01. Tatyana Felicie Gemma

931 91 0
                                    

"Tata"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tata"

Biasanya orang-orang memanggil gue dengan singkatan itu. Gue juga gatau awal di panggil dengan nama itu oleh siapa.

Karena semua keluarga memanggil gue dengan nama tengah, yaitu felicie.

Keluarga.

Gue punya papi, mami, dan kakak laki-laki.

Tapi itu dulu.

Sekarang gue cuma punya papi.

Papi dan Mami pisah waktu gue kelas 2 SMP. Gue dan kakak laki-laki gue tetep tinggal sama papi di Jakarta. Mami pindah ke kota asalanya, Bandung.

Awalnya semua baik-baik aja. Walaupun menurut gue perpisahan ga mengenakan untuk gue.

Awal orang tua gue pisah, mami tetep selalu kasih kabar. Gue, Kak Feliks dan mami tetep sering ketemu— walaupun harus di temenin sama orang suruhan papi.

Sampe akhirnya mami memutuskan untuk menikah lagi. Setelah itu, mami ga pernah lagi bales chat gue atau ngabarin gue tentang hidupnya. Kita— Gue, kak feliks dan mami ga pernah lagi ketemuan setiap hari sabtu di Bandung.

"Pi, Feliks gabisa untuk jadi dokter."

"Tidak harus jadi dokter, Feliks. Kamu cukup untuk kuliah di jurusan bisnis dan kamu akan memimpin rumah sakit nantinya." Ucap papi dengan tenang.

"Pi, aku mau jadi photographer bukan mimpin rumah sakit!" jawab kak feliks mulai emosi.

"Kamu tetap bisa menjalankan itu sebagai hobi kamu." Ucap papi lebih tenang.

"Pi! Aku cuma mau bekerja sesuai hobi. Bukan memimpin rumah sakit!" Ujar ka feliks sambil meninggalkan meja makan.

Perdebatan itu terus ada di meja makan setiap pagi dan berakhir akan selalu sama— kak feliks yang pergi dan akan pulang setelah dua hari.

Papi sebanarnya sangat membebaskan apa yang gue dan kak feliks inginkan. Papi selalu memberikan apapun yang kita inginkan.

Tapi, papi punya syarat untuk itu. Harus ada salah satu dari gue atau kak feliks yang meneruskan bisnis keluarga yaitu rumah sakit.

Dan keputusan itu gabisa diubah. Karena eyang ikut andil dalam hak tersebut.

Papi tipe yang sangat keras tapi papi adalah orang yang sangat penyang menurut gue.

Dari perdebatan terakhir, kak feliks ga pernah pulang. Dia pergi, ninggalin gue dan papi.

"Gue ke Bandung tinggal sama mami. Mami butuh gue ada sama dia dan gue juga butuh mami. Felicie, gue sayang sama lo.Gue akan selalu ngabarin dan tetap ketemu sama lo." Itu kata-kata yang gue baca saat gue pulang sekolah yang di taro ka feliks di kamar gue.

Gue kaget.

Kenapa ka feliks bisa tinggal sama mami?

Kenapa mami cuma butuh ka feliks?

Emang kak feliks ga butuh gue lagi?

Seminggu kak feliks pergi. Dia ga ngabarin gue. Dia ga pernah ketemu gue lagi.

Dia bohongin gue.

Jujur, kepergian kak feliks jadi pukulan terbesar gue.

Dia selalu ada di samping gue. Saat gue butuh apapun ka feliks selalu ada.

Karena papi gabisa selalu ada di samping gue. Papi selalu sibuk.

Gue akan ketemu papi saat sarapan dan bertukar cerita tentang apapun yang kita alami.

Siang sampai malem papi akan selalu menyakan kabar gue lewat telfon dan gue akan di antar supir setelah pulang sekolah kerumah eyang.

Emang gua ga pernah puas.

Gue ingin keluarga gue selalu utuh.

Gue ingin keluarga gue selalu ada di samping gue.

Gue terlalu berekspektasi tinggi akan itu.

Dan sekarang gue ga pernah lagi berekspektasi.

Gue akan selalu diam dan ga pernah menginkan apapun lagi.

^^^^

Makannya saat ini gue disini.

Dirumah sakit milik eyang.

Sebagai dokter resident.

"Ta, gue balik duluan ya. Kak calvin udah di lobby soalnya." ujar wening setelah kita selesai ganti baju.

Wening Putri Respati, temen gue saat kuliah. Dia dengan percaya dirinya minta kenalan duluan dan mengajak gue untuk jadi temennya. Padahal saat itu semua orang merasa takut untuk berkenalan dengan gue. Tapi, Wening justru selalu mengajak gue kemanapun. Awalnya gue risih tapi lama-lama gue nyaman. Wening benar defini orang yang memiliki hati tulus.

Krystal Hanna Laksmana, temen dari kecil gue karena bokap dia dan papi sahabatan menjadikan gue dan dia ikut sahabatan sampe sekarang. Gue dan dia juga selalu satu sekolah dari sekolah dasar sampai kita SMA.

Bisa di bilang gue dan dia sama. Sama-sama jutek kalo kata orang tapi menurut gue krystal orang yang sangat hangat. Dan krystal orang yang sangat friendly.

" Hallo, Tata galak! main yuk mumpung weekend."

Tuh baru juga di bilangin, nih anak udah ada aja.

" Ngapain lo kesini?" tanya gue kepada actrres ibu kota satu ini yang bikin mata orang-orang terteju ke gue dan dia.

"Jemput lo, shift lo udah selesai kan? Mumpung weekend terus jadwal gue lagi kosong mending kita main."

"Gue gabisa, belum izin. Tuh liat dibelakang lo udah ada yang nunggu gue."

Krystal langsung menghadap belakang dan nyamperin orang yang nunggu gue itu.

" Udah gue kasih tau lo nginep di rumah gue malam ini dan udah gue izinin ke om theo." ujar krystal saat udah sampai lagi di hadapan gue.

Gue mengerutkan kening binggung "Di izinin? Kok bisa?."

" Gue suruh papi yang nelfon om theo biar lo di izinin nginep dirumah gue." Bales krystal dengan bangga.

"Yaudah ayo. Ohiya! nanti nongkrong dulu di cafe, si joy udah nungguin." Ujar krsytal.

Ohiya! satu lagi temen gue Denisha Joyce Manggala. Di panggil Joy katanya si biar keliatan lebih sexy.

Awalnya gue bisa kenal karena dia orang terkahir masuk kelas dan mengharuskan dia untuk duduk sebangku sama gue— karena gue dan krystal beda jurusan pas SMA.

Dan saat di kantin krystal memperkenal kan gue dengan si joy ini. Katanya si mereka temen satu tempat les gitu.

Sesuai namanya joy orang yang sangat menyenangkan dan dia punya positive vibes yang membuat gue bisa sampe sekarang menjadi sahabat.

Udah, temen gue emang cuma tiga. Gue gabisa untuk mempromosikan diri gue agar orang-orang mau temenan sama gue.

Mungkin kalau Wening ga minta untuk temanan sama gue, masa kuliah akan gue habiskan sendirian.

CATATAN:

HEHEHE.

Semoga suka ya kalian.

Terimakasih.

MARVELLOTATYANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang