36. Remaining 24/7

1.6K 142 33
                                    

Siapa bilang mencinta harus bahagia?

Siapa bilang mencinta hanya akan memperoleh canda tawa?

Jika memang ada yang mencinta tanpa menitihkan air mata, maka tunjukkan pada Dinda. Biar orang-orang yang sampai detik ini masih bersama pasangannya bersyukur dengan kebahagiaan yang tengah dirasakannya sekarang. Karena perempuan itu tidak seberuntung kalian yang cintanya terbalaskan.

Dinda tidak perlu bertanya untuk membuat hatinya sakit lagi. Dia jelas tahu Riza memang tidak mencintainya. Bahkan yang telah terlewatkan sekalipun, sedikitpun Riza tidak pernah mencintai dirinya.

Namun, ada yang perlu diketahui. Cinta dan sayang adalah dua hal yang sangat berbeda. Bahkan artinya berbeda jauh sekali. Orang yang mencintai, pasti menyayangi. Tapi orang yang menyayangi, belum tentu mencintai.

Mungkin, Riza memang menyayangi Dinda, tapi tidak dengan mencintainya. Karena menyayangi, bisa diberikan kepada semua orang. Sedangkan mencintai, hanya pada orang tertentu dan itupun tidak bisa dipaksakan. Salahnya Riza juga melamar Dinda kalau tidak berupaya untuk mencintai.

Cinta memang fitrah, yang datangnya langsung dari Tuhan. Namun setidaknya, seharusnya Riza berusaha menumbuhkan rasa itu karena Dinda adalah istrinya yang seharusnya dicintai dengan sepenuh hati. Kalaupun dia sudah berusaha dan rasa cintanya tidak datang, Riza juga bisa apa?

Dia bisa saja menjaga pandangan dari wanita manapun. Ketika perempuan tidak menarik lagi di matanya. Karena satu-satunya, yang membuatnya jatuh hati telah pergi membawa serta kebahagianya.

Orang-orang tidak memiliki hak ataupun kewenangan untuk menghakimi. Bukan hanya Dinda yang berhak bahagia, Riza juga. Bahkan semua orang tanpa terkecuali. Melakukan kesalahan bukan berarti kehilangan hak untuk bahagianya, bukan?

Bahkan hakim ketua pun menjatuhi putusan penjara beberapa tahun atau langsung hukuman mati. Tapi tidak sekalipun hakim akan menjatuhi hukuman kepada seseorang dilarang bahagia. Ataupun dilarang menangis dan tertawa. Tidak pernah ada hukum seperti itu. Karena bahagia, tangis dan tawa, Tuhan yang menghadirkannya.

Orang boleh buta, tapi tidak boleh dengan menutup mata melihat kebenaran.

Dulu, waktu Riza pulang saat Dinda memintanya, kalian tahu dimana Dinda? Tentu saja di ruang rawat VVIP, bukan di bangsal bersalin yang sekali disebutkan orang-orang pasti akan tahu, mau melahirkan. Oh ayolah, Dinda dan semua orang yang ikut menyembunyikan kebenarannya sampai saat ini tidak bodoh. Apa perlu dijelaskan apa-apa saja perbuatan tercela yang sudah mereka lakukan hanya demi menutupi satu rahasia?

Ketika Riza bertanya kenapa, Gaga dan Acha kompak menjawab kelelahan, kemudian radang usus buntu. Dan Riza percaya. Untuk apa juga dia berpikir kalau keluarganya akan berbohong? Ketika dokternya datang pun, selalu saat dia pergi. Kalaupun bertemu hanya di akhir sebelum Dinda diizinkan pulang, seorang dokter spesialis bedah digestif yang ditemuinya.

Ketika pulang pun, Dinda enggan dibantu. Dia akan menghempas tangan Riza kalau sampai berani menyentuhnya. Saat ditanyai, Dinda sedikitpun tidak bersedia untuk menjawab. Dia akan diam, terus diam. Memangnya Riza mau membantu apa, memantau lukanya? Bukan di sana juga tempatnya. Dia tidak akan menemukan apa-apa. Dia juga tidak mampu menyembuhkan apapun.

Setelah Dinda mau berbicara, dia tidak lagi bisa sama seperti dulu. Karena dia tahu tentang foto Riza di KUA dengan Hana ketika dia meliburkan diri alias cuti sendiri dari bekerja selama dua bulan setelah pulang dari rumah sakit. Itupun satu bulan setelah melahirkan putri-putrinya.

Ketika dia baru bisa menata hati, mulai berkumpul dengan teman-temannya lagi walaupun hanya minum kopi atau pesan salad, Dinda tidak sengaja menemukan foto terjatuh dari tas jinjing Nita. Niat hati, dia ingin mengambilkan, lantas menyerahkannya kembali pada Nita. Mungkin terhunus saat perempuan itu mengambil card di tasnya.

Go Went GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang