu gue aja.
"Hallo, Kenapa kak?" Tanya Tatyana.
"Felicie dimana? Kakak sama papi masih nunggu loh."
"Hmm, aku di tempat Marvello. Ini mau pulang."
"Bener? Ga ngapa-ngapain kan?" Tanya teja di sebrang sana.
"Ngapain gimana?" Tanya Tatyana binggung.
"Buat keponakan buat kakak gitu?"
Hampir aja gue akan ketawa gede banget kalau Tatyana ga langsung mukul gue, kedengeran juga di sana Teja kaya di tegur gitu karena ucapannya. Kebiasaan emang ga di lokasi ga dimana pun ngomong ga pernah di filter.
"Udah deh, aku mau pulang. Aku matiin ya." Ujar Tatyana mematikan sambungan.
"Kamu bisa ga gausah ketawa gitu?" Ujar Tatyana.
"Hehehe sorry, abis mulutnya Teja suka bener."