37. Lock & Key

1.6K 155 58
                                    

Semua orang sudah siap saat Riza menumpukan kedua tangannya di atas meja dengan kepala yang tertunduk dalam. Mungkin karena mengantuk atau apa sehingga tidak sadar semua orang sudah lengkap.

Hana yang semula berjarak agak jauh, bangkit menghampiri Riza, memanggilnya pelan. "Pak?"

Tak ada respon.

Dia ulangi sekali lagi ditambah dengan tepukan pelan di bahunya. Kali saja Riza memang mengantuk. Tapi tidak biasanya lelaki itu tidak profesional seperti ini. "Bapak?"

"Hm?" Pada akhirnya Riza baru menyahut. Dia angkat sedikit kepalanya dengan punggung yang ia tegakkan paksa.

"Semuanya sudah hadir." Hana memberi tahu.

Riza langsung menatap depan. Semua orang yang hanya berjumlah 12 orang jika dijumlahkan dengan dirinya dan Hana memang sudah menempati kursinya masing-masing.

Ada napas berat yang Riza keluarkan. Kemudian kedua tangannya bertumpu pada meja, hendak bangkit memberikan sambutan terima kasih karena bisa dibilang, mereka yang berada di hadapannya sekarang, yang mendukungnya selama ini. Para tetua Royal, yang dulu berjuang bersama almarhum papanya, termasuk Pak Surya, dan para jajaran dewan direksi dan komisaris.

Sayangnya, belum sampai tegak tubuhnya berdiri, Riza limbung ke sisi kiri, jatuh ke lantai hingga menimbulkan suara berdebum cukup keras.

Semua orang langsung berdiri tanpa terkecuali. Hana lebih dulu berjalan cepat, menghampiri Riza yang telentang dengan mata terpejam sempurna. Tangannya refleks menggoncang tubuh lelaki itu, memanggilnya bertubi-tubi. "Bapak? Bapak?"

Tetap tidak ada respon.

"Bapak tolong?" Hana menatap memohon pada beberapa orang yang juga sudah ikut menghampiri Riza seperti dirinya.

Pak Surya yang paling berani mengambil tindakan. Dia buka kancing baju Riza beberapa, juga dengan sabuknya. Sementara Hana hanya bisa menghangatkan tangan Riza yang dingin sekali.

"Tadi sarapan apa, Han?"

Hana hanya menggeleng. Kemudian mengangguk saat Pak Surya mengode sesuatu kepadanya.

"Pak, tolong panggilkan ambulans." Kata Pak Surya pada rekan-rekannya yang sama-sama sibuk membantu. Kemudian, beliau menambahkan lagi. "Beri tahu kakaknya, Han."

Otak Hana mendadak kosong. Dia tidak bisa melakukan apapun di waktu ini. Hanya matanya yang terus melihat di mana Riza berada. Berharap lelaki ini sedang bercanda meskipun itu adalah hal yang sangat mustahil sekali.

"Kenapa lama sekali?" Hana hampir menangis kalau ambulans yang dikirimkan tak kunjung sampai. "Tangannya Pak Riza dingin sekali, Pak." Niat hati, Hana ingin mengadu kepada Pak Surya. Tapi semakin panik, dadanya sendiri yang tidak bisa dikondisikan.

Baiklah, Hana memang pernah melihat Riza sakit, tapi tidak pernah sampai seperti ini.

"Hana? Hana tenang. Riza tidak apa-apa." Pak Surya sampai menyingkir dan menghampiri Hana yang tertatih mencari sesuatu di dalam tasnya. Turut membantu perempuan itu.

"Pak Riza, Pak?" Hana menatap Pak Surya takut.

"Saya sudah menghubungi Zaki. Mereka akan pulang. Kamu jangan panik."

"Jangan sampai diekspos ya, Pak." Hana menggenggam tangan Om Surya erat. "Bapak akan marah."

"Iya, tenang saja. Berita Riza sakit tidak akan sampai ke luar Royal."

"Pak Surya, ambulansnya sudah sampai di luar."

Hana tidak berani mendekat lagi ketika Pak Surya beranjak. Dia hanya diam di tempat sampai Adit tentu saja dihubungi salah satu komisaris yang berada di sana menghampiri Hana.

Go Went GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang