23. Jawaban.

13 14 28
                                    

Jangan lupa Vote ✨

Happy Reading

***

Dua Minggu yang lalu...

"Apa sudah harusnya aku membuka hati?" Tanya Aileen pada dirinya sendiri.

Cewek itu sekarang duduk di kursi di halaman rumah Luca. Ia sedang melihat Luca yang sedang mencuci motor kesayangannya. Sekilas, ingatan Aileen mengarah kepada Nizam. Cowok itu juga memilki transportasi kesayangannya, Sepeda dengan stiker panda menghiasinya.

Bedanya, Luca memilki Motor Ninja hitam kesayangannya dan mobil yang terparkir rapi di garasi.

Cowok itu memakai kaos blong berwarna hitam dan celana jens. Kedua tangannya memakai sarung tangan berwarna cokelat dan spons cucian.

Busa-busa air sungguh melimpah di tempat duduk motor itu. Luca dengan lihainya, ia menggosok-gosokkannya, meski wajahnya terlihat masam karena ia baru menyadari motor kesayangannya terdapat cakaran kucing.

Kucing yang sangat di sayangi adiknya, Maina. Tentu, Luca ingin sekali menggorok tuh Kucing! Jika saja membunuh kucing itu halal dunia-akhirat pasti ia sudah habisi sampai hancur-sehancurnya.

Enak aja! motor kesayangannya jadi terlihat tidak easthetic karena sekor kucing yang kini sedang rebahan santai di rerumputan.

Ah! Awas aja lo Mai!

Luca berdecak kesal, lalu segera ia mengambil Ember yang dengan air yang sepenuhnya kotor. Namun apa yang di kata, akibat licin dan memang tak seimbang,

Akhirnyaaa...

"A-Aaaa! Aaakh...njiiiir!"pekiknya dengan mata melotot.

Byuuur!

Seember air cucian itu tumpah kebaju Luca yang tanpa sengaja kakinya tergelincir dan tanpa sengaja ia malah membalikkan air kotor itu semua pada dirinya sendiiri.

"Astaga!"

Awalnya Aileen masih terdiam. Ia memang refleks berdiri, menatap Luca yang benar-benar diluar dugaan. Namun belum ada pikiran untuk membantu.

Aileen ingin tertawa tapi ia kesian juga.

Sungguh Aileen ingin tertawa melihatnya. Ini sulit di tahan, melihat Luca seperti itu, astaga Aileen sungguh berdosa kalau ia menertawakannya.

"Aw! Lin.. Aileen..!" Panggil Luca, akhirnya meminta pertolongan.

Lekas, Aileen beranjak untuk segera menolong Luca yang kini meringis kesakitan karena bokongnya mendarat tanpa rem pengaman langsung mengenai pijakan tanah yang kini penuh dengan air dari tumpahan Ember itu.

"Kenapa...? kenapa bisa...? bwhahaha!" Akhirnya Aileen tertawa juga membuat orang di depannya mendelik tajam.

Namun Luca tidak memperdulikannya. Toh! Ia sudah biasa di berikan tawa dulu sebelum di beri pertolongan. Siapa lagi biasanya itu adalah Fahri dan Agung.

Dan sekarang Aileen? Astaga, tidak ada berbeda

"Sa-sakiit, Lin.."Luca menyeringit mengadu.

"Iya, tau. Bangun dulu kita duduk di sana," Aileen mencoba membantu Luca dengan meletakan tangan Luca pada lehernya, meski ia masih tertawa pelan.

"Gue... Gue bisa sendiri," Luca ingin bangun sendiri namun Aileen tidak membiarkan itu.

Aileen pun mendelik tajam membuat Luca hanya berdengus kesal. Cowok itu pun akhirnya menurut, Dan duduk di teras dengan ringitan sakit yang masih terasa di bokongnya.

Luc'eenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang