24. Feeling

385 55 0
                                    

MARVELLO

Hampir semingguan ini gue di sibukan dengan syuting film yang memamang tinggal mengambil bagian-bagian akhir untuk film tersebut.

Hampir semingguan juga gue ga bisa setiap hari ketemu Tatyana, kita hanya berkomunikasi lewat handphone atau kadang gue jemput dia pulang dari rumah sakit kalau jadwal syuting gue selesai cepet.

Padahal ga ketemu sejam aja gue udah kangen.

Ga cuma jarang ketemunya yang bikin gue kangen. Ekspresi bahagia, kesel dan lain-lainnya itu juga bikin gue kangen.

Karena sekarang Tatyana sedikit lebih pendiam dari biasanya, walaupun emang dari awal kenal dia irit bicara. Sekarang pendiemnya sedih gitu— matanya kadang kosong, lebih sering bengong, terus nurut mulu sama gue.

Padahal biasanya dia akan mendepat terlebih dahulu atau memberikan gue ekspersi jengkelnya untuk permintaan aneh gue.

Dan semingguan ini gue  sering mancing dia biar ngambek-ngambek gemes eh dia malah ngalah. Bikin gue sedih dan ke pikiran, gue gabisa liat dia begitu.

Bokap nya Tatyana juga pernah nanya ke gue kenapa Tatyana terlihat sedih saat dirumah, bikin gue tambah kepikiran. Bahkan Teja pernah hampir mau nonjok gue lagi, karena menurutnya Tatyana sedikit lebih murung setelah pergi sama gue.

Iya setelah pergi sama gue ke Jogja Minggu lalu, semua perubahan Tatyana terjadi dan gue gabisa untuk cerita ke bokapnya atau Teja. Tatyana yang melarang gue, lagian ini privasi keluarga mereka. Tatyana juga belum menceritakan apa yang sebenarnya terjadi ke gue jadi gue menghargai itu masih jadi privasinya.

Untung hari ini syuting hari terkahir dan pulangnya lumayaan cepet dari biasanya, gue akan mengajak Tatyana jalan-jalan lagi.

"Vel, lo mau balik?" Tanya Teja tiba-tiba saat gue ingin masuk ke dalam mobil.

"Mau ketemu Tatyana."

"Ajak jalan ya? Bikin happy, Vel. Semingguan ini murung mulu anaknya, gue ajak ke tempat favoritnya aja dia nolak. Sebenernya kenapa si? Lo beneran ga berantem kan?" Tanya Teja beruntun.

"Sumpah ga berantem, gue juga sedih liat dia murung gitu."

"Kalau udah tau kenapa kasih tau gue ya? Gue gamau adik gue sedih terus." Ujar Teja penuh perhatian.

Dan gue hanya bisa menggangguk, bingung bales apa.

"Yaudah gue cabut ya?" Ujar gue kemudian.

===

"Aku di parkiran basement ya." Ujar gue langsung ketika Tatyana mengangkat telfon gue.

"Loh?" Ujarnya terdengar bingung.

"Kamu udah selesai kan? Hari ini shift kamu sampe sore aja kan?"

"Hm" Jawabnya lagi, padahal gue pengen denger dia meng gerutu karena gue jemput tiba-tiba tanpa ngabarin.

"Aku jemput kesana apa kamu kesini?" Tanya gue basa-basi, padahal juga biasanya gue yang jemput ketempatnya berada kalau dia belum ready banget.

"Terserah." Jawab nya lagi, Tatyana jangan gini.

"Kamu udah siap-siap?"

"Belum."

"Yaudah aku ke ruang ganti yang itu?"

"Iya."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MARVELLOTATYANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang