16. Hadiah yang TERBAIK!

25 15 15
                                        

Happy Reading

Rumah yang besar dengan ruang tamu yang sudah di beri hiasan kecil, juga beberapa kado tersedia di sana. Sebelumnya juga, pesanan Luca untuk membeli kue Ulang Tahun sudah datang. Kini tinggal menunggu kedatangan Bunda dan Maina yang katanya sedang dalam perjalanan pulang.

Aileen duduk di sofa masih mengenakan seragam sekolah, ia menyandarkan punggung sambil menetralkan nafasnya karena rasa lelah. Sebelumnya, ia sudah meminta izin untuk tidak masuk kerja hari ini, dan sekarang ia sudah lega karena ternyata memang ia di beri izin.

"Lima menit lagi katanya."ucap Luca yang baru saja datang ke sofa, satu tangannya memegangi segelas Air lalu, memberikannya kepada Aileen.

Dengan senang hati Aileen menyambutnya, lega rasanya saat air bening itu melewati kerongkongannya.

"Luca..," panggil Aileen setelah selesai.

"Em?" Luca meletakkan ponselnya lalu beralih kepada Aileen.

"Teman-teman kamu datang juga? Mereka emang tau aku tinggal di sini?" Tanya Aileen.

Lekas Luca menggeleng, karena memang itu sebenarnya sejak tadi ia pikirkan. Bagaimana kalau teman-temannya tau kalau cewek yang pernah benar-benar di bencinya kini, malah tinggal dirumahnya?

"Terus?" Tanya Aileen lagi dengan kening mengerut.

"Yah, terus bagaimana lagi? Kalau nantinya juga bakal ketauan kan, kita juga gak ada hubungan apapun jadi, buat apa malu? Lagian, gue juga belum sepenuhnya setuju lo tinggal di sini. Cuman karena Bunda aja. jadi, gue gak bisa mengelak."jawab Luca panjang plus lebarnya.

Aileen membuang nafasnya lemah, lalu kembali menyandarkan punggungnya lagi. Matanya menatap ke langit-langit atap.

"Jadi waktu kamu bersikap baik itu cuman terpaksa?" Tanya Aileen yang tentunya sangat sulit ia terima di hati.

Tak ada jawaban dari Luca. Cowok itu masih menatapnya namun, terlihat pasti bahwa ia bingung memikirkan jawaban yang bagus untuk pertanyaan Aileen, kali ini.

"Lebih tepatnya, mencoba menerimanya."Luca pun akhirnya mengatakannya.

"Luca, Makasih."kata Aileen membuat seulas senyum tipis terlihat di bibir Luca.

Dreeett... Dreeettt...

Tak lama suara telpon berbunyi di ponsel Luca. Lekas cowok itu mengangkatnya lalu menyuruh Aileen untuk diam yang padahal cewek itu sudah diam sejak tadi.

"Okeh, Bund. Kami tunggu."cepat Luca mematikan Ponselnya lalu berjalan kearah dapur.

Melihat itu tentu membuat Aileen menjadi bingung. Dengan setengah berlari ia menghampiri Luca. "Luca ada apa?"

"Lo buka pintu depan, soalnya teman-teman Maina sudah pada datang. Cepat!" Mendengar itu, Aileen pun langsung berlari tergesak-gesak.

"Silahkan masuk."sambut Aileen ramah ketika Pintu tersebut sudah di buka. Namun yang membuat Aileen heran adalah, kenapa cuman satu orang? Dimana yang lainya? Katanya teman-teman Maina, pastinya banyakkan?.

"Hai kak,"sapanya membuat Aileen tersenyum kikuk.

"Hai, teman-teman kamu yang lain di mana?"tanya Aileen masih bingung dengan situasinya.

"Teman-teman?" Bingungnya juga, ia menoleh kearah belakang, kiri dan kanan lalu, kembali menatap Aileen.

"Saya sendirian kak, dan saya temanya Maina. Maina cuman punya satu teman dan itu saya, kenalin saya Zaki." Satu tangannya mengulur kearah Aileen. Meski ragu, Aileen pun membalasnya.

Luc'eenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang