Marvello masih saja uring-uringan saat ini, terhitung tiga hari sudah ia tidak mendapat kabar tentang Tatyana.
Kabar dari Wening— Pacaranya Calvin dan sahabat Tatyana di rumah sakit, mengatakan bahwa Tatyana kemungkinan kembali bekerja lagi besok. Membuat harapan libur satu hari nya ini untuk bertemu Tatyana harus hilang dari fikirannya.
Dan rencana hari ini pun ia ganti untuk mencari Tatyana kemanapun juga terpaksa harus ia relakan begitu saja, karena sejak pagi sang Ibu terus menelfonnya agar pulang ke rumah untuk kumpul keluarga.
"Yaampun anak gantengnya bunda." Ujar suara sang Bunda yang sejak tadi menunggu di depan pintu dan langsung menghampiri Marvello yang baru turun dari mobil.
"Lama banget kamu ga pernah kerumah, udah ga kangen bunda-ayah kali ya?" Ujar sang bunda sambil menuntun anaknya masuk ke dalam.
"Bukan gitu bun, Marvello kan kerja. Hari ini juga bari dapet libur."Ujar Marvello.
"Kalo bunda ga telfon, kamu juga ga dateng kan?"
"Ga gitu bunda.." Jawabnya memelas.
"Yaudah ayuk kamu langsung makan, semua udah nunggu di meja makan."
MARVELLO
"Wow.. lo kenapa terlihat sangat menyedihkan begini?" Ujar kakak perempuan gue Sandra.
"Bacot."
"Sandre Marvello." Ujar ayah terdengar tidak suka.
"Maaf yah." Balas gue kemudian mencium tangan ayah.
Emang salah gue juga dateng ga langsung ke ayah, tapi tuh mak lampir bikin gue darah tinggi aja.
"Ya sudah makan dulu semua." Ujar bunda.
Emang di keluarga gue kebiasaan kalau kumpul keluarga gini harus langsung makan baru bisa acara bebas mau ngapain aja.
"Sandra dan Chandra ada berita apa?" Tanya ayah to the point.
"Hehehe aku hamil." Ujar kak Sandra.
"Yeyy bunda mau punya cucu lagi." Ujar Bunda senang.
"Selamat mas Chandra." Ujar gue ke kakak ipar di samping gue.
"Woi gue ga di selametin?" Ujar si nenek lampir.
"Tadi udah tuh sama mas Sandro."
"Yaampun jangan sampe anak saya mirip adik saya yang tidak tahu diri ini."Ujar kak sandra sambil mengelus perutnya.
Semua di yang di meja makan akhirnya bubar ke spot-spot yang mereka sukai di rumah ini dan spot paling gue suka di rumah ini selain kamar pribadi gue, ada juga gazebo deket kolam renang.
Dulu waktu kecil gue sering tidur di dalem
gazebo ini pake kasur-kasuran lipet bunda, walaupun Jakarta panas tapi di gazebo ini gatau kenapa adem banget. Mungkin karena ada air dikolam renang, suara air dari kolam
ikan ayah, dan banyak tanaman bunda berjejer di tembok dan yang sengaja bunda tananam di sekitar gazebo."Ayah lihat wajah kamu murung, ada apa?" Ujar Ayah mengampiri gue.
Ayah emang orang nya ga suka basa-basi, tipe orang yang langsung ngomong apa adanya dan berkata jujur, tapi ayah tau saat yang tepat untuk mengatakannya dan dengan cara yang baik agar orang yang mendengar perkataannya itu dapat menerima dengan baik pula.
Makannya gue selalu suka ngobrol sama ayah dan gue berusaha untuk sama seperti nya, walaupun gue sadar ga bakal pernah bisa.
"Marvello bingung. For the first time yah, Marvel have an interest in getting married.. dalam waktu dekat?" Ujar gue binggung sendiri dengan apa yang gue bilang.
"Bagus dong."
Kebiasaan ayah akan mendengar seluruh cerita baru berkomentar.
"Tapi yah, target Marvel kan tiga puluh ke atas, lagian Marvel baru ketemu beberapa kali aja."
"Emang ada yang salah kalau kamu merubah target menikah? Kalau sudah ketemu jodohnya kamu bisa apa?"
"Ga ada si, tapi perempuan ini kayanya ga tertarik sama Marvel. Jadi bisa di bilang mungkin ga jodoh?." Ucap gue sedih.
"You won't know what the future will be like, if you haven't try it. Bukannya kamu suka tantangan?"
"Udah aku coba, tapi di tolak terus."
"Kamu belum mencoba, ayah lihat kamu hanya mikirin ini itu, uring-uringan ga jelas."
"Kalau perempuan ini berbeda dan menurut kamu memang harus kamu perjuangan, terus perjuangan seperti yang kamu inginkan. Sampai dia benar-benar mengatakan tidak untuk kamu, baru boleh kamu lepas. Jangan seperti ayah yang harus menunggu bunda lima tahun dulu."
"Ih ayah baru juga mau terharu."
Ayah emang gitu bisa tiba-tiba ngeluarin lelucon, bisa berubah tegas, berubah jadi ayah protektif atau pun hal-hal lain.
Tatyana: Marvello, bisa kita bicara besok?
Sebuah notifikasi masuk ke handphone gue, membuat jantung gue degdegan ga karuan. Ini beneran apa mimpi, anjir.
"AYAHHH, I THINK SHE SAID YES."
