19. Nervous

13 16 7
                                    

Luc'een✨
Happy Reading

***

Permainan yang sangat ditunggu-tunggu tlah di mulai dari beberapa menit lalu. Semua penonton bersorak gembira kala satu skor yang sangat di tunggu-tunggu datang mengawali pertandingan semakin sengit tak terkalahkan.

Decitan sepatu sang pemain terdengar membuat telinga menajam dengan mata tak henti menatap fokus operan bola yang sedang bermain.  Ini benar-benar meriah, apalagi para pemain celiders bersorak ramai memberikan dukungan. Selain itu pula, dari bangku penonton pun tak kalah hebohnya dengan beberapa orang niat sekali membawa gendang dan poster-poster para idola yang mereka dukungkan.

"Omaygat! Omaygat! Omaygat Liiin!" Tepuk Enyra rusuh sambil satu tangannya masih memegang teropong.

"Kenapa-kenapa?!"tanya Aileen sedikit keras karena tidak terdengar jika berbicara pelan.

"Abs nya keliatan! Tuh coba lo liat, astagaa mataku berdosa dan itu sangat menggoda! OMAYGAT!"

Bukh..!

"Aw!--, kenapa si? Sakit tauu," cemberut Enyra kala Aileen sengaja memukul kepalanya hingga tertunduk.

"Yang bener kalau ngomong," tegur Aileen.

"Astaga emang gue salah? Tuh, tuh, tuh, astaga gue baru nyadar kalau sepupu gue itu ganteng banget kalau masukin bola ke ring. AGUUNG SEMANGAT!!" Teriak Enyra menyemangati membuat Aileen menutup telinganya rapat-rapat.

Suara teriakan Enyra mampu membuat telinganya berdengung saking kerasnya.

"Dah?"

"Hah? Iya udah, teriak-teriaknya. Maaf ye mengganggu. Hehehe,"balas Enyra dan Aileen hanya tersenyum lalu kembali duduk manis disana.

Aileen menonton kembali. Kali ini ia kembali tenang, yh meski sama aja sih. Tapi minimal, Enyra diam aja gak teriak-teriak kayak orang kesurupan sudah cukup membuatnya tenang.

Aileen diam memperhatikan pada satu orang yang sedang bermain di sana.

dan utamanya, sang pemain yang memakai pengikat kepalanya yang sedang menerima bola pada rekannya.

ia memperhatikan Luca yang sedang mendribble bola dengan triknya lalu dengan cepat mengindari beberapa lawan di depannya. Matanya yang tajam menjadi ciri khasnya tak menunggu lama bola berwarna orange dengan beberapa garis hitam itu berhasil masuk kedalam ring, lalu kembali memantul kebawah.

Suara poin masuk pun akhirnya terdengar, Luca memberikan tos kepada rekan-rekannya dengan raut wajah yang masih sama, namun tak berapa lama, ia menatap kearah penonton tepatnya, pada seorang gadis yang juga menatapnya.

Tak menyangka, ia juga menatap mata Aileen yang sedang memperhatikannya.

Disini, Aileen malah menjadi canggung bertatap lama, tak salah, saat ini ia melihat kedua sudut bibir Luca terangkat meski tidak terlalu kentara.

Ia tersenyum, tersenyum pada Aileen.

Apakah Aileen harus membalas senyum itu juga? Atau ikut berteriak seperti Enyra? Memberikan semangat?.

Aileen tiba-tiba saja menjadi sangat bingung, dan malah mengalihkan pandangan kearah lain. Astaga ia tau ini salah, dan sangat kentara kalau ia canggung dengan tatapan itu. Dan jantungnya terasa lebih cepat berdetak, apa ia mulai menyuka-- enggak-enggak, ia hanya risih saja, yakan?.

Tanpa Aileen sadari, Luca malah terkekeh gemas. Lalu segera berlari lagi mengambil posisi. Dan kalian tau setelah itu terjadi?

"Ya ampuunn!! ka Luca tadi senyum kearah gue!"

Luc'eenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang