Dulu Dinda pikir, setelah menikah, dia ingin langsung hamil. Sama seperti temannya sewaktu kuliah yang bernama Nisa. Perempuan itu menikah setelah wisuda dan langsung hamil. Namanya juga rejeki yang datangnya dari Tuhan, jelas tidak bisa ditolak. Jadi, tetangga dan orang disekitar membicarakannya kalau hamil duluan. Padahal kenyataannya, Tuhan yang memberi anugerah sang buah hati begitu cepat. Orang-orang memang aneh, tidak menikah-nikah diurusi, saat menikah dan hamil begitu cepat dari jarak pernikahan malah dituduh hamil duluan. Seperti tidak tahu saja kalau menuduh perempuan hamil di luar nikah tidak ada hukumnya. Jelas jatuhnya fitnah.
Kalau Dinda ingin langsung hamil karena beberapa pertimbangan. Pertama, dia merasa siap memiliki anak karena saat Aqilla masih bayi, Dinda ikut mengurus, ikut bergadang. Saat Alan juga ikut membantu, tapi tidak bisa sebebas saat bersama Aqilla. Kedua, Riza tidak masalah kalau dirinya resign ataupun tetap kerja, jadi semua keputusan di tangan Dinda. Ketiga, mereka siap secara finansial. Bukan siap lagi, malah mengalir saja uangnya. Dan yang keempat, Dinda sudah niat mengikuti kelas parenting di grup WhatsApp yang setiap seminggu sekali ada pertemuan secara virtual. Intinya, dia mempersiapkan mental. Supaya siap lahir batin.
Namun masalahnya, Dinda tidak membahas hal demikian dengan sang suami. Kalau mau hubungan ya ayo-ayo saja. Mereka bahkan tidak pernah memakai pengaman ketika berhubungan.
Dari dulu, tamu bulanan Dinda bisa dibilang lumayan teratur. Karena itu setelah menikah, telat beberapa hari saja, saking inginnya cepat hamil, Dinda suka tes kehamilan secara mandiri, tidak pernah bilang-bilang pada Riza. Namun dua, tiga, empat, lima bulan, hasilnya selalu negatif.
Beberapa bulan awal mereka masih LDR karena Dinda masih di LBH Jogja dan Riza tetap di Menteng. Riza juga harus pergi ke US. Mungkin karena bolak-balik Jakarta—Jogja—Manhattan, Riza kelelahan sampai akhirnya jatuh sakit saat Dinda sudah selesai magang, mendapat KTP advokat dan kembali ke Menteng, dia malah sibuk dengan bisnis butiknya.
Dinda pikir, dia belum hamil-hamil meski mereka berhubungan suami istri bisa dibilang rajin, ya walaupun seminggu sekali karena LDR, karena tubuhnya yang terlalu lelah, makanya tidak jadi-jadi.
Sampai saat semua urusannya selesai. Mulai dari urusan kantor, butik, Riza juga sudah sehat, Dinda menerapkan pola hidup sehat yang benar-benar niat. Dia bahkan tak segan pergi ke dokter dan berkonsultasi masalah kehamilan meskipun tidak didampingi oleh Riza karena pertama, Riza sibuk dan yang kedua, Dinda sengaja tidak ingin memberi tahu. Karena Dinda pikir, mereka sefrekuensi urusan anak. Jadi Riza pastilah iya-iya saja. Menurut Dinda. Kala itu.
Namun sepertinya, di sini pernikahan mereka diuji tahap satu. Ketika kantor sedang chaos-chaosnya karena semua permintaan menurun, Riza tidak bisa tidur tenang sebelum rupiah stabil. Dinda yang melihat bagaimana kerasnya Riza bekerja sampai kepikiran sendiri, takut lelaki itu jatuh sakit lagi. Namun tidak. Dinda belum kenal Riza. Lelaki itu tidak akan berhenti dan membuang waktunya sia-sia sebelum perusahaan kembali stabil. Setiap pulang kantor entah itu tengah malam, Dinda sengaja menunggu suaminya pulang, ingin membantu Riza semampunya.
Saat itu, Dinda menawarkan bantuan untuk kerja sama dengan perusahaan keluarganya, tapi sayangnya Riza selalu menolak. Sampai akhirnya Dinda desak dan akhirnya Riza mau. Bisa dibilang, Dinda lah orang yang paling berpengaruh membantu Royal di masa terpuruk. Perempuan itu setia mendampingi Riza. Menghibur lelaki itu semampunya karena dasarnya Riza memang jarang tersenyum. Kalau masalah menenangkan, Dinda memang tidak pernah bisa membuat Riza tenang.
Saat Riza bergadang, Dinda ikut bergadang walaupun hanya geluntungan di ranjang sambil memainkan handphone. Terkadang juga perempuan itu tertidur duluan dengan posisi yang miring memenuhi ranjang, sampai Riza yang lelah harus mengangkat tubuh Dinda dan berakhir membuat perempuan itu tersadar. Dan setelahnya, mereka akan menghabiskan malam bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Went Gone
RomanceALUR LAMBAT, TIDAK JELAS, BERTELE-TELE. SO, JANGAN DIBACA [SEQUEL OF HUMAN DISEASE] You are going to live as long as you can. So, let's live a thousand years again. *** Any similarities of characters, times, places and events, unintentional. Image...